Sustainability 17A #35
Hammarby dan ‘Tapak Ekologi’ Kita
Dwi R. Muhtaman,
sustainability learner
“Setiap tempat memiliki sejarahnya sendiri,” tulis Lars Fränne, Chairman of the Steering Group di publikasinya: Hammarby Sjöstad– a unique environmental project in Stockholm (2007). Pada awal 1990-an, Hammarby Sjöstad memiliki reputasi sebagai kawasan industri dan pemukiman yang rusak, tercemar, dan tidak aman. Dan area di sekitar Hammarby Sjöstad di selatan Stockholm telah berubah secara drastis berkali-kali. Ada beberapa daerah yang telah dideskripsikan sebagai menawarkan “pemandangan indah yang damai dari alam” di tahun 90-an, dan yang, hanya beberapa dekade kemudian, disebut dengan sinis sebagai “kota kumuh” dari baja bergelombang. Namun kemudian ia merupakan kota yang dilahirkan kembali, di milenium baru, sebagai bagian dari pusat kota Stockholm modern dan ramah lingkungan. i
Sekarang, Hammarby Sjöstad adalah salah satu distrik pemukiman paling menyenangkan di Stockholm dan salah satu distrik pembaruan kota paling sukses di dunia. Hammarby menikmati lokasi yang sangat baik antara kehidupan metropolitan yang kaya di ibu kota dan alam di pinggiran kota.ii
Pada tahun 2016, ketika fase kedua dan terakhir dari kegiatan pembangunan selesai, kota ini mampu menampung 25.000 orang dan menawarkan pekerjaan kepada 10.000 orang lainnya. Perpaduan yang menarik antara apartemen, toko, kantor, dan pedagang kecil dengan fokus pada budaya dan hiburan memberi Hammarby Sjöstad suasana kota yang menawan.
Salah satu tekat revitaslisasi kota ini tentu adalah soal keberlanjutan. Ambisi keberlanjutan yang tinggi diintegrasikan ke dalam proses perencanaan sejak tahap pertama. Alternatif berkelanjutan untuk mengelola air, energi, dan limbah dipelajari dengan cermat di tingkat arsitektur dan infrastruktur. Misalnya, semua listrik yang digunakan berasal dari sumber terbarukan. Jenis sel bahan bakar baru, sel surya, dan panel surya sedang diuji di daerah tersebut.
Distrik Hammarby Sjöstad adalah produk dari proses kolaboratif positif antara otoritas kota, perencana kota, pengembang, arsitek, arsitek lanskap, insinyur di bisnis teknologi lingkungan, perusahaan energi Fortum, dan Perusahaan Air Stockholm. Bentuk tradisional perencanaan kota mengambil inspirasi dari pusat kota abad ke-19 Stockholm, dikombinasikan dengan arsitektur modern yang bervariasi. Bangunan berorientasi ke laut dan kanal, untuk memungkinkan sebanyak mungkin rumah mendapatkan kenikmatan dari pemandangan yang kaya air. Berdasarkan strategi kota hijau yang kompak, keseimbangan harmonis terjadi antara konstruksi dan ruang publik. Tidak adanya pagar dan adanya ruang publik dengan jalan setapak menghasilkan wilayah-wilayah dengan atmosfer yang berbeda. Kepadatan distrik, yang sebanding dengan pusat kota Stockholm, memberikan suasana yang trendi dan menawarkan kualitas hidup yang tinggi.
Hammarby sjöstad (Hammarby Lake City) awalnya merupakan proyek pembangunan perkotaan yang berada tepat di sebelah selatan Pulau Selatan Stockholm. Tidak diragukan lagi, kota yang pernah tercampakkan karena kejorokannya ini adalah tempat yang paling banyak dirujuk dan dikunjungi di antara contoh-contoh tentang pembangunan perkotaan ramah lingkungan yang diterapkan di Skandinavia. Hammarby juga termasuk kota yang banyak dikutip dalam publikasi. Nancy Rottle dalam Desain Ekologi (2011) adalah salah satunya. Ada 13.000 pengunjung setahun dari seluruh dunia.iii
Pada mulanya Hammarby akan diubah dari daerah bekas kawasan industri menjadi arena olahraga ekologis dan perkampungan atlet, sebuah cita-cita untuk mendukung kawasan ini sebagai daerah Olimpiade 2012. Sayangnya kompetisi tuan rumah Olimpiade itu dimenangkan oleh London. Sertamerta rencana diubah bukan lagi menjadi bagian kota Stockholm. Tetapi bersama dengan sejumlah perusahaan konstruksi diputuskan untuk menjadikan ini menjadi distrik Ecocity pertama di Stockholm selama milenium pertama. Ecocity district yang lainnya adalah Western Harbour di Malmö yang ditampilkan selama National Residential Fair 2001). Distrik ini dikembangkan di sekitar Hammarby Sjö (Danau) dan setelah selesai akan berisi sekitar 1.000 apartemen untuk lebih dari 26.000 penduduk, dengan 6 m2 ruang kerja/penghuni.
Model Hammarby
Salah satu fitur baru dari Kawasan Eco-distrik, yang telah mendapat pengakuan internasional, adalah mengintegrasikan beberapa infrastruktur dalam perencanaan sejak awal: infrastruktur teknis, infrastruktur mobilitas dan komunikasi, infrastruktur bangunan, dan dalam beberapa hal, infrastruktur green-blue. Ciri kuat lainnya adalah sistem perencanaan interdisipliner aliran fisik energi, air dan limbah. Model Hammarby saat ini ditiru di seluruh dunia – mis. dalam pengembangan Caofeidian Ecocity di Cina iv dan dalam konsep konsultan SWECO Swedia Symbiocity di Brasil.v Jika dihitung jejak karbonnya Hammarby barangkali termasuk kota yang sudah mencapai zero emission–sebuah upaya yang mengagumkan dan layak menjadi teladan kota-kota/kabupaten di Nusantara.
Dari Hammarby Sjöstad kita kembali pada sebuah Kampung di pelosok desa Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia.
Pasar Papringan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah menghadirkan suasana berbeda dari pasar-pasar desa pada umumnya.vi Pasar ini memang menyediakan sejumlah makanan, hingga suvenir untuk diperjualbelikan. Namun aura pasar memberi makna penting soal desa, dan ekosistem alam. Pesan yang disampaikan pun sederhana dan mengena, “Jangan sekali-kali meremehkan desa.” Pada awalnya Pasar Papringan yang terletak di Dusun Kelingan, Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Temanggung. Pasar ini dibuka tiap Minggu Wage. Penghitungan “Minggu Wage” berdasar kalender Jawa, yang berarti selapanan atau buka tiap 36 hari sekali. Pasar ini telah terselenggara sebanyak ketiga kali, sejak pertama kali diluncurkan pada 10 Januari 2015.
Pasar Papringan ini, menurut inisiatornya, Singgih Susilo Kartono, sengaja dikembangkan di desa dimana ia lahir dan tumbuh. Ini agar orang mulai kembali pada desa. Pasar didesain berada di sudut desa, di bawah pohon bambu atau dalam bahasa Jawa disebut “pring”, kemudian diucapkan sebagai “papringan.” Didirikan di atas lahan seluas 1.000 meter persegi milik warga. Singgih beserta teman-teman berupaya menghidupkan desa dengan konsep pasar. Desa sebetulnya mempunyai kekayaan sumber daya alam melimpah. Tetapi seringkali diabaikan, karena itu perlu diselamatkan. Salah satunya bambu atau pring, yang mulai ditinggalkan masyarakat desa. Untuk membangunkan rasa memiliki, konsep Pasar Papringan kemudian diberi “roh” modernitas. Lokasi rumpun bambu di desa seringkali menjadi sudut desa yang kotor, seram dan tidak pernah menjadi tempat yang menyenangkan. Bahkan seringkali menjadi tempat sampah. Pasar Papringan mengubah semua itu. Dengan sentuhan desain ‘langskap’ yang cantik dan pemanfaatan bahan-bahan lokal memungkinkan papringan yang tidak bernilai ditransformasi menjadi tempat yang iconic. Pasar Papringan menjadi atraksi desa yang dinanti-nanti ratusan pengunjung setiap musim dibuka.
Pasar Papringan kini tidak lagi di tempat yang sama melainkan sudah berpindah di dusun Ngadiprono, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.vii Perubahan lokasi ini juga adalah indikasi ownership dan visi yang berbeda.
Dua contoh menunjukkan betapa pentingnya prakarsa, visi dan eksekusi. Baik yang dimulai oleh sekelompok orang maupun individu. Transformasi memerlukan leadership dan juga stamina dalam melihat potensi dan arah perubahan sekitarnya. Masing-masing inisiator dalam dua contoh di atas percaya bahwa segala upaya bisa dilakukan untuk mewujudkan visi yang baik. Ini adalah aksi nyata untuk mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang diidam-idamkan. Tindakan nyata seperti itulah yang diharapkan dilakukan oleh warga dunia dalam meraih pembangunan yang berkelanjutan. Setiap negara, setiap organisasi dan setiap individu diharapkan mempunyai komitmen dan bertindak. Karena itulah PBB mencanangkan dekade ini (2021-2030) adalah Decade of Action. Saatnya bertindak.
Dekade Aksi untuk mencapai Tujuan Global
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan – visi bersama kita untuk mengakhiri kemiskinan, menyelamatkan planet dan membangun dunia yang damai – mendapatkan momentum global.viii PBB menetapkan satu dekade ke depan hingga 2030 ini adalah Dekade Aksi. Dengan hanya 10 tahun tersisa, upaya global yang ambisius sedang dilakukan untuk memenuhi janji 2030 — dengan memobilisasi lebih banyak pemerintah, masyarakat sipil, bisnis, dan menyerukan kepada semua orang untuk menjadikan Tujuan Global milik mereka.
Menurut PBB, saat ini kemajuan sedang dibuat di banyak tempat, tetapi, secara keseluruhan, tindakan untuk memenuhi Goals yang disepakati masyarakat dunia belum mencapai kecepatan atau skala yang diperlukan. Tahun 2020 ditegaskan menjadi satu dekade tindakan ambisius untuk mencapai Tujuan pada tahun 2030. Dekade Aksi menyerukan percepatan solusi berkelanjutan untuk semua tantangan terbesar dunia – mulai dari kemiskinan dan gender hingga perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan menutup kesenjangan keuangan.
Pada September 2019, Sekretaris Jenderal PBB meminta semua sektor masyarakat untuk memobilisasi aksi selama satu dekade pada tiga tingkat: aksi global untuk mengamankan kepemimpinan yang lebih besar, lebih banyak sumber daya dan solusi yang lebih cerdas untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan; aksi lokal menanamkan transisi yang diperlukan dalam kebijakan, anggaran, kelembagaan dan kerangka peraturan pemerintah, kota dan otoritas lokal; dan aksi masyarakat, termasuk oleh pemuda, masyarakat sipil, media, sektor swasta, serikat pekerja, akademisi dan pemangku kepentingan lainnya, untuk menghasilkan gerakan yang tak terhentikan untuk mendorong transformasi yang diperlukan.
Pandemi COVID-19 dan dampaknya pada 17 SDGs telah menunjukkan bahwa apa yang dimulai sebagai krisis kesehatan dengan cepat menjadi krisis kemanusiaan dan sosial-ekonomi. Meskipun krisis membahayakan kemajuan menuju SDG, hal itu juga membuat pencapaiannya menjadi lebih mendesak dan perlu. Sangat penting bahwa capaian yang digapai hingga saat ini perlu dilindungi sebanyak mungkin. Pemulihan transformatif dari COVID-19 harus diupayakan, yang mengatasi krisis, mengurangi risiko dari potensi krisis di masa depan dan meluncurkan kembali upaya implementasi untuk menyampaikan Agenda 2030 dan SDGs selama Dekade Aksi.
Seperti diakui PBB pembicaraan tingkat dunia tentang perlunya bertindak untuk mengatasi krisis lingkungan global tidak banyak membuahkan hasil. Tentu ada capaian-capaian tetapi tidak cukup cepat dan nendang.
Sebuah Laporan yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES): Global Assessment Report on Biodiversity and Ecosystem Services (2019) menyatakan bahwa alam dan segala manfaat pentingnya bagi manusia, yang di dalam alam itu terkandung keanekaragaman hayati dan fungsi dan jasa ekosistem, makin memburuk di seluruh dunia.
Alam tempat kita tinggal sejak ratusan ribu tahun ini memberikan begitu banyak manfaat sangat penting untuk keberadaan dan keberlangsungan hidup manusia. Kebutuhan untuk memenuhi kualitas hidup yang baik yang menyangkut kesejahteraan, keselarasan hidup dengan alam disediakan oleh alam.
Sementara itu dari tahuan ke tahun dengan makin meningkatnya jumlah penduduk di bumi dan di tempat-tempat lain maka akan lebih banyak makanan, energi, jasa lingkungan yang dibutuhkan. Alam makin banyak memasok segala kebutuhan kita, yang mungkin akan mengorbankan kemampuan alam untuk memberikan keperluan serupa di masa depan. Kerusakan alam karena cara pengelolaan yang salah atau pengambilan yang berlebihan akan menghancurkan kemampuan alam untuk tetap menghasilkan yang diperlukan di masa yang akan datang.
Saat ini, manusia beserta binatang ternak yang kita pelihara untuk memenuhi kebutuhan pangan, merupakan 96% dari semua mamalia yang ada di bumi. Hanya 4% menyisakan makhluk lainnya–dari gajah hingga mamalia malam, dari musang hingga monyet. Dan 70% jenis burung yang ada sekarang adalah merupakan jenis ayam yang diternakkan untuk kita konsumsi. Itulah catatan David Attenborough pada pengantar untuk The Dasgupta Review (2021). “We are destroying biodiversity, the very characteristic that until recently enabled the natural world to flourish so abundantly. If we continue this damage, whole ecosystems will collapse. That is now a real risk.”
Biosfer, umat manusia secara keseluruhan tergantung, sedang diubah ke arah yang tak tertandingi skalanya. Keanekaragaman hayati- Keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dan ekosistem – menurun lebih cepat selama sejarah manusia.
Sejak 1970, tren dalam produksi pertanian, panen ikan, produksi bioenergi dan aneka material dari alam telah meningkat, tetapi 14 dari 18 kategori kontribusi alam yang dinilai, sebagian besar kontribusi dalam bentuk pengaturan dan non-material, telah menurun. Nilai produksi tanaman pertanian ($2,6 triliun pada 2016) telah meningkat sekitar tiga kali lipat sejak tahun 1970 dan produksi kayu telah meningkat sebesar 45 persen, mencapai sekitar 4 miliar kubik meter pada 2017, dengan industri kehutanan menyediakan sekitar 13,2 juta pekerjaan.
Namun, indikator kontribusi pengaturan/non-material, seperti karbon organik tanah dan keragaman penyerbuk, telah menurun, dan ini menunjukkan bahwa keuntungan kontribusi materi seringkali tidak berkelanjutan. Saat ini, degradasi tanah telah mengurangi produktivitas di 23 persen dari wilayah terestrial global, dan antara $ 235 miliar dan $ 577 milyar dalam hasil panen global tahunan beresiko sebagai akibat dari kehilangan binatang penyerbuk. Apalagi hilangnya habitat pesisir dan terumbu karang mengurangi perlindungan pantai, yang meningkatkan risiko banjir dan badai bagi kehidupan dan harta benda 100 juta hingga 300 juta orang yang tinggal di pesisir pada zona banjir 100-tahun.
Perundingan-perundingan tentang penangan Perubahan Iklim juga menghadapi hambatan kepentingan-kepentingan kelompok. Perubahan Iklim yang mengancam dunia dan masyarakat dunia belum mampu menjadi satu kesatuan bersama dalam komitmen dan tindakan. Perubahan Iklim mempunyai implikasi luas terhadap beragam ekosistem dunia.
The Global Risks Report (2020) menegaskan dunia tidak bisa lagi menunggu selesainya ketidakpastian geopolitik dan geo-ekonomi. Masalah yang dihadapi dalam aspek lingkungan sudah dengan jelas terpapar di depan mata dan kita alami bersama. Sudah sangat mendesak untuk diselesaikan. Kesempatannya adalah saat ini dan di sini. Ketika aneka negosiasi membangun kesepakatan solusi—yang tentu tidak selalu mudah—berlangsung lama dan bertele-tele, maka warga negara harus bergerak. Gerakan kecil itulah yang harus dilakukan. Gerakan kecil yang dilakukan secara bersama dam masif akan membentuk gelombang. Gelombang inilah pada waktunya akan membongkar segala dinding negosiasi yang buntu karena kepentingan-kepentingan individual, kelompok dan sektor.
Tiga langkah penting dicanangkan PBB dalam kerangka Decade of Action:
Memobilisasi semua orang, di mana saja
Kita akan bekerja untuk menciptakan kekuatan yang tak terhentikan yang terkait dengan Tujuan Global.
Kita akan mengidentifikasi risiko untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.
Ini mengharuskan kita masing-masing untuk mengambil tindakan — secara individu dan kolektif, secara lokal dan global.
Tuntut urgensi dan ambisi
Kita harus menjadi generasi yang mengakhiri kemiskinan ekstrim, memenangkan tantangan melawan perubahan iklim dan menaklukkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender.
Kita akan meminta pertanggungjawaban para pemimpin dan menunjukkan apa yang mungkin dilakukan ketika tindakan memberikan hasil.
Menguatkan ide untuk solusi
Kita akan menyoroti solusi yang memperluas akses dan mendemonstrasikan kemungkinan gagasan dikembangkan.
Kita akan mendorong inovasi berkelanjutan, investasi keuangan, dan teknologi — sambil memberi ruang di komunitas dan kota kami untuk dipimpin oleh kaum muda.
Mari kita mengukur diri sendiri melalui tindakan sederhana berikut ini. Salah satu langkah awal penting individual adalah dengan mengukur seberapa perhatian dan kesungguhan kita dalam ikut berpartisipasi membuat bumi yang sehat.
Seberapa “hijau” Anda? Kebanyakan orang ingin melangkah dengan riang dan sehat di planet ini. Tetapi tidak yakin seberapa besar dampak yang mereka buat. Jika Anda penasaran untuk melihat apakah Anda merupakan salah satu yang memberi kontribusi merawat bumi, planet ini, Ikutilah kuis ini dan cari tahu. Seberapa Besar ‘Tapak Ekologi’ Anda? Quiz ini saya kutip dari buku yang ditulis oleh Diane Gow McDilda: 365 Ways to Live Green (2008).
Pilih saja jawaban yang paling sesuai dengan gaya hidup Anda.
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Seberapa sering Anda mendaur ulang?
a) Saya kadang daur ulang. Saya mendaur ulang semua yang saya bisa: kertas, aluminium, printer Cartridges
b) Saya mendaur ulang selama itu nyaman, selama tidak membutuhkan pemikiran atau usaha berlebihan/ yang terlalu besar.
c) Saya tidak punya waktu atau kesabaran untuk mendaur ulang. Saya seorang yang sibuk.
2. Apakah Anda menggunakan produk daur ulang atau eco-label?
a) Saya mencoba mengurangi apa yang saya butuhkan, tetapi ketika saya harus membeli, saya memilih produk daur ulang atau eco-label jika memungkinkan.
b) Jika saya ingat untuk mencari logo segitiga daur ulang atau logo eco-label, saya biasanya akan membeli produk tersebut
c) Jadi, itulah yang mereka lakukan dengan semua hal yang didaur ulang orang lain?
3. Berapa banyak peralatan Anda yang memiliki label Energy Star?
a) Setiap barang yang ada memiliki label Energy Star. Saya hanya membeli produk yang hemat energi.
b) Saat saya berbelanja, saya mencari label Energy Star. Saya mencoba membeli peralatan yang efisien, tetapi saya tidak akan mengorbankan apa yang akhirnya saya inginkan.
c) Saya membeli peralatan yang saya inginkan dan butuhkan terlepas dari apakah mereka efisien. Jika ada label Energy Star di salah satu peralatan saya, itu murni kebetulan.
4. Berapa banyak dari bagian rumah Anda yang terbuat dari bahan ramah lingkungan / berkelanjutan/sertifikasi eco-label?
a) Seluruh rumah saya terbuat dari bahan daur ulang atau berkelanjutan. Faktanya, itu benar LEED (Leadership in Energy and Environment Design) bersertifikat.
b) Rumah saya tidak dibangun menggunakan bahan yang berkelanjutan/ramah lingkungan, tetapi setiap kali saya merenovasi, saya menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan daur ulang.
c) Saya menyerahkan semua keputusan pembelian kepada pembangun. Jika mereka ingin menggunakannya bahan yang berkelanjutan atau didaur ulang, mereka bisa. Itu tidak masalah bagi saya.
5. Apakah Anda menggunakan segala bentuk energi terbarukan di rumah Anda?
a) Saya membeli energi terbarukan dari utilitas lokal yang dihasilkan gas TPA. Kalau tidak, saya memiliki kincir angin atau sel surya.
b) Saya mengevaluasi opsi yang berbeda. Utilitas lokal saya baru mulai menggunakan opsi energi terbarukan. Biayanya sedikit lebih mahal, tetapi itu sepadan. Saya juga ingin menggunakan sel surya di rumah.
c) Saya sudah mendengar tentang utilitas lokal yang menggunakan energi terbarukan, tapi saya merasa bahwa itu membutuhkan biaya yang tinggi, jadi saya rasa tidak akan menggunakannya.
6. Seberapa besar angka konsumsi bahan bakar yang mobil anda gunakan?
a) Saya tidak memiliki mobil
b) 17-18 km per liter
c) Saya tidak begitu yakin, tapi saya rasa sekitar 6-7 km per liter
7. Seberapa sering anda memilih untuk tidak menggunakan mobil anda?
a) Saya tidak memiliki mobil. Moda transpotasi utama saya adalah berjalan kaki, naik sepeda, atau alat transpotasi massa.
b) Saya mencoba untuk tidak menggunakan mobil paling tidak sekali sehari dengan mengendarai sepeda atau berjalan kaki. Saya juga memilih tidak menggunakan mobil jika kebutuhan menggunakan mobil tidak begitu penting.
c) Mobil saya adalah tangan kanan saya. Saya berpikir untuk tidak menggunakan pilihan moda transportasi yang lain.
8. Seberapa sering anda makan daging?
a) Saya tidak begitu sering makan daging, hanya di beberapa acara tertentu.
b) Saya makan secara rutin, hanya saja saya lebih memilih untuk membeli daging lokal yang dibesarkan secara organic.
c) Saya makan daging seperti memakan kue saja, saking seringnya.
9. Jenis seafood apa yang kamu makan?
a) Saya jarang makan seafood, biasanya hanya kerang-kerangan.
b) Saya makan seafood beberapa kali dalam seminggu, dan biasanya udang yang ditangkap dari alam liar atau dari perikanan budidaya
c) Saya suka ikan karang—yang sebagian dilindungi Undang-undang dan memakannya setiap ada kesempatan. Rasanya enak.
10. Jenis hewan peliharaan apa yg anda miliki?
a) Saya mendapatkan sepasang anjing/kucing dari penampungan hewan setempat
b) Anjing/kucing saya berasal dari penampungan hewan setempat, namun saya sangat menginginkan ras kucing, jadi saya membelinya dari penangkar
c) Tempat penampungan hewan lokal saya tidak memiliki burung kakaktua Papua/Ambon, jadi saya membelinya secara online. Saya memiliki aneka satwa eksotik yang sebagian dilindungi Undang-undang, namun karena sudah besar jadi saya lepaskan.
Skoring:
– Untuk setiap jawaban A, berikan nilai 2 poin.
– Untuk setiap jawaban B, berikan nilai 1 poin.
– Untuk setiap jawaban C, berikan nilai 0 poin.
Seberapa Besar tapak ekologi anda?
- 20 hingga 15 poin Anda memiliki tapak ekologi yang bagus, teliti, detil dan sensitif. Bumi membutuhkan lebih banyak orang seperti Anda!
- 14 hingga 9 poin. Tapak ekologi Anda menunjukkan potensial. Lebih banyaklah berbuat dan melakukan tindakan yang lebih ramah lingkungan maka Anda akan meningkatkan tapak ekologi Anda menjadi lebih baik.
- 8 hingga 0 poin. Tapak ekologi Anda buruk sekali. Anda perlu melakukan sesuatu yang lebih besar agar bisa memberi kontribusi untuk merawat planet ini.
Pada skala mana tapak ekologi Anda?
i http://large.stanford.edu/courses/2014/ph240/montgomery2/docs/HSmiljobokengny.pdf
ii https://www.urbangreenbluegrids.com/projects/hammarby-sjostad-stockholm-sweden/
iii https://www.thenatureofcities.com/2014/02/12/hammarby-sjostad-a-new-generation-of-sustainable-urban-eco-districts/
iv Pada The Guardian edisi 23 Jul 2014 ditulis dengan headline “Caofeidian, the Chinese eco-city that became a ghost town – in pictures.” ‘As precious as gold …’ Begitulah cara presiden saat itu Hu Jintao menggambarkan Caofeidian selama kunjungannya pada tahun 2006. Itu dijanjikan untuk menjadikan ‘kota ramah lingkungan pertama di dunia yang terwujud sepenuhnya’ – namun 10 tahun kemudian dan hampir US$100 miliar dikucurkan kemudian, hanya beberapa ribu penduduk yang pindah ke tanah ini yang direklamasi dari laut … Pada laporan lainnya, 14 April 2014 dengan headline China’s ‘eco-cities’: empty of hospitals, shopping centres and people yang menuliskan bahwa sebagai bagian dari rencananya untuk memindahkan puluhan juta orang keluar dari pedesaan, China sedang membangun ratusan kota baru. Kota Ramah Lingkungan Tianjin adalah contoh yang relatif sukses, tetapi banyak dari bangunan ‘hijau’-nya masih bergema seperti gimnasium. https://www.theguardian.com/cities/2014/apr/14/china-tianjin-eco-city-empty-hospitals-people
v https://symbiocity.org
vi https://travel.kompas.com/read/2016/03/21/085200127/.Roh.Modernitas.Desa.Itu.Ada.di.Pasar.Papringan.?page=all
vii https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180524115446-269-300909/pasar-papringan-revitalisasi-desa-yang-berujung-wisata
vii https://www.un.org/sustainabledevelopment/decade-of-action/
viii Mobilize everyone, everywhere
We will work to create an unstoppable force linked to the Global Goals.
We will identify risks to ensure no one is left behind.
This requires each of us to take action—individually and collectively, locally and globally.
Demand urgency and ambition
We must be the generation to end extreme poverty, win the race against climate change and conquer injustice and gender inequality.
We will hold leaders to account and point to what is possible when action delivers results.
Supercharge ideas to solutions
We will shine a light on solutions that expand access and demonstrate the possibilities of ideas.
We will drive sustainable innovation, financial investments and technology—while making space in our communities and cities for young people to lead.