Otak Mumpuni
—Dwi R. Muhtaman—
Bogor, 12102018
#BincangBuku #03
“By trying to improve performance
by being everywhere and everywhen,
we end up nowhere and never.”
Steven Kotler, penulis The Rise of Superman
dalam Friederike Fabritius. “The Leading Brain.” (2017).
Multitasking hanyalah mitos.
Kita sering mendengar orang dengan bangganya mengatakan bahwa ia senang bekerja dengan gaya multi-tasking. Bisa mengerjakan beragam pekerjaan pada saat yang bersamaan. Banyak pekerjaan yang mampu diselesaikan dalam waktu serentak. Benarkah? Multi-tasking adalah upaya produktifitas yang sia-sia, demikian kata Fabritius (2017). Tidak ada dasar ilmiah yang membuktikan itu bermanfaat. Multi-tasking malah merusak otak. Multitasking mitos belaka. Berdasarkan temuan-temuan ilmiah, multi-tasking bisa menurunkan produktifitas dan memerosotkan kemampuan otak. Lebih jauh ditemukan bahwa ia berpotensi merusak otak. Maka dari itu hindari kebiasaan multitasking. Fokus pada satu pekerjaan pada satu waktu tertentu.
Itulah salah satu temuan yang diungkapkan Friederike Fabritius dalam bukunya “The Leading Brain” (2017). Setiap kali Anda berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, katakanlah, membuat bahan presentasi lalu memeriksa email Anda, otak Anda akan menjalani proses empat langkah yang sama seberapapun kecepatan Anda untuk berpindah perhatian dari satu fokus ke fokus lainnya.
Prosesnya pada dasarnya sama. Kita ambil contoh Anda akan menulis bahan presentasi tadi.
1) Pada awalnya, darah mengalir ke korteks prefrontal anterior (salah satu bagian dari otak), yang memberi tahu bagian otak lainnya bahwa Anda akan bekerja pada presentasi Anda. 2) Ini menimbulkan impul-impul ke otak Anda dalam dua bagian. Pertama, ia mencari neuron-neuron yang diperlukan untuk tugas tertentu, kemudian ia memberi tahu neuron-neuron itu untuk tugas yang diinginkan. Neuron-neuron ini, kemudian secara temporer berpartisipasi dalam proses penulisan presentasi Anda. Seluruh proses ini tentu berlangsung sangat cepat, membutuhkan beberapa sepersepuluh detik. 3) Kemudian, ketika Anda memutuskan untuk berhenti menulis presentasi Anda dan memeriksa e-mail Anda, otak Anda harus terlebih dahulu melepaskan diri dari tugas saat ini sebelum melanjutkan ke yang berikutnya. Proses ini cepat, tetapi seperti yang akan kita lihat, itu tidak cukup cepat. 4) Langkah terakhir adalah sama dengan yang pertama, hanya kali ini korteks prefrontal anterior, memberitahu otak Anda bahwa bukannya Anda menulis presentasi, akan tetapi memberitahu otak bahwa Anda akan memeriksa e-mail. Dibutuhkan waktu sepersepuluh detik untuk melakukan itu.
Empat proses itu nampak sepele dan hanya beberapa detik saja. Tetapi penelitian neuroscience yang diungkapkan Fabritius bukan hal yang sepele. Multi-tasking berakibat jauh dari yang kita perkirakan, yakni bahwa (h. 136):
- Orang-orang yang diinterupsi dalam sebuah pekerjaan utama, 50 persen lebih lama menyelesaikan tugas dan membuat lebih banyak kesalahan hingga 50 persen.
- Meskipun hanya butuh beberapa detik untuk beralih dari satu tugas ke tugas lainnya dan kemudian kembali ke tugas awal, para peneliti di University of California, Irvine, menemukan bahwa diperlukan rata-rata dua puluh tiga menit untuk sepenuhnya kembali ke situasi awal, bahkan sekalipun hanya setelah interupsi singkat.
- Mengirim SMS/WA atau email yang terus-menerus — sebagai multitaskers— telah terbukti mengurangi secara sementara IQ Anda sebanyak 15 poin
- Dan akhirnya, penelitian akademis menemukan bahwa kebanyakan dari kita diinterupsi — atau menginterupsi diri sendiri — rata-rata sekitar tiap tiga menit!
Jadi rupanya ketika kita niat untuk mengerjaan satu pekerjaan; maka otomatis neuron-neuron otak dan sejumlah perangkatnya bergerak menata diri untuk mulai mengerjakan apa yg diniatkan itu. Begitu ada interupsi; neuron memerintahkan untuk switch pada urusan interupsi itu dan melakukan tahap-tahap sesuai dengan perintah interupsi. Lalu ketika kita kembali pada kerjaan awal tadi, maka neuron kembali memulai tahap dari awal lagi, re-start, dari awal (bukan dari tahap yang diinterupsi), sehingga ada delay sekian detik.
Ada strategi simpel yg dipaparkan untuk efektif bekerja satu-satu pada suatu waktu: Dari awal tetapkan waktu untuk mengerjakan satu tugas; misalnya 20-30 menit. Atau 45 menit. Seberapa pun yang nyaman. Begitu sudah dicapai alokasi waktu sesuai set waktu itu, silakan rehat. Ambil kopi. Ngobrol sebentar 5-10 menit dengan kolega. Cek email atau WA. Setelah itu lanjutkan pada agenda awal. Otak diset dari awal. Itu akan efektif krn dari awal neuron sudah diperintahkan untuk bekerja sekian menit lalu rehat lalu dilanjutkan. Interupsinya disiapkan. Saran lainnya tetapkan waktu untuk cek email atau main hp. Pada saat rehat itulah gunakan untuk pekerjaan yg lain.
Otak kita terdiri dari sekitar 1 triliun sel saraf, yang masing-masing berukuran sekitar seperseratus milimeter. Secara fisik, setiap sel saraf, yang dikenal sebagai neuron, terlihat sedikit seperti percikan-percikan api. Ada gumpalan di tengahnya dengan tentakel kecil dari materi neuronal yang memancar dari pusat. Neuron yang berbeda mungkin memiliki bentuk dan fungsi yang sedikit berbeda, tetapi desain percikan dasarnya adalah sama dari satu neuron ke neuron berikutnya. Meskipun miliaran neuron ini sangat padat di dalam otak Anda, tentakel mereka tidak terhubung secara fisik. Mereka mempertahankan celah mikroskopis yang disebut sinapsis dan menggunakan kurir kimiawi yang disebut neurotransmitter untuk melintasi jarak yang ada dan menyampaikan pesan dari satu neuron ke neuron yang lainnya. Seperti ponsel kecil, neuron mampu mengirim dan menerima sinyal. Neuron yang aktif (karena otak yang selalu aktif digunakan) akan membentuk jalur-jalur memori. Makin banyak otak digunakan jalur memori ini terus berkembang. Percikan-percikan neuron menjadi gemerlapan.
Karena itu ketika Dr. Mahatir Mohammmad, PM Malaysia yang berusia lebih dari 90 tahun kembali menjadi orang nomor satu, banyak orang terbelalak. Fisiknya masih energik, bicaranya masih lantang dan pikirannya jernih. Nasihatnya:
- Jangan beristirahat ketika menjadi tua karena jika Anda beristirahat, Anda akan segera menjadi sangat lemah dan tidak mampu, dan mungkin menjadi pikun. Jadilah tetap aktif setelah Anda mencapai usia pensiun.
- Ini sama dengan otot-ototmu. Jika Anda tidak menggunakan otot dan berbaring sepanjang waktu, otot-otot bahkan tidak dapat membawa berat badan Anda. Anda tidak bisa berdiri. Anda tidak bisa berjalan.
- Otak juga sama. Jika Anda tidak menggunakan otak Anda, Anda tidak berpikir, Anda tidak menyelesaikan masalah, Anda tidak membaca, Anda tidak menulis, otak mundur dan Anda menjadi pikun. Maka selalu aktiflah.
Meskipun lebih dari seratus neurotransmiter telah diidentifikasi, dari sudut pandang peak performance seseorang, hanya tiga yang benar-benar penting: dopamin, noradrenalin, dan asetilkolin. Fabritius menyebutnya “DNA of Peak Performance.”
Buku “The Leading Brain” ini terdiri dari tiga bagian. Bagian Pertama, memahami bagaimana otak bekerja. Semakin kita tahu maka kita sadar bagaimana memanfaatkannya, paham bagaimana memeliharanya dan tahu bagaimana meningkatkan fungsi-fungsinya. Penelitian-penelitian neuroscience dalam beberapa dekade ini sudah banyak dimanfaatkan untuk memicu performa dalam dunia bisnis. Sebelumnya penelitian neuroscience hanya disimpan untuk keperluan akademis atau urusan di rumah sakit. Tetapi kini manajemen bisnis menggunakannya untuk meningkatkan leadership, meningkatkan keahlian dalam mengambil keputusan-keputusan penting bisnis.
Bagian Kedua, “Our brains may be smart, but they’re also kind of lazy,” tulis Fabritius yang juga ahli neuroleadership terkemuka pada konsultan manajemen global Munich Leadership Group (MLG). Bagian ini penulis menguraikan pentingnya untuk mengelola otak dengan baik. Kebiasan buruk harus dihapus. Kebiasaan yang bisa meningkatkan kapasitas dan kecerdasan otak perlu dilakukan terus menerus. Karena otak itu meski bisa cerdas kadang juga pemalas. Menetapkan kebiasaan baik atau menyingkirkan yang buruk melibatkan keterampilan dasar yang sama: 1) penetapan tujuan dan motivasi, 2) memulai, dan 3) tetap konsisten melakukannya. Bagian Ketiga, karena buku ini berkaitan dengan peak performance individual maupun team maka bagian ini didedikasikan untuk langkah memulai membangun the Dream Team dengan mengelola otak melalui kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan fungsi dan kapasitas otak, baik untuk individual maupun untuk tim.
Beberapa tips yang bermanfaat untuk memelihara otak kita:
# 1 Olahraga rutin
Latihan fisik tak diragukan, merupakan hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk otakmu. Ini meningkatkan pengiriman oksigen dan nutrisi sel otak, membantu menelurkan neuron di hippocampus, dan menurunkan risiko demensia sebagai neuron. Bahkan, para senior yang bekerja memiliki fungsi eksekutif yang lebih baik daripada mereka yang tidak aktif. Penelitian telah menunjukkan bahwa setidaknya dua puluh menit berjalan sehari dapat menjaga otak dengan baik. Penelitian juga menunjukkan bahwa olahraga dapat meningkatkan level zat yang disebut faktor neurotropik otak (BDNF), yang mendorong pertumbuhan, komunikasi, dan kelangsungan hidup neuron dan meningkatkan kualitas tidur.
# 2 Feed It Fat
Otak kita sebagian besar terdiri dari lemak dan membutuhkan lemak untuk bahan bakar. Tetapi jenis yang salah bisa membantu Anda kehilangan pikiran: lemak jenuh tidak baik bagi otak daripada untuk tubuh, dan malah bisa meningkatkan risiko demensia bersama dengan arteri yang tersumbat.
Omega – 3 lemak jenis ini dapat menurunkan risiko itu dan memompa otak jadi baik. Penyakit Alzheimer, depresi, skizofrenia, dan sentral
gangguan sistem saraf dapat dikaitkan dengan tingkat omega yang rendah – asam lemak. Omega-3 ditemukan dalam lemak ikan (liar, bukan diternak), kacang dan biji-bijian, dan yang lama siaga, minyak ikan cod. Makanan super lainnya adalah buah dan sayuran berwarna-warni; mereka tinggi antioksidan, yang mungkin melawan atom yang dapat merusak sel-sel otak.
# 3 Merangsang otak
Pelajari sesuatu yang baru dan sulit. Otak dengan neuron yang redup perlu dirangsang dengan sesuatu yang baru. Jika Anda tidak memberi neuron latihan yang baik dan sesuatu yang menarik untuk dilakukan, mereka mati. Belajar Bahasa Mandarin atau cara bermain catur mungkin lebih baik dan tidak akan memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Ada banyak tantangan lainnya untuk merangsang otak: mengikuti biola, mendesain liburan, merancang interior dari awal, atau coba sesuatu yang menyenangkan yang selalu ingin Anda lakukan, tetapi telah menunda selama bertahun-tahun.
# 4 Bermain
Coba bermain video game. Video game yang tidak berlebihan dapat meningkatkan kecekatan mental, koordinasi tangan-mata, pengenalan pola, rentang perhatian, dan informasi – pemrosesan keterampilan.
# 5 Mendengarkan musik
Pernah baca “Mozart effect?” Studi tentang Mozart effect ini dipublikasikan secara luas yang menggambarkan bahwa mendengarkan musik klasik dapat meningkatkan kinerja kognitif. Namun demikian, bermain atau mendengarkan musik memang menciptakan getaran yang baik di otak Anda, dari mood yang lebih baik hingga tidur yang lebih baik, dan dapat mengaktifkan pusat stimuasi otak Anda dan menekan aktivitas di amygdala, mengurangi ketakutan dan emosi negatif lainnya. Mampu mengurangi stres dan dengan demikian membantu otak Anda menjaga neuron-neuron baru itu, yang dipotong mati oleh stres. Ini juga menurunkan tekanan darah dan dengan demikian juga mengurangi risiko stroke.
# 6 Meditasi
Angka penelitian menunjukkan bahwa praktik meditasi kuno tampaknya membantu semua jenis kondisi – gangguan kecemasan, nyeri, tinggi tekanan darah, asma, stres, insomnia, diabetes, dan depresi – dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Duduk diam satu jam atau kurang sehari. Meditasi juga secara fisik mengubah otak Anda dengan cara yang baik. Meditator lama memiliki korteks serebral yang lebih tebal, khususnya di daerah yang terkait dengan perhatian dan sensasi. Mereka sel otak cenderung menjadi sinkron, yang berhubungan dengan fungsi yang lebih baik, dan ada lebih banyak aktivitas di bagian-bagian korteks prefrontal yang terkait dengan emosi positif seperti kebahagiaan.
“The Leading Brain: Powerful Science-Based Strategies for Achieving Peak Performance” ditulis dengan bahan yang kaya penelitian ilmiah seputar otak. Sebagai seorang pelatih eksekutif dan spesialis kepemimpinan, penulis memiliki keahlian luas bekerja dengan eksekutif puncak dari perusahaan multinasional seperti Bayer, Audi, Montblanc, EY, dan thyssenkrupp. Sebagai seorang neuropsikolog oleh pendidikan, Friederike berfokus pada pengembangan metode dan praktik baru untuk pengembangan kepemimpinan berdasarkan temuan ilmiah yang kuat. Dia juga ahli dalam merancang sistem pembelajaran yang memanfaatkan kemampuan otak untuk memperoleh dan menyimpan informasi baru secara efektif.
Buku ini penting dibaca oleh para enterpreneur dan pengelola start-up atau siapapun yang berminat untuk menjaga stamina otak dan kehidupan yang baik.