“The guest becomes the owner.”
—The Thirty-Six Stratagems
Sebuah video beredar luas soal ‘invasi’ Cina ke Indoneisa. Digambarkan bahwa karena jumlah penduduk yang membludak luar biasa, ambisi untuk menguasai sumberdaya global dan upaya memanfaatkan diaspora Cina di seluruh dunia untuk turut berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi negeri nenek moyang mereka, maka salah satunya adalah dengan mengirimkan sebanyak mungkin warganya (secara legal dan ilegal) ke negara-negara lain. Indonesia adalah salah satu yang menjadi target. Video itu juga memaparkan salah satu strateginya yakni bekerjasama dengan pengusaha diaspora. Maka dibangunlah dan dikuasailah wilayah-wilayah sepanjang pesisir. Dibangun perumahan-perumahan yang memudahkan memasukkan imigran Cina ke wilayah Indonesia. Mungkin cemas yang berlebihan.
Beberapa waktu lalu dikabarkan banyaknya tenaga kerja Cina yang masuk melalui proyek-proyek yang dibiayai oleh Cina. Morowali adalah salah satunya. Industri di Banten juga dikabarkan demikian. Konsepnya adalah Turn Key Project—semua proyek yang dibiayai oleh investor Cina akan dieksekusi dengan membawa sebagian besar tenaga kerja Cina. Banyak kupasan soal itu. Seperti biasa, pemerintah membantah—menenangkan situasi. Kita mungkin mempunyai litmus kekhawatiran yang berlebih.
Ketika Dr. M (Mahathir Mohammad) kembali ke tampuk kekuasaan di Malaysia, langkah pertama yang penting dilakukan adalah menghentikan proyek-proyek besar Cina yang di bangun secara eksklusif, biaya fantastik dengan mengimpor pekerja dari Cina. Dr. M geram. Langkah tegas diambil. Rupanya kita tahu isu Turn Key Project bukan hoax. Iya adalah nyata sebuah pendekatan strategi ekspansi Cina.
Buku ini—The Hundred-Year Marathon: China’s Secret Strategy to Replace America As The Global Superpower ditulis oleh Michael Pillsbury (2015)— mengungkapkan strategi Cina menuju superpower. Tidak semua strategi Cina ini ditemukan dalam dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah atau partai komunis yang berkuasa.
Para garis keras Cina yang dikenal dengan sebutan “hawk” menjadi mata dan penasihat penting pemerintah Cina. Kelompok hawk inilah yang telah menasihati pemimpin Cina, dimulai dengan Mao Zedong, untuk membalas satu abad dendam kesumat yang mendorong Cina meneguhkan cita-citanya untuk menggantikan Amerika Serikat sebagai pemimpin dunia pada bidang ekonomi, militer, dan politik pada tahun 2049 (ini adalah tonggak ulang tahun yang ke seratus tahun Revolusi Komunis). Rencana inilah yang dikenal sebagai “the Hundred-Year Marathon.” Ini adalah rencana yang telah dilaksanakan oleh kepemimpinan Partai Komunis dari awal hubungannya dengan Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk membalas atau “menghapus bersih” (xi xue) penghinaan asing di masa lalu. Maka Cina akan mengatur tatanan dunia baru yang adil bagi Tiongkok, dunia tanpa supremasi global Amerika, dan mengoreksi orde ekonomi dan geopolitik dunia yang didominasi AS yang didirikan di Bretton Woods dan San Francisco pada akhir Perang Dunia II. Para hawk ini menilai bahwa China hanya bisa berhasil dalam proyek ini melalui deception, atau setidaknya dengan menyangkal rencana yang menakutkan. Karena itu rencana-renanca penting strategi Cina tidak akan mudah ditemukan. Termasuk rencana “the Hundred-Year Marathon.”
Kerja-kerja besar Cina berjalan dan menyusup dalam sunyi.
Sebab kekuatan dari “the Hundred-Year Marathon”, bagaimanapun, karena ia beroperasi seperti siluman. Maraton tidak dibicarakan dalam ruang-ruang terbuka. Apalagi berharap ada informasi detil tentang itu. Semua terkunci rapat pada lemari besi di Beijing. Marathon sangat dikenal oleh para pemimpin China sehingga tidak perlu mengambil risiko dengan menuliskannya. Namun belakangan orang-orang Cina mulai membicarakan gagasan Maraton itu secara lebih terbuka — mungkin karena mereka menyadarinya sudah terlambat bagi Amerika untuk bisa mengejarnya (h. 22).
Buku ini dimulai dengan menguraikan mimpi Cina: The Cina Dream. Impian Cina ini pada dasarnya juga banyak dibantu oleh Amerika dan negara-negara Eropa yang pada awalnya banyak menjuluki Cina sebagai “the Sick Man of East Asia.” (h. 23). Amerika Serikat dan negara-negara Barat telah membantu Cina mencapai tujuan mereka dari awal. Satu kunci sumber bantuan tersebut adalah Bank Dunia yang pernah merekomendasikan bagaimana China dapat mengejar Amerika Serikat dalam dua puluh tahun strategi. Meskipun itu tentu saja bukan satu-satunya bantuan. Selama beberapa dekade, pemerintah AS memiliki kebebasan menyerahkan informasi sensitif, teknologi, pengetahuan militer, intelijen, dan saran ahli untuk Cina. Begitu banyak dan lama dukungan yang telah disediakan untuk mengobati “the Sick Man of East Asia” ini. Dan sialnya, segala hal yang belum diberikan, akan mereka curi.
Dengan kata lain, Cina benar-benar menerapkan pepatah kuno mereka seperti yang dituliskan pada stratagem —“kill with a borrowed sword”— “bunuh dengan pedang yang dipinjam”— atau, dengan kata lain, menyerang menggunakan kekuatan yang lain.
Michael Pillsbury, penulis buku ini adalah Direktur Pusat Strategi Cina di Hudson Institute dan pernah menjadi bagian dari administrasi kepresidenan Amerika Serika dari masa Richard Nixon hingga Barack Obama. Michael juga pernah bertugas di posisi senior di Departemen Pertahanan dan Komite Senat AS. Dia adalah anggota Dewan Hubungan Luar Negeri dan Institut Internasional untuk Studi Strategis. Buku ini terdiri dari 11 Bab. Sebagai lulusan Universitas Stanford dan Columbia, mantan analis di RAND Corporation dan peneliti di Harvard tentu saja refensi riset yang luas menjadi bagian yang menarik dalam buku ini.
Lalu bagiamana dengan kekhawatiran-kekhawatiran banyak pihak soal dugaan membanjirnya investasi dan pekerja proyek dari Cina? Kita bisa membaca detilnya di Bab 9: A CHINA WORLD ORDER IN 2049 (h.179). Pada tanggal 29 Januari 2018, The Global Canadian menulis kupasan soal Cina menaklukkan dunia: CAN CHINA CONQUER THE WORLD? YES, IT HAS A PLAN THAT WORKS https://www.theglobalcanadian.com/can-china-conquer-world-yes-plan-works/ Dituliskan bahwa Cina sedang menyebarkan jejaknya di Afrika dengan pabrik-pabrik serta pangkalan pertahanan. Dan sangat mungkin bahwa dalam satu dekade, ada jejak kaki Cina dalam jarak beberapa ratus mil di mana pun Anda berada di dunia.
Cina telah merencanakan penaklukannya atas dunia secara teliti. Misalnya saja One Belt One Road (OBOR) yang ambisius, juga disebut Belt and Road Initiative dan New Silk Road, adalah sebuah cetak biru perusahaan kolonial yang menyebar dari Asia ke Afrika ke Eropa.
Itu bukan hanya ambisi mimpi dari suatu bangsa yang datang sebagai “the Sick Man of East Asia”. Terinspirasi oleh jalur perdagangan abad pertengahan antara Eropa dan Asia, OBOR akan menjadi jaringan laut dan darat yang menghubungkan puluhan negara di seluruh dunia, berdampak pada 4,4 miliar orang dan menghabiskan biaya $ 4 triliun hingga $ 8 triliun (balik halaman untuk melihat peta). Cina sedang membangun enam rute dunia utama yang akan mencakup jalur kereta api, jalan, pelabuhan, pipa minyak dan gas dan proyek infrastruktur lainnya.
GDP Cina akan mengambil alih posisi AS pada tahun 2028 pada tingkat pertumbuhan rata-rata yang diproyeksikan sebesar 2% untuk AS dan 6,5% untuk Cina. Pada tahun 2016, perdagangan Tiongkok dengan dunia sedikit lebih besar. Cina juga berkembang pesat menjadi teknologi digital dan powerhouse dan telah menciptakan beberapa perusahaan yang tumbuh dari nol hingga menjadi miliar dolar multinasional dalam beberapa tahun ini — Alibaba, Tencent, Baidu, WeChat, dan Xiaomi. Perusahaan-perusahaan Cina secara perlahan berubah menjadi perusahaan multinasional besar dan banyak yang akan mulai bersaing dengan para pemimpin Barat.
Mimpi Cina 2049 bukan isapan jempol belaka. Pada 2050, ekonomi Cina akan menjadi jauh lebih besar dari Amerika — mungkin tiga kali lebih besar, menurut beberapa orang proyeksi – dan dunia kemudian bisa menjadi satu unipolar, dengan Cina sebagai pemimpin global. Skenario lain memproyeksikan Cina dan Amerika Serikat sebagai dual kekuatan super, dan yang lain memprediksi dunia tripolar dari Cina, India, dan Amerika Serikat (h.179).
Ambisi Cina untuk mencapai target 2049 akan memerlukan sumberdaya apapun dan dari berbagai cara apapun.
September 2005, Presiden Hu Jintao menyampaikan pidato utama di Majelis Umum PBB — berjudul “Build Toward a Harmonious World of Lasting Peace and Common Prosperity”97— di mana dia mendiskusikan gagasan “harmonis dunia.” Dalam pidatonya, Hu samar-samar berkata, “Mari kita bergandengan tangan dan bekerja bersama untuk membangun dunia yang harmonis dengan perdamaian dan kemakmuran yang langgeng.” Delapan tahun kemudian, penggantinya, Xi Jinping, memberikan petunjuk utama ke masa depan dunia dalam lima kata dari keynote speech-nya—“development is of overriding importance,” alias yang penting adalah pembangunan. Xi juga menambahkan kemudian bahwa “kita harus terus-menerus mengokohkan dan memperkuat pondasi budaya untuk merealisasikan impian Cina. Xi sedang menyusun tujuan harmoni dunia yang menyelaraskan dunia sesuai dengan nilai-nilai Cina (h.197).
Jika Cina datang sebagai tamu di sebuah negara maka berhati-hatilah. “The guest becomes the owner.”
—Dwi R. Muhtaman—
Bogor, 10102018
#BincangBuku #02