Sustainability 17A #29
Dongeng tentang Hutan, Air dan Kebahagiaan
Dwi R. Muhtaman,
sustainability learner
Telling always binds one thing to another. We want a coherent world, not one in bits and pieces. (Hustvedt, 2008, p. 276).
Pada suatu hari seekor kancil yang tinggal di hutan merasa bangga menjadi penguasa hutan. “Siapakah di hutan ini yang tidak mengenalku,” kata Kancil berbangga karena merasa terkenal, pintar dan cerdik banyak akal. “Setiap masalah pasti dapat kuselesaikan dengan mudah,” serunya. Sayangnya kesombongannya itu ternyata tidak sebanding dengan ketidakberdayaannya berlomba ‘lari’ dengan seekor siput. Siput, meskipun dengan jalan melata begitu lambat, menantang Sang Kancil lomba lari. Siput mengerahkan kawan-kawannya untuk muncul ketika derap Kancil terdengar di sepanjang jalan tempat berlomba membuat Kancil selalu ‘tertinggal.’ Kancil mengakui kekalahannya. Namun Sang Siput berkata jujur bahwa siput yang selalu muncul di depan Kancil itu adalah kawan-kawannya. Bukan dia. Sebab dia sendiri dan siput-siput manapun pasti tidak akan mampu berlari secepat Kancil (Tragulus javanicus). “Aku hanya ingin kau tahu, janganlah menjadi sombong dengan kelebihan yang kau miliki. Semua makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan makhluk hidup yang lainnya,” ujar Siput (Achatina fulica).
Dongeng Siput ini mengajarkan anak untuk jangan menjadi orang yang sombong dengan menghina dan merendahkan makhluk hidup lainnya. Karena setiap makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, seperti apa yang dikatakan oleh Siput. Kita harus menghargai perbedaan dan hidup bahagia dengan setiap perbedaan yang ada.
Pada kisah lainnya tersebutlah seorang Raja. Namanya Raja Shahryar. Penguasa jazirah Arab hingga Cina itu membunuh istrinya yang tidak setia. Sejak itu dia tak percaya pada wanita. Ia balas dendam. Shahryar menikahi gadis setiap malam hanya untuk membunuhnya. Begitu setiap malam. Hingga pada suatu malam ada satu perawan yang bernama Scheherazade dinikahi oleh Sang Raja. Scheherazade adalah perempuan cerdik. Pada malam pertama, anak pejabat kerajaan ini mengisahkan dongeng untuk sang raja tapi, seperti sebuah sinetron yang tak kunjung ada akhirnya, Scheherazade mendongeng dengan alur kisah yang sambung menyambung. Setiap malam membuat Raja penasaran untuk mendengar cerita selanjutnya pada esko harinya. Cerita itu terus bersambung hingga malam ke 1.001. Pada malam itu segala kemarahan sang raja sudah lenyap tak berbekas. Kisah ini kelak dikenal sebagai 1.001 sebuah kisah yang berkembang di Persia sejak abad 10.
Dalam “Alfu Lela Ulela: The Thousand and One Nights in Swahili-Speaking East Africa”, penulis Thomas Geider menyebut kisah 1.001 Malam berasal dari jazirah Arab tapi juga menerabas segala batasan negara maupun budaya. “Kisah-kisahnya memang berasal dari India, Yunani, Yahudi, Iran, juga Turki,” tulisnya.
Dongeng memang tak pernah diam; terus bergerak dan berkembang. Beragam versi tumbuh di tempat yang berbeda meski dengan kisah inti yang sama. Sejumlah modifikasi dilakukan sebagai penyesuaian dengan konteks masing-masing. Pada 2013, ada penelitian menarik dari Jamie Tehrani, associate profesor di Departemen Antropologi Universitas Durham, yang membuat bagan dari 58 cerita berbeda untuk dongeng Gadis Berkerudung Merah. Dongeng ini punya banyak versi, tapi intinya sama: gadis kecil berkerudung merah yang diteror oleh serigala jahat. Di sejumlah versi, nenek sang gadis kecil mati dimakan serigala. Di versi lain, si nenek masih hidup. Ada pula yang mengisahkan seorang pemburu menyelamatkan gadis kecil itu.
Di versi lain, sang gadis cilik cukup cerdik untuk menyelamatkan diri. Penelitian Tehrani menyebut akar dari kisah ini bisa dilacak hingga 2.000 tahun lalu. Hasil studinya itu mematahkan teori bahwa kisah gadis kecil dan serigala berasal dari dongeng Asia Timur yang berkisah tentang gadis kecil dan harimau. “Temuan ini membalik teori sebelumnya, bahwa dongeng dari Asia itu berasal dari sumber dongeng Barat, bukan sebaliknya,” tulis Tehrani, menyebut dongeng mengalami evolusi, seperti spesies biologis. Pencarian akar dongeng ini kemudian menghasilkan hipotesis sementara bahwa dongeng tertua di dunia adalah kisah tentang pandai besi dan setan. Alkisah, si pandai besi menjual jiwanya pada iblis agar bisa menjadi pandai besi terhebat di dunia sekaligus memiliki kekuatan supernatural.
Diperkirakan kisah ini sudah dituturkan sejak 6.000 tahun lalu, atau pada Zaman Perunggu. Dongeng ini terus berkembang dan melahirkan banyak sekali versi, termasuk versi di dunia musik: Robert Johnson menjual jiwanya pada iblis agar bisa menciptakan musik terdahsyat di dunia. Mereka bersepakat, dan lahirlah musik blues.
Mendongeng atau storytelling kini juga makin menjadi penting karena menyangkut mutu content dari social media. Branding dan marketing secara umum dan content creator menggunakan storytelling sebagai bagian cara komunikasi. Pada November 2019, Instagram mengumumkan eksperimen dengan sebuah segmen profil di mana skor Suka/Like hanya dapat dilihat oleh pemilik profil/poster dan bukan untuk pengikut. Inisiatif ini dijelaskan oleh Adam Mosseri, kepala Instagram, sebagai upaya untuk ‘menurunkan tekanan’ platform, nada evaluasi popularitas turun di antara pengguna dan dengan demikian membantu untuk mendukung kesehatan mental. Menghapus hambatan untuk berbagi ‘yang biasa’, dan pada akhirnya untuk mengekstraksi lebih banyak pengetahuan tentang pengguna, bagaimanapun juga bisa dilihat sebagai motivasi yang kurang altruistik.
Meskipun konsekuensi jangka panjang dan implikasi dari percobaan ini sulit untuk diramalkan pada saat ini, bagaimanapun juga tampaknya Instagram ingin menunjukkan bahwa platform media sosial mulai mengakui kritik yang beredar luas tentang ketergantungan mereka yang besar pada pengukuran hubungan dan interaksi sosial. Inti dari kritik tersebut adalah itu metrikisasi seperti itu membuat komunikasi menjadi terlalu terkendali, terlalu halus dan terlalu sibuk dengan perbandingan dan kinerja sosial. Demikian yang diceritakan oleh Alex Georgakopoulou dan Stefan Iversen Carsten Stage, “Quantified Storytelling: A Narrative Analysis of Metrics on Social Media” (Palgrave Macmillan, 2020).
Kuantifikasi yang terlihat dari konten dan cerita yang dibagikan telah menciptakan a sosialitas penilaian komparatif, yang tidak selalu sehat untuk manusia — dan mungkin juga bukan untuk bisnis, setidaknya jika kita membaca pernyataan Mosseri sebagai upaya untuk memastikan bahwa lebih banyak pengguna akan membagikan lebih banyak atau cerita yang tidak terlalu biasa di Instagram.
Di dunia di mana segala sesuatu dan semua orang diberi peringkat, subjek dan individu sangat populer berperingkat tinggi, seperti Influencer, bisa ironisnya juga akhirnya memiliki jenis kekuatan yang mengambil kekuasaan dari platform media sosial yang memungkinkan mereka dengan metriknya menjadi populer. Pertimbangkan Influencer Kylie Jenner (dengan 25 juta pengikut di Twitter) melakukan tweet pada bulan Februari 2018 tentang Snapchat: ‘sooo does anyone else not open Snapchat anymore? Or is it just me… ugh this is so sad’ (Jenner 2018 yang dikutip Alex Georgakopoulou dan Stefan Iversen Carsten Stage, 2020). ‘jadiii tidak ada yang pakai Snapchat ya? Atau hanya aku … ugh ini sangat menyedihkan.’ Dilihat dari satu perspektif, tweet ini hanyalah salah satu di antara banyak postingan media sosial dari seorang selebriti internet. Tetapi dari perspektif lain, narasi khusus ini mendapatkan konsekuensi yang luar biasa.
Setelah tweet tersebut, saham Snapchat mulai turun, dan terus turun lebih dari 6% hingga hari berikutnya. Kerugian yang diderita hingga sekitar $ 1,5 miliar dalam nilai pasar.
Dengan merujuk berbagai referensi, Christina Schachtner (The Narrative Subject: Storytelling in the Age of the Internet, 2016), menulis bahwa narasi (bagian dari storytelling) dimulai sejalan dengan sejarah kemanusiaan. Narasi adalah fenomena lintas budaya yang selalu ada di semua periode, semua tempat, semua masyarakat. Narasi merupakan bagian dari sejarah alam kita sama seperti berjalan, makan, minum, bermain dan karena itu adalah salah satu dari aktivitas dasar kehidupan. Narasi dan cerita sudah ada sebelum kita tiba di tempat kejadian; kita dilahirkan ke dalam dunia narasi yang menyusun dan menciptakan segala sesuatu yang memberikan pengalaman.
Dongeng pertama yang tampil dalam bentuk tertulis berasal dari Mesir Kuno kira-kira 1500 SM. Judulnya, “Sang Pangeran dan Tiga Takdir yang Dijalaninya.” Ceritanya sudah populer di tengah masyarakat setempat jauh sebelum mengambil bentuk tertulis, yakni bagaimana pangeran menyelamatkan putri yang disandera penjahat.
Tradisi dongeng dapat berkelanjutan karena adanya tukang dongeng (storyteller). Sejarah profesi ini juga merentang panjang. Homer dari Yunani Kuno merupakan pendongeng yang diakui paling purba.
Sosok penutur epos Illiad dan Odyssey itu hidup sekitar abad kedelapan SM. Para peneliti memperkirakan, Homer menyampaikan secara lisan dua teks tersebut kepada orang ramai sebelum menuliskannya. Selain dia, ada pula Aesop yang sama-sama berasal dari peradaban Yunani. Namanya terkenal lantaran fabel-fabel yang tak lekang oleh waktu.
Schutz dan Luckmann, seperti dikutip Schachtner, berpendapat bahwa narasi muncul karena dunia sudah ‘diberikan’ kepada kita untuk menjelaskan keberadaan kita. Hal ini dimotivasi oleh kebutuhan untuk memahami dunia “agar dapat bertindak di dalamnya. Narasi, tulis Schachtner, merepresentasikan makna-konteks atau kehidupan-dunia, yang terdiri dari suatu agregasi dari pengalaman, orientasi, prinsip, nilai, dan norma yang telah dan akan selalu dikaitkan satu sama lain oleh subjek sedemikian cara sehingga berfungsi sebagai dasar makna untuk berpikir dan berbuat. Saat mendongeng, kita menjalin berbagai elemen arti, menekankan atau merelatifkan elemn itu dalam proses yang tidak pernah berakhir.
Lebih lanjut disebutkan dari perspektif sejarah, makna-konteks merepresentasikan sebuah kontinum sebagai penjelasan dari apa yang telah dijelaskan di masa lalu. Kita percaya bahwa dunia yang kita kenal akan terus kita kenal dan bahwa “pengetahuan yang diperoleh dari sesama manusia dan yang terbentuk dari pengalaman kita sendiri akan terus melestarikan validitasnya fundamental.
Narasi adalah proses aktif sedangkan mendongeng berkaitan dengan tindakan naratif itu sendiri. Dalam mendongeng, aspek “bagaimana” sangat dominan; sementara naratif dan narasi antara “bagaimana” dan “apa” berhubungan erat. Naratif atau narasi menggabungkan berbagai episode, titik waktu, dan tempat, menghubungkannya satu sama lain untuk menciptakan hubungan yang bermakna.
Prasyarat untuk menceritakan sebuah cerita (mendongeng) adalah kemampuan menggunakan bahasa; bahasa adalah kendaraan naratif. Namun tidak hanya bahasa verbal lisan dan tulisan ambil fungsi ini; tetapi juga bisa dilakukan “dengan gambar tetap atau bergerak, dengan gerakan, dan dengan mengolah semua itu.
Dengan demikian, narasi dapat ditemukan di mana saja dan kapan saja: dalam gosip sehari-hari, dalam film, dalam komik, papan reklame, pada tubuh dan wajah individu, dalam arsitektur, di internet, dalam pidato politikus, di surat kabar, dan di bidang akademik teks. Bahkan alam pun bisa bercerita.
Gambar 1. Mendongeng membangun hubungan erat keluarga (foto: dayoftheyear.com).
Sejarah Hari Mendongeng Sedunia
Catatan sejarah menegaskan mendongeng telah ada hampir selama umat manusia itu sendiri. Kita tidak dapat benar-benar memahami dunia di sekitar kita tanpa narasi, tidak dapat berfungsi tanpa kekuatan mendongeng untuk membantu kita menyatukan semuanya. Otak kita sangat terikat untuk memahami cerita dan menyebarkannya!
Sepanjang sejarah, pendongeng telah dipuja dan dirayakan dalam budaya di seluruh dunia, sering kali dipandang sebagai pemimpin, guru, penghibur, dan banyak lagi. Pada Abad Pertengahan, misalnya, pendongeng pengembara yang dikenal sebagai penyanyi atau penyanyi membuat senang bangsawan dan petani dengan kisah-kisah menawan mereka, yang sering mereka ambil dari berbagai tempat dan negara yang mereka lalui. Meskipun salah satu dari banyak hal khusus tentang mendongeng lisan adalah bahwa setiap pendongeng dapat membuat cerita sendiri. Memiliki cara untuk mengingatnya.
Orang Aborigin di Australia, misalnya, menggunakan gambar gua untuk membantu memasukkan dongeng ke dalam ingatan, dan pendongeng sering menggunakan lagu, nyanyian, dan tarian untuk membantu ingatan. Teknik mendongeng yang umum dihasilkan dari kebutuhan untuk mengingat serta mengimprovisasi cerita – mengatur frasa seperti ‘Sekali waktu’ dan ‘bahagia selamanya’, struktur plot yang khas, karakter pola dasar, pengulangan, sajak, dan banyak lagi membantu pencerita dalam menguasai bentuk seni ini.
Dengan cara yang sama seperti cerita dibagikan dan menjalani kehidupannya sendiri, Hari Mendongeng Sedunia secara bertahap berkembang dari waktu ke waktu dan menyebar ke seluruh dunia. Semuanya dimulai di Swedia pada tahun 1991, ketika Alla berättares dag (Hari Semua Pendongeng) dirayakan pada saat ekuinoks bulan Maret. Dan tidak lama kemudian seluruh dunia mengetahuinya.
Pada tahun 1997 kesempatan itu telah menyebar ke Australia dan Amerika Latin dan pada tahun 2002 itu telah menyebar ke seluruh bagian Skandinavia lainnya. Tahun 2009 menandai pertama kalinya perayaan itu dilakukan di enam benua (tentu saja tidak termasuk Antartika!). Sekarang Hari Mendongeng Dunia berlangsung setiap tahun dan berpusat pada tema yang berbeda setiap saat, misalnya mimpi, pohon, dan perjalanan.
Tujuan dari Hari Mendongeng Sedunia adalah untuk merayakan seni mendongeng lisan, dengan sebanyak mungkin orang di seluruh dunia menceritakan dan mendengarkan cerita dalam bahasa mereka pada hari yang sama. Orang-orang yang mengambil bagian dapat terhubung dengan orang lain di seluruh dunia yang juga berkontribusi, menjadikannya festival internasional yang benar-benar menciptakan persahabatan baru dan mempromosikan pemahaman positif tentang budaya di seluruh dunia!
Kekuatan mendongeng
Siapa pun yang menghabiskan sore yang cerah tenggelam dalam buku atau menolak tidur sampai orang tua mereka membacakan dongeng untuk memahami kekuatan cerita dan mendongeng. Mereka membawa kita ke alam lain, memungkinkan kita menjalani banyak kehidupan dalam imajinasi kita sendiri, menginspirasi kita untuk menjadi orang yang lebih baik dan membantu kita memahami orang-orang di sekitar kita.
Cerita adalah kunci untuk pengetahuan, pendidikan, dan pembelajaran. Setiap generasi dapat meneruskan kebijaksanaannya kepada generasi berikutnya, tidak melalui buku teks lama yang kering dan berdebu, tetapi melalui dongeng yang benar-benar menarik perhatian pendengarnya. Melalui mendongeng, kita dapat melatih keterampilan seperti empati – menempatkan diri kita pada posisi orang lain sehingga kita dapat melihat dunia dari sudut pandang mereka. Kita juga bisa belajar dari cobaan dan kesengsaraan karakter, kecil kemungkinannya untuk membuat kesalahan yang sama pada diri kita sendiri.
Bercerita juga membantu kita memahami dunia di sekitar kita, karena kita manusia secara alami mencari penjelasan dan pola. Bahkan sains dapat dianggap sebagai semacam dongeng – dari dewa-dewa kuno yang membuat badai petir hingga bumi berada di pusat tata surya, dari roh jahat yang menyebabkan penyakit hingga pemahaman kita tentang mekanika kuantum saat ini, sains selalu menggunakan narasi untuk mencoba dan menjelaskan alam semesta tempat kita tinggal.
Bercerita juga penting untuk identitas dan pelestarian budaya. Beberapa komunitas adat, misalnya, menyepakati dan mengajarkan nilai-nilai budaya melalui storytelling. Dan sementara banyaknya cerita memungkinkan kita untuk belajar tentang orang, tempat, negara dan budaya di luar kita, universalitas mereka berarti membantu membangun hubungan dan berbagi pengalaman di antara kita semua.
Saat ini mendongeng juga merupakan kunci bisnis, terutama pemasaran. Apa iklan yang selalu Anda ingat? Sebutkan alasannya. Kemungkinan besar iklan itu menampilkan cerita yang menarik! Iklan yang berputar di sekitar sebuah cerita tidak hanya membangun hubungan emosional dengan kita, tetapi juga lebih melibatkan kita dan karenanya menjadi lebih berkesan.
Berkumpullah dengan orang-orang yang Anda cintai, mungkin di sekitar api unggun di bawah bintang-bintang atau di suatu tempat yang nyaman dan hangat di dalam, dan secara bergiliran berbagi cerita favorit Anda. Pikirkan tentang bagaimana benar-benar melibatkan audiens Anda – jeda yang menegangkan, suara yang berbeda untuk setiap karakter, membuat mereka terlibat dalam cerita – suar untuk drama yang dramatis akan sangat menghidupkan suasana.
Berkat keajaiban teknologi, Anda dapat mendengarkan cerita yang diceritakan di sisi lain planet ini dan dalam berbagai bahasa. Ini adalah cara yang bagus untuk menjalin persahabatan baru dan menumbuhkan komunitas pendongeng internasional.
Bagaimana dengan dongeng di Nusantara? Belum ada catatan tertulis tentang apa dongeng tertua di Nusantara, dan berapa umurnya. Kesulitan melacak akar dongeng di Nusantara juga disebabkan oleh kultur sastra lisan yang begitu kuat di kawasan-kawasan yang kini disebut “Indonesia.” Yang pasti, dongeng-dongeng di Nusantara punya banyak kemiripan struktur dengan dongeng di kawasan lain, bahkan negara lain. Untuk tema fabel, misalkan. Di Sulawesi ada dongeng tentang keturunan puak tertentu yang tak boleh menyantap ikan hiu (mangiwang) karena leluhurnya dulu diselamatkan oleh hiu.
Sedangkan di suku Banjar, inti ceritanya sama, hanya saja ikan hiu diganti oleh ikan pari. Selain itu, dua peneliti dari Sumatera Selatan, Ratu Wardarita dan Guruh Puspo Negoro, pernah membandingkan kesamaan tema dan struktur antara dongeng Jaka Tarub dan Tanabata dari Jepang. Kesamaan tema itu, antara lain, ada di pernikahan manusia dan bidadari. Tentu saja ada perbedaan semisal tentang sistem sosial maupun kepercayaan. Nasib Dongeng di Era Digital Salah satu kekhawatiran yang muncul seiring dunia yang makin digital adalah dongeng bakal punah. Kekhawatiran ini bisa jadi sedikit tak beralasan. Karena dongeng ternyata bisa bertransformasi lebih mudah di dunia digital. Ia lebih mudah menemukan pembacanya —atau pemirsa dan pendengarnya. Ed Yong, penulis kanal ilmu pengetahuan di The Atlantic, punya analogi menarik tentang dongeng yang ditulis.
Pada dasarnya, dongeng tertulis sudah ada sejak manusia mempunyai sistem huruf dan mengenal baca-tulis. Cara penyampaian dongeng itu lantas mengalami evolusi. Dari lisan hingga tertulis: di batu, papirus, daun lontar, hingga kertas. Di era digital, dongeng hadir tak hanya lewat huruf yang dirajah tapi melalui situs. Di Indonesia, salah satu situs cerita rakyat yang punya cukup banyak koleksi adalah Cerita Rakyat Nusantara yang menghadirkan cerita rakyat dari Aceh hingga Papua Barat. Dongeng juga bisa hadir dalam bentuk lain: audio dan visual. Buku dongeng anak yang dulu tak jarang hanya mengandalkan teks, kini bisa berkelindan dengan gambar dan suara. Di YouTube, ada akun dongeng seperti Indonesian Fairy Tales (punya 557.905 pengikut) yang menghadirkan aneka macam dongeng dalam bentuk video. Isinya merentang dari dongeng Nusantara hingga dongeng dari luar negeri macam Sinbad. Malahan kini dongeng makin dekat dengan pemirsanya seiring marak aplikasi di ponsel pintar.
“Logika akan mengantarkanmu dari titik A ke titik B. Tetapi imajinasi membawamu pergi ke mana pun,” begitu kata Albert Einstein, ilmuwan fisika genius yang mengakui pentingnya khayalan untuk memperluas wawasan.
Dongeng dapat menjadi sarana pedagogis atau bahkan wahana protes politik tersirat dari kaum papa terhadap penguasa. Walaupun fiktif, ceritanya tidak menutup kemungkinan beririsan dengan fakta historis. Tradisi dongeng sudah muncul sejak zaman purba. Buku Storytelling: An Encyclopedia of Mythology and Folklore mengungkapkan prasasti tertua yang merekam tradisi tersebut. Artefak yang diduga berasal dari masa 2560 tahun sebelum Masehi (SM) itu menggambarkan suatu peristiwa ketika anak-anak Firaun Khufu berupaya menghibur ayahnya dengan menuturkan kisah-kisah.
Dongeng dengan aneka macam kisahnya telah menjadi bagian penting perjalanan kehidupan manusia. Segala aspek, segala situasi, segala konteks bisa menjadi isi dari kisah-kisah dongeng. Tak lupa juga dongeng tentang hutan dengan keragaman isinya, kisah-kisah tentang air dan perairan dan juga tentang kesedihan dan kebahagian. Semua menjadi ramuan yang nikmat dongeng. Dongeng menciptakan dunia yang utuh, seperti katak Siri Hustvedt, novelis, esais dan penulis sajak Amerika, “Telling always binds one thing to another. We want a coherent world, not one in bits and pieces. (Hustvedt, 2008, p. 276: The sorrows of an American).
Karena itu apakah karena kebetulan saja bahwa Hari Dongeng Internasional/World Storytelling Day (20 Maret), Hari Hutan Internasional/the International Day of Forests (21 Maret), Hari Air Internasional/ World Water Day (22 Maret) dan Hari Kebahagiaan Internasional/International Day of happiness (20 Maret) diingat dan dirayakan pada bulan Maret, hari yang berdekatan atau bersamaan? Tanggal 20 Maret dirayakan sebagai Hari Dongeng dan Hari Kebahagiaan. Dongeng memang seringkali bisa membuat bahagia bagi orang-orang yang mendengarkan dan juga yang mendongengnya.
Mari kita mulai dengan dongeng tentang hutan, air dan kebahagiaan.
Planet Bumi pada bagian daratan sepertiganya diselimuti oleh hutan, 31 persen. Hutan melindungi daratan dunia dengan total luas hutan 4,06 miliar hektare (ha). Kawasan ini setara dengan 0,52 ha per orang – meskipun hutan tidak didistribusikan secara merata di antara masyarakat dunia atau secara geografis. Domain tropika memiliki proporsi hutan terbesar di dunia (45 persen), diikuti oleh domain boreal, sedang dan subtropis. Lebih dari setengah (54 persen) hutan dunia hanya ada di lima negara – Federasi Rusia, Brasil, Kanada, Amerika Serikat dan China. Demikian dilaporkan oleh FAO: Global Forest Resources Assessment 2020 (FAO, 2020). Beragam sumber biotik dan abiotik bisa ditemukan di hutan, dari lantai hutan hingga kanopi.
Hutan adalah rumah bagi sekitar 80% keanekaragaman hayati darat dunia, dengan lebih dari 60.000 spesies pohon. Sekitar 1,6 miliar orang bergantung langsung pada hutan untuk makanan, tempat tinggal, energi, obat-obatan, dan pendapatan. Sayangnya dunia kehilangan 10 juta hektar hutan setiap tahun – seukuran kurang dari Pulau Jawa (12.8 juta ha) – yang menyumbang 12 hingga 20 persen dari emisi gas rumah kaca global yang berkontribusi pada perubahan iklim. Degradasi lahan yang terjadi mempengaruhi hampir 2 miliar hektar – sebuah wilayah yang lebih luas dari Amerika Selatan.
Indonesia masih beruntung mempunyai cadangan hutan yang melimpah meskipun tinggal berada di beberapa tempat. Menurut catatan Koalisi Indonesia Memantau dalam dokumen yang diterbitkan Februari, 2021: Menatap ke Timur: Deforestasi dan Pelepasan Kawasan Hutan di Tanah Papua, 88 juta hektare luas tutupan hutan alam nasional, 80% berada di sepuluh provinsi: Papua, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Aceh, Maluku, dan Maluku Utara. Deforestasi pada periode 2015-2019 menunjukkan bahwa penurunan di provinsi kaya hutan tersebut. Meski menurun, tapi tetap relatif tinggi. Sepanjang dua dekade terakhir, tutupan hutan alam Tanah Papua menyusut 663.443 hektare, 29% terjadi pada 2001-2010 dan 71% 2011-2019. Bila direrata, terjadi deforestasi 34.918 hektare per tahun, dengan deforestasi tertinggi terjadi pada 2015 yang menghilangkan 89.881 hektare hutan alam Tanah Papua.
Catatan Koalisi Indonesia Memantau ini mendapatkan tantangan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Gambar 2. Hutan adalah sumber kehidupan yang menopang kebahagiaan (Foto: FAO http://www.fao.org/state-of-forests/en/)
Namun bagaimanapun hutan kita, baik di tingkat national maupun global, mempunyai kualitas yang makin menurun. FAO mencatat dunia telah kehilangan 178 juta ha hutan sejak tahun 1990–area yang kira-kira hampir seluas Indonesia (190.5 juta ha). Namun demikian laju kehilangan hutan bersih menurun secara substansial selama periode 1990-2020 karena penurunan deforestasi di beberapa negara, ditambah peningkatan hutan di wilayah lain melalui aforestasi dan perluasan hutan secara alami. Laju kehilangan hutan bersih menurun dari 7,8 juta ha per tahun di dekade 1990–2000 menjadi 5,2 juta ha per tahun pada 2000–2010 dan 4,7 juta ha per tahun pada 2010-2020. Laju penurunan kehilangan hutan netto paling melambat pada dekade terakhir karena penurunan laju perluasan hutan.
Terlalu mahal ongkos yang harus dibayar untuk setiap kehilangan hutan. Saat kita minum segelas air, menulis di buku catatan, minum obat demam atau membangun rumah, kita tidak selalu menghubungkannya dengan hutan. Namun, ini dan banyak aspek lain dari kehidupan kita terkait dengan hutan dalam satu atau lain cara.
Pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan penggunaan sumber dayanya adalah kunci untuk memerangi perubahan iklim, dan untuk berkontribusi pada kemakmuran dan kesejahteraan generasi sekarang dan masa depan. Hutan juga memainkan peran penting dalam pengentasan kemiskinan dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Namun terlepas dari semua manfaat ekologi, ekonomi, sosial dan kesehatan yang tak ternilai ini, deforestasi global terus berlanjut dengan laju yang mengkhawatirkan meskipun menurun seperti disitir FAO.
Tema Hari Hutan Internasional 2021 adalah “Restorasi hutan: jalan menuju pemulihan dan kesejahteraan.” Restorasi dan pengelolaan hutan lestari membantu mengatasi krisis perubahan iklim dan keanekaragaman hayati. Ini juga menghasilkan barang dan jasa untuk pembangunan berkelanjutan, mendorong kegiatan ekonomi yang menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kehidupan. Tema tahun ini sesuai dengan Dekade PBB tentang Restorasi Ekosistem (2021-2030), seruan untuk perlindungan dan kebangkitan ekosistem di seluruh dunia.
Hutan disamping untuk memberi keteduhan bumi, ia juga berperan penting dalam sirkusi air.
Geoff Beeson dalam buku A Water Story: Learning from the Past, Planning for the Future (2020) menuliskan tentang pentingnya memahami sejarah air agar kita mampu mengelola sumberdaya yang makin langka ini untuk masa depan.
Kisah air yang diceritakan Beeson menyimpulkan bahwa dalam akhir dekade abad kedua puluh satu, kita berada pada situasi kritis dalam sejarah air kita. Kelangkaan air meningkat, seperti yang terjadi di bagian lain dunia, dan pada saat yang sama, populasi kota-kota besar kita meledak yang mendorong permintaan yang lebih besar baik untu k konsumsi maupun untuk kebutuhan pertanian beririgasi yang menyediakan makanan dan serat untuk pertumbuhan penduduk dunia.
Di banyak negara, sumber air semakin mengalami tekanan, dan realitas perubahan iklim
sudah kita hadapi sekarang. Menurut Beeson tindakan dan perencanaan jangka panjang yang konsisten harus segera dilakukan. Kita mempunyai pengetahuan yang meningkat pesat dan keahlian ilmiah yang tidak diragukan lagi, sayangnya, pemerintah dan pembuat keputusan soal air lainnya lamban.
Dalam sejarah, demikian Beeson mengurai lebih lanjut, prestasi teknik air yang menakjubkan dari peradaban Romawi kuno, seperti jembatan saluran air yang megah dan kompleks pemandian umum yang megah, sudah tidak asing lagi. Sekitar 2000 tahun yang lalu, mereka adalah bagian dari sistem pengelolaan air yang canggih kota-kota Romawi. Bahkan peradaban yang lebih tua, sejauh 7000 tahun yang lalu, prestasi dalam mengelola air mereka sangat mengesankan, terutama untuk mengairi lahan pertanian. Misalnya orang Mesir kuno dan peradaban di Mesopotamia dan Lembah Indus. Periode yang sangat lama. Di tempat lain masyarakat Aborigin Australia, adalah komunitas yang ribuan tahun mengelola air yang tersedia secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut Beeson orang Mesir mulai mempraktikkan beberapa bentuk pengelolaan air sekitar 3000 SM (meskipun ada bukti pertanian sebelum 5000 SM). Di Mesir kuno, Sungai Nil adalah kuncinya untuk kehidupan karena ada (dan masih) sangat sedikit curah hujan di negara itu. Sungai itu banjir setiap tahun dengan keteraturan yang dapat diprediksi, dengan semua air yang berasal dari luar negeri, sebagian besar dari Dataran Tinggi Ethiopia. Saat air telah surut dan meninggalkan dataran banjir yang luas, gandum dan tanaman lainnya ditanam di tanah di situ. Petani Mesir mengembangkan suatu gaya pengelolaan air yang disebut irigasi cekungan, yang bergantung pada naik turunnya sungai secara alami. Mereka membangun jaringan tanggul-tanggul sepanjang tepian sungai, beberapa sejajar dengan sungai dan beberapa tegak lurus, sehingga membentuk cekungan dengan dasar datar dengan berbagai ukuran, di mana air banjir dapat mengalir melalui pintu air yang diatur. Air dibiarkan berada pada cekungan selama 1–2 bulan dan kemudian dikeringkan di hilir kembali ke sungai pada
saatnya tiba untuk menanam tanaman.
Trevor Day dengan bukunya “Water” (2007) menggambarkan seluk beluk air. Dimulai dari tumbuhan. “Tumbuhan itu ibarat pabrik mini,” tulisnya. Menjalankan segala jenis proses membutuhkan air untuk melakukannya. Air mengangkut zat di sekitar tanaman, di dalam dengan cara yang sama seperti darah mengalir melalui tubuh seseorang. Semua reaksi kimia tumbuhan, seperti membuat makanan menggunakan sinar matahari (fotosintesis), berlangsung pada media air. Air diserap dari tanah melalui akar dan terkandung setidaknya 80 persen dari setiap tanaman. Tekanan air menjaga batang dan daun tanaman tetap tersangga dengan baik.
Karena begitu pentingnya peran air dalam kehidupan makhluk di bumi sehingga ilmuwan berpendapat bahwa bentuk kehidupan pertama mungkin yang berkembang di tepi lautan pada lebih dari 3,5 miliar tahun yang lalu. Saat ini, kebanyakan air penuh dengan kehidupan, dari plankton mikroskopis ke paus terbesar. Untuk masing-masing itu, air mempengaruhi bentuknya dan cara hidupnya. Air ratusan kali lebih berat dan lebih tebal dari udara, mendukung organisme lebih mudah daripada udara. Namun, air menawarkan lebih banyak ketahanan terhadap pergerakan, hewan laut yang begitu besar memiliki bentuk yang ramping untuk membantu mereka tergelincir dengan mudah melalui air.
Salah satu sumber penting air adalah sungai. Sebagian besar sungai memulai kehidupannya sebagai aliran kecil yang mengalir menuruni lereng gunung. Sungai-sungai dialiri air dari mencairnya salju dan es, atau oleh air hujan yang mengalir dari daratan. Air mengikuti retakan dan lipatan di batuan saat mengalir menuruni bukit. Aliran bertemu dan bergabung bersama-sama, tumbuh semakin besar hingga alirannya bisa disebut sungai. Ketika sungai mencapai dataran rendah, biasanya melambat, melebar, dan menempuh jalur yang berkelok-kelok. Akhirnya, sebagian besar sungai bermuara ke laut.
Lautan sangat luas dan tak terbayangkan. Lautan mengandung lebih dari 95 persen dari ruang hidup di Bumi. Bagian samudra yang terdalam turun hingga lebih dari 10 km dan dingin, gelap,
lingkungan bertekanan tinggi di bagian bawah sangat berbeda dari kondisi di permukaan. Ikan dan hewan laut lainnya telah berevolusi dalam bentuk tubuh dan teknik berburu yang memungkinkan mereka untuk bertahan di level tertentu.
Presipitasi (Pengendapan) adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan bentuk air yang jatuh atau menetap dari langit. Ini termasuk hujan, salju, hujan es (es hujan), hujan es (butiran es), embun beku, dan embun. Presipitasi adalah bagaimana air masuk dari udara kembali ke permukaan bumi.
Perkolasi (Perembesan) adalah pergerakan air melalui tanah dan bebatuan sebagai air tanah. Ini dimulai dengan infiltrasi – air meresap ke dalam tanah. Air bisa menempuh perjalanan dari jam ke ribuan tahun untuk berkumpul di lapisan batuan penyedia air bawah tanah, yang disebut akuifer.
Air dunia bersirkulasi antara laut, udara, dan tanah. Saat bergerak, sering berubah dari satu keadaan – padat, cair, atau gas – ke keadaan lainnya. Siklus air digerakkan oleh panas matahari,
yang menguapkan air dari laut dan darat. Beberapa uap air di udara kemudian mengembun menjadi tetesan air atau membeku menjadi partikel es, yang mungkin jatuh sebagai presipitasi. Air berkumpul di sungai dan danau, dan meresap melalui batu dan tanah, akhirnya bergerak menuruni bukit ke laut.
Di Bumi, persediaan air terbatas. Itu terus-menerus bergerak di sekitar planet dalam siklus mini air yang mungkin membutuhkan waktu berjam-jam atau ribuan tahun untuk menyelesaikannya. Itu berjalan melalui pipa, sungai, lautan, hutan, gurun, batu, hewan, orang, makanan yang kita makan, dan udara yang kita hirup. “Bahkan mungkin arus lautan itu masih membawa sedikit air mandi Julius Caesar,” tulis Day. Karya seni air ini menunjukkan bahwa begitu banyak cara air bergerak dalam lanskap imajiner.
Gambar 3. Karena keberadaan air maka kehidupan bisa tetap dijalankan dan berkembang (Foto: dayoftheyear.com).
Hari Air adalah acara tahunan yang membahas isu-isu global seputar akses ke air minum dan sanitasi yang bersih dan aman. Hari Air tahun ini berfokus pada hubungan antara air dan perubahan iklim, dan bagaimana keduanya terkait. PBB mengatakan: “Beradaptasi dengan efek air dari perubahan iklim akan melindungi kesehatan dan menyelamatkan nyawa.” Air adalah komoditas yang sangat berharga. Tetapi banyak yang menganggap remeh. Termasuk tidak banyak orang yang terlibat untuk merenungkan keberadaan air pada Hari Air Dunia ini.
Bayangkan di dunia terdapat 783 juta orang yang masih belum memiliki akses terhadap air bersih. Sementara lebih dari 2,5 juta orang di seluruh dunia masih kekurangan akses ke fasilitas sanitasi yang memadai.
Itu adalah dua kebutuhan dasar manusia yang menjadi tragedi kini.
Hari Air pertama diusulkan dalam Agenda 22 Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan yang diadakan di Rio de Janeiro. Pada bulan Desember tahun itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi resolusi bahwa pada tanggal 22 Maret setiap tahun, Hari Air akan diadakan; hari yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran seputar masalah terkait air global, dengan fokus utama adalah memastikan setiap komunitas memiliki akses ke pasokan air bersih. Pada bulan Maret 1993, Hari Air pertama diadakan, dan telah diadakan setiap tahun sejak saat itu.
Penetapan Hari Air untuk membantu memerangi krisis air bersih dan sanitasi yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Memberikan orang-orang hari dimana mereka dapat fokus membantu dan mendukung masyarakat di seluruh dunia dalam mendapatkan akses ke air bersih dan aman serta fasilitas sanitasi yang aman. Setiap tahun, isu-isu tertentu lainnya juga disoroti, seperti pengamanan ekosistem akuatik lokal bagi masyarakat. Dan juga sejumlah masalah terkait air yang berdampak pada masyarakat luas.
Apakah kita dengan hutan hijau merona dan air yang mengalir sampai jauh membuat bahagia?
Negara manakah yang paling bahagia? Jika Anda menjawab Finlandia, Anda benar. Finlandia sekali lagi mempertahankan gelarnya yang didambakan sebagai negara paling bahagia di dunia seperti yang diungkap pada World Happiness Report 2021. Ini menandai tahun keempat berturut-turut bangsa Nordik ini mengklaim posisi teratas, bahkan di tengah pandemi yang mengguncang dunia. Terlepas dari efek bencana pandemi COVID-19 di semua bidang kehidupan, banyak negara dengan peringkat tertinggi dalam hal kebahagiaan secara keseluruhan tetap berada di daftar teratas, menurut Laporan Kebahagiaan Dunia 2021, yang dirilis Jumat, 19 Maret 2021, sehari sebelum Hari Kebahagiaan Internasional.
Para editor mencatat bahwa selain korban pandemi yang mengerikan yaitu 2,6 juta kematian di seluruh dunia, orang-orang di seluruh dunia juga menghadapi ketidakamanan ekonomi yang lebih besar, kecemasan, stres, tantangan terhadap kesehatan mental dan fisik, serta gangguan keseluruhan dari setiap aspek kehidupan sehari-hari.
Laporan Kebahagiaan Dunia melihat Denmark di tempat kedua, kemudian Swiss, Islandia, dan Belanda. Selandia Baru sekali lagi menjadi satu-satunya negara non-Eropa yang masuk 10 besar. Inggris turun dari posisi 13 ke 17. Laporan ini dihasilkan dengan menganalisa data dari peneliti analitik Gallup yang mewawancarai orang-orang di 149 negara untuk menilai kebahagiaan mereka sendiri. Langkah-langkah termasuk dukungan sosial, kebebasan pribadi, produk domestik bruto (PDB), dan tingkat korupsi juga diperhitungkan. Negara yang dianggap paling tidak bahagia di dunia adalah Afghanistan, diikuti oleh Lesotho, Botswana, Rwanda, dan Zimbabwe. Beberapa negara Asia bernasib lebih baik daripada tahun lalu, sementara China naik ke posisi 84 dari 94.
Ada “frekuensi emosi negatif yang lebih tinggi secara signifikan” di lebih dari sepertiga negara, kata penulis laporan, kemungkinan menunjuk pada efek pandemi.
“Anehnya, secara rata-rata, tidak ada penurunan kesejahteraan ketika diukur dengan evaluasi orang sendiri terhadap kehidupan mereka,” kata John Helliwell, salah satu penulis laporan itu, dalam sebuah pernyataan yang dikutip BBC. “Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa orang melihat Covid-19 sebagai ancaman umum dari luar yang mempengaruhi semua orang dan ini telah menghasilkan rasa solidaritas dan perasaan sesama yang lebih besar.”
Finlandia “peringkat sangat tinggi dalam ukuran saling percaya yang telah membantu melindungi kehidupan dan mata pencaharian selama pandemi”, kata para penulis. Negara Nordik berpenduduk 5,5 juta orang telah berhasil jauh lebih baik daripada mayoritas Eropa selama pandemi, dengan lebih dari 70.000 kasus dan 805 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins.
Indonesia menduduki peringkat 82 di bawah Thailand (54), Singapura (32), Filipina (61), Vietnam (79) dan Malaysia (81). DI lingkungan ASEAN Indonesia hanya unggul kebahagiaannya dari Myanmar (126). Sepuluh negara paling berbahagia di bumi menurut Laporan itu berturut-turut adalah Finlandia, Denmark, Switzerland, Islandia, Netherlands, Norwegia, Swedia, Luxembourg, New Zealand, Austria.
Gambar 4. Generasi-generasi yang bahagia akan melahirkan generasi bahagia berikutnya (Foto: Dwi R. Muhtaman).
Sejak 2013, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah merayakan Hari Kebahagiaan Internasional sebagai cara untuk menyadari pentingnya kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Pada 2015, PBB meluncurkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang berupaya mengakhiri kemiskinan, mengurangi ketidaksetaraan, dan melindungi planet kita – tiga aspek utama yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan.
Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam resolusi 66/281 tanggal 12 Juli 2012 mengumumkan tanggal 20 Maret sebagai Hari Kebahagiaan Internasional, mengakui relevansi kebahagiaan dan kesejahteraan sebagai tujuan dan aspirasi universal dalam kehidupan manusia di seluruh dunia dan pentingnya pengakuan mereka dalam tujuan kebijakan publik. Ia juga mengakui perlunya pendekatan yang lebih inklusif, adil dan seimbang untuk pertumbuhan ekonomi yang mempromosikan pembangunan berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, kebahagiaan dan kesejahteraan semua orang.
Resolusi tersebut diprakarsai oleh Bhutan, sebuah negara yang mengakui nilai kebahagiaan nasional atas pendapatan nasional sejak awal 1970-an dan terkenal mengadopsi tujuan Kebahagiaan Nasional Bruto atas Produk Nasional Bruto. Itu juga menjadi tuan rumah Pertemuan Tingkat Tinggi tentang “Kebahagiaan dan Kesejahteraan: Menentukan Paradigma Ekonomi Baru” selama sesi ke enam puluh enam Sidang Umum.
Beragamnya dongeng, hijaunya alam dengan hutan bak permadani, melimpahnya air dengan lautan dan sungai-sungai yang mengalir, pada akhirnya belum tentu memberi kebahagiaan penghuninya. Pengelolaan yang tepat, kearifan cara menggunakannya, dan ketekunan untuk merawatnya akan menentukan apakah semua kekayaan alam itu memberi kebahagiaan.
Semoga kita menemukan kebahagiaan sejati pada hari-hari ini dan esok hari. Berikan senyuman terbaikmu pada orang lain. Karena setiap senyuman adalah awal kebahagiaan bersama.
i https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/jemima/dongeng-anak-si-kancil-dan-siput/8
ii https://tirto.id/sejarah-dongeng-dari-zaman-perunggu-hingga-era-digital-dajC
iii idem ditto
iv https://www.daysoftheyear.com/days/world-storytelling-day/
v https://republika.co.id/berita/po75uo458/inikah-dongeng-pertama-di-dunia
vi http://www.fao.org/state-of-forests/en/
vii https://www.un.org/en/observances/forests-and-trees-day Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan tanggal 21 Maret sebagai Hari Hutan Internasional pada tahun 2012 untuk merayakan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya semua jenis hutan. Berbagai negara didorong untuk melakukan upaya lokal, nasional dan internasional untuk menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan hutan dan pepohonan, seperti kampanye penanaman pohon.
viii https://www.daysoftheyear.com/days/world-water-day/
ix https://www.worldwaterday.org
x https://worldhappiness.report/ed/2021/
xi https://www.bbc.com/news/world-europe-56457295
xii https://www.un.org/en/observances/happiness-day