halaman drm #1
Dear Data
Dwi R. Muhtaman
Posted Dec 31st, New York. Dikirim oleh Giorgia. Received, Jan 2nd, London. Diterima oleh Stefanie. Itulah cap tanggal yang ada pada muka kartu pos masing-masing. Pada kartu pos itu, pada sisi penempelan perangko, Giorgia menulis tentang kegiatannya pada Minggu ke-13. Ada tiga hal yang diceritakan: makanan dan minuman, kesehariannya secara umum, dan pekerjaan. Tentang makanan ia menceritakan sebatang coklat yang manis dan itu membuatnya lapar. Coklat, manis dan lapar ditandai dengan warna garis yang berbeda. Soal kesehariannya ia menceritakan tentang kegiatan fisik yang meliputi makan yang dikurangi, lebih merasa lepas, tidur dan lain-lain. Tentang pekerjaan, dia mencatat soal data, mengurangi bekerja, namun merasa lebih produktif, dan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan lainnya.
Setiap aspek kegiatan diberi tanda garis dengan warna-warna yang berbeda. Tiga hal itu beserta detil butir-butirnya kemudian disusun menjadi sebuah grafis tentang konstelasi bintang dan garis. Simbol bintang diartikan sebagai a specific type of desire. Sementara garis menunjukkan the desire (hasrat) yang diinginkan. Setiap bintang mengandung beberapa garis yang dapat diartikan setiap spesifik tipe sebuah keinginan mengandung beberapa keinginan di dalamnya. Dia gambarkan (pada sisi sebaliknya dari kartu pos) dalam grafis itu sebuah konstelasi bintang-bintang dengan garis-garis warna warni. Seperti konstelasi perbintangan.
“Giorgia feels that desires are projections of a present we’d like to change, in the near or far future, so she drew constellations: dots that the viewer sees as aligned only from a specific point of view.” Giorgia merasa bahwa keinginan adalah proyeksi dari masa kini yang ingin diubah, dalam waktu dekat atau jauh, jadi dia menggambar konstelasi: titik-titik yang dilihat pemirsa akan sesuai hanya dari sudut pandang tertentu.
Itulah yang ditulis dan digambarkan Giorgia pada selembar kartu pos dan dikirimkan ke Stefanie sahabatnya yang tinggal di London. Giorgia Lupi adalah seorang desainer informasi yang bekerja dalam visualisasi informasi. Dalam berkarya Giorgia sering menjumpai adanya kesenjangan antara digital dan cetak. Ia mencoba menciptakan narasi visual yang menghubungkan angka dengan apa yang mereka perjuangkan untuk: pengetahuan, perilaku, orang. Dia adalah salah satu pendiri dan direktur desain di Accurst, firma penelitian, desain dan inovasi berbasis data yang berbasis di Milan dan New York.
Apa yang ditulis Stefanie dari tempat tinggalnya di London? Ia menggambar grafis dengan sebuah titik di tengah sebagai pusat. Lalu dari titik utama itu menjulur garis-garis warna warni sebanyak 80 garis yang dibagi dalam tujuh kelompok. Ujung garis-garis dibuat pentulan lingkaran kecil. Keseluruhan garis membentuk lingkaran dengan pusat pada titik di tengah dengan warna hitam.
Bagaimana membaca grafis itu? Stefanie memberi uraian ringkasnya dalam halaman sempit sebuah kartu pos. Garis warna warni itu menunjukkan sebuah desire (keinganan). Tujuh kelompok garis menunjukkan jumlah hari dalam sepekan. Dan setiap warna pada garis menujukkan jenis hasrat itu. Misalnya garis berwarna merah menunjukkan keinginan udara yang lebih bersih untuk dunia. Oranye adalah makan dan minum. Warna pink diuraikan sebagai basic human needs: seks/tidur/olahraga. Warna coklat menggambarkan happiness for all. Stefanie dalam grafis itu menorehkan 13 warna pada garis-garis.
Stefanie mengirimkan kartu pos data grafis harian itu ke Giorgia di New York pada tanggal 30 Desember 2014.
Setiap pekan harus diputuskan apa yang akan dituangkan. Itupun tidak semua hal diungkapkan. Misalnya tentang kebutuhan dasar manusia. Ada yang sengaja dikaburkan karena malu dituangkan. Stefanie Posavec adalah seorang desainer data yang pekerjaannya berfokus pada representasi non-tradisional dari data yang berasal dari topik-topik bahasa, sastra atau ilmu pengetahuan. Seringkali menggunakan pendekatan tulis/gambar tangan (hand-crafted approach), Karyanya telah dipamerkan antara lain di MoMA di New York, CCB di Rio de Janeiro, Sains Galeri di Dublin dan V&A di London. Pada 2013 dia adalah artist-data-in-residence pertama di Facebook, kampus Menlo Park.
Itulah salah satu cuplikan dalam dua kartu pos, cerita dua sahabat yang tinggal masing-masing di New York dan London, dipisahkan oleh Samudra Pasifik, tetapi terhubung dengan korespondensi: sebuah kartu pos. Cuplikan pekan ke-13 ini mengambil tema “A week of desire.” berdasarkan tema itu mereka membuat grafis desire pada pekan itu. Menjelaskan cara membaca grafisnya dan dikirimkan. Mereka saling berkirim kartu pos dan dilakukan setiap pekan selama 52 pekan dalam setahun.
Gagasan kreatif yang brilian. Pengalaman mereka membuat data visual melalui korespondensi kartu pos ini dibukukan dengan judul Dear Data (Giorgia Lupi and Stefanie Posavec, Penguin Random House, 2016). Kartu pos pekan pertama dimulai antara September/Oktober 2014.
Buku ini adalah kisah tentang bagaimana, Giorgia dan Stefanie, menjadi teman melalui berbagi detail kehidupan sehari-hari. Tapi mereka tidak melakukannya dengan ngobrol di kafe dan bar atau di media sosial. Sebagai gantinya mereka memulai korespondensi kuno dengan cara yang tidak biasa (saat ini). Setiap pekan, selama setahun, mereka saling berkirim kartu pos yang menjelaskan apa yang telah terjadi selama pekan itu. Mereka tidak menulis apa telah terjadi – mereka menggambarnya.
Setiap hari Senin dipilih topik tertentu. Mengumpulkan data tentang kegiatan mereka selama sepekan itu: seberapa sering mengeluh, atau kapan merasa iri; kontak fisik dengan siapa; suara apa yang didengar di sekitar. Lalu semua data itu digambarkan. Dan setiap pekan itu ritual mereka menjatuhkan selembar kartu pos ke dalam English post box (Stefanie) atau American mail box (Giorgia)–dua istilah untuk sebutan kotak surat yang berbeda.
Selama lima puluh dua minggu mereka melakukan. Dengan sukacita.
Bagi mereka bertukar kartu pos ini seperti mengikuti sebuah perjalanan misterius. Melepaskan kertas persegi-empat mungil dengan hanya berbekal perangko menyebrangi Samudra Atlantik. Membiarkan selembar kartu itu menjalani hidup mereka sendiri. Membawa pesan visual mingguan. Dan satu kolaborator yang memungkinkan Dear Data dalam kartu pos ini mencapai tujuannya: Layanan Pos dua negara.
Dalam proyek korespondensi visual selama setahun, Giorgia, seorang wanita Italia yang tinggal di New York, dan Stefanie, seorang wanita Amerika yang hidup di London, setiap pekan, memilih bersama satu aspek kehidupan sehari-hari – dari kebiasaan tidur hingga belanja. Masing-masing pengalaman itu dituangkan dalam visualisasi yang digambar dan ditulis dengan tangan di bagian depan dan belakang kartu pos, lalu saling mengirimnya.
Bagi Maria Popova, seorang penulis pada The New York Times, Wired Inggris, dan The Atlantic, dalam pengantarnya untuk buku ini, di luar dari pengamatan harian sederhana ini muncul kompleksitas pengalaman manusia – nonlinier, kontradiktif, dan selalu disaring melalui lensa perhatian yang diskriminatif namun tidak sempurna. Batasan kreatif dari tema pemersatu hanya memperkuat berbagai kemungkinan di dalam setiap parameter. Terlepas dari kesamaan substansial antara dua wanita ini – keduanya adalah desainer informasi terkenal karena bekerja dengan tangan, keduanya hanya seperti anak-anak yang bermain, keduanya sudah meninggalkan kampung halaman masing-masing untuk bergerak melintasi Atlantik dalam mengejar hasrat kreatif, dan mereka berusia sebaya. Namun orientasi perhatian terhadap masing-masing subjek yang dipilih setiap pekan selalu sama sekali berbeda. Baik dalam substansi dan gaya.
Menurut Popova, mereka sengaja menggunakan metafora visual dan desain informasi yang berbeda teknik untuk tema setiap pekan. Dan hasilnya adalah duet kepekaan data visual yang sangat menyenangkan, penguasaan bentuk dan warna saling menguatkan keindahan: “Sebuah puisi spasial khas Posavec dan Lupi,” tulisnya.
Dear Data menegaskan dan memberi kesadaran kita bahwa setiap individu mampu menghasilkan data. Setiap hari kita menghasilkan data.
Pilihan pendekatan gambar dan tulis tangan adalah upaya mereka untuk merawat keindahan “the humane art.” Menyindir modernitas manusia yang menulis dan menggambar dengan mesin ketik yang monoton, seragam dan membosankan. Puisi juga akan kehilangan rasa dan keindahannya ketika ditulis dalam terjemahan dengan mesin google. Dalam peradaban baru Big Data kini, sentuhan-sentuhan keindahan sebagai manusia telah perlahan dihapuskan. Setiap data yang kita produksi menjelma menjadi industri. Ditambang oleh perusahaan-perusahaan platform raksasa. Manusia menjadi barang yang diperjuabelikan karena data yang diproduksi.
Karena itu, Giorgia dan Stefanie percaya bahwa hidup di zaman Big Data, tempat algoritma dan komputasi dipandang sebagai kunci baru untuk pertanyaan universal; dimana berbagai aplikasi dapat mendeteksi, menggabungkan, dan memvisualisasikan data setiap orang, dan membayangkan setiap individu menjadi manusia super yang efisien. Giorgia dan Stefanie memilih untuk mendekati data dengan lebih lamban dan dengan cara yang labih analog.
Mereka menganggap Dear Data sebagai “personal documentary.” Daripada menggunakan data untuk menjadi lebih efisien, mereka berpendapat lebih penting menjadikan data sebagai karya yang lebih manusiawi, membangun relasi pribadi dan yang lain dengan lebih mendalam.
Lima puluh dua kartu di buku ini adalah gambaran bahwa data juga adalah soal personal. Bukan semata sebuah industri yang dikuasai untuk kepentingan korporasi yang tak henti mengejar keuntungan belaka. Data adalah materi kreatif seperti cat atau kertas, hasil dari cara pandang dan interaksi yang sangat baru dengan dunia kita. Data adalah tempat untuk bermain dengan segala ekspresi kreatif yang menyenangkan.
Bogor, 18 Mei 2021