Leadership matters. It matters a great deal.
—Dwi R. Muhtaman—
Bogor, 0511-10122018
#BincangBuku #17
Something ignited in my soul, Fever or unremembered wings,
And I went my own way, Deciphering that burning fire.
—Pablo Neruda
Sesuatu nyala di jiwaku, Demam atau sayap-sayap terlupa,
Dan saya pergi dengan caraku sendiri, Memakna api yang membara.
—Pablo Neruda (Terj. DRM).
“Leadership matters. It matters a great deal—to our organizations and institutions, to the people who work in them, and to the people who are served by them. For our society to function effectively, we need authentic leaders who can encourage people to perform at their best and step up and lead themselves.”
—George, Bill (William W.). 2015. The discover your true north fieldbook: a personal guide to finding your authentic leadership/Nick Craig, Bill George, Scott Snook.—Revised and updated. Authentic: genuine; worthy of trust, reliance, or belief
Beberapa waktu lalu saya melihat acara talk show di sebuah televisi. Menghadirkan politikus muda. Salah satu topik yang dibicarakan adalah selera generasi milenial yang demen sekali dengan hal-hal yang berkaitan dengan atentisitas, authenticity. Termasuk soal pemimpin. Mereka suka authentic leader, katanya. Cawapres Sandiaga Uno suka pakai jean dan kaos kasual, sepatu kets. Gaya otentik. Tidak perlu dipoles-poles agar nampak seperti generasi milenial. Demikian juga Cawapres Ma’ruf Amin. Cukup sarungan. Pakai kopiah. Kemana-mana, acara apapun ya sarungan. Otentik.
Manakah yang otentik: dia yang pidato winter is coming atau yang pidato dengan kutipan novel tahun 2030 Indonesia punah? Dia yang naik chopper atau yang naik kuda? Dia yang mengenakan topi paduka raja atau yang topi cowboy? Dia yang menjadi imam shalat atau dia yang hanya makmum? Kita bisa membuat daftar yang panjang untuk melihat siapa yang otentik, siapa yang dipoles cantik.
Bagi saya ini menarik untuk kita perbincangkan.
Dalam #BincangBuku kali ini saya mengutip dan membahas tiga buku sekaligus. Satu buku lama: Authentic Leadership: Rediscovering the Secrets to Creating Lasting Value yang ditulis oleh Bill George (2003). Buku kedua: The Discover Your True North Fieldbook: a Aersonal Guide to Finding Your Authentic Leadership / Nick Craig, Bill George, Scott Snook.—Revised and updated (2015). Satu lagi buku baru: Authentic Leadership and Followership: International Perspectives disunting oleh Dorianne Cotter-Lockard (2018). Tiga buku ini saling melengkapi satu sama lain. Buku Authentic Leadership memberi gambaran utama mengenai siapa yang disebut pemimpin otentik, apa karakternya dan bagaimana seseorang bisa menjadi pemimpin yang otentik. Buku dengan 218 halaman ini terbagi dalam empat bagian. Buku The Discover Your True North Fieldbook pada dasarnya merupakan panduan praktis untuk membangun dan menjadi pemimpin otentik. Ditulis oleh pengarang yang sama dengan buku pertama plus dua kawan lainnya. Sedangkan buku ketiga adalah himpunan riset kepemimpinan khususnya tentang pemimpin otentik. Para pemerhati dan peneliti kepimpinan mengupas Authentic Leadership dari berbagai aspek dan berbagi pengalaman dari berbagai negara. Memimpin organisasi, besar atau kecil, apalagi sebuah negara bukanlah tugas yang mudah. Tugas yang kadangkala membuat kesepian. Memenuhi beragam harapan orang yang Anda layani merupakan sebuah perjuangan yang tak ada akhirnya. Pemimpin dibetot ke berbagai arah, penuh godaan. Namun pemimpin yang sejati harus tetap memiliki visi yang jelas tentang kemana arah organisasi sedang menuju, meski ditarik ke sana sini.
Kerumitan organisasi, korporasi dan pengelolaan negara abad ke dua puluh menuntut kepemimpinan baru. Dibutuhkan pemimpin yang mampu membangun organisasi atau negara yang tangguh, memimpin dengan tujuan jelas, nilai, dan integritas dan yang mampu merawat segala warisan dari para pendahulu. Kami membutuhkan pemimpin yang membangun organisasi yang abadi, memotivasi karyawan atau rakyat.
Singkatnya, kita membutuhkan pemimpin baru — pemimpin yang otentik — untuk membawa kita keluar dari krisis kepemimpinan saat ini. Harapan saya mungkin kita secara bersama-sama akan melakukannya, terinspirasikan untuk menjadi pemimpin yang otentik, berkomitmen untuk membuat dunia yang lebih baik untuk semua warganya, dan memimpin dengan hati dan pikiran.
Apakah otentik itu? Apa yang dimaksud pemimpin yang otentik? Apa yang dimaksud kepemimpinan yang otentik?
Patricia C. Bravo dalam artikelnya Empathy as a Vehicle to Authentic Leadership and Followership in Latin America: A Practitioner Perspective (dalam Dorianne Cotter-Lockard, 2018) menuliskan bahwa kepemimpinan otentik baru-baru ini mendapatkan popularitas sebagai cara yang efektif untuk kepemimpinan dalam organisasi. Orang yang mempraktekkan kepemimpinan otentik adalah pemimpin yang telah mencapai tingkat otentisitas yang tinggi karena mereka tahu siapa mereka, apa yang mereka percayai, apa nilai mereka, dan dapat bertindak berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan tersebut saat berinteraksi secara transparan dengan yang lain.
Menurut Bravo, empat atribut utama dari kepemimpinan otentik: terinternalisasi/patuh regulasi, pengolahan informasi yang seimbang, transparansi relasional, dan perilaku otentik. Kumpulan perilaku kolektif ini menarik pengikut. Atribut transparansi relasional, yang mengacu pada pemimpin yang menampilkan diri apa adanya dengan cara yang tulus, sangat relevan. Ini adalah atribut yang paling mungkin untuk menghubungkan empati dengan kepemimpinan yang otentik karena empati adalah tentang hubungan tulus dengan orang lain.
… orang-orang yang sangat sadar tentang bagaimana mereka berpikir dan berperilaku dan dianggap oleh orang lain sebagai sadar akan nilai mereka sendiri dan orang lain/perspektif moral, pengetahuan, dan kekuatan; sadar akan konteks di mana mereka berkarya; dan yang percaya diri, penuh harapan, optimis, tangguh, dan tinggi pada karakter moral.
Sementara itu dalam buku Authentic Leadership (George, 2003) ditegaskan bahwa dunia yang bergemuruh saat ini membutuhkan membutuhkan pemimpin yang otentik—bukan pemimpin karbitan, bukan pemimpin yang penuh dengan penampakan imajinasi dan kepura-puraan. Kita membutuhkan pemimpin yang otentik, orang dengan integritas tertinggi, berkomitmen untuk membangun organisasi yang bertahan lama. Kita membutuhkan pemimpin yang memiliki pengertian mendalam arah tujuan dan sesuai dengan nilai-nilai inti para pemimpin. Kita membutuhkan pemimpin dengan keberanian untuk membangun organisasi, negara atau situasi untuk memenuhi kebutuhan semua pemangku kepentingan, dan siapapun yang mengakui pentingnya kehadiran pemimpin otentik bagi masyarakat. Kepemimpinan abadi selalu tentang karakter, dan itu selalu tentang keaslian, orisinalitas, otentik. Otentisitas seseorang itu bisa diketahui oleh diri sendiri dari suara hatinya. “Ini aku yang sebenarnya.”
Sistem kapitalisme kita dibangun di atas kepercayaan, demikian kata Bill George, — dan sialnya sebagian orang justru mengabaikan kepercayaan itu. Pemerintah, politisi, dan juga korporasi seringkali melakukan tipu daya untuk mencapai tujuannya masing-masing. Buku Authentic Leadership mencatat jajak pendapat Time/CNN yang diambil pada musim panas 2002 melaporkan 71 persen dari mereka yang disurvei merasa bahwa “CEO kurang jujur dan etis dari rata-rata orang. ”Dalam menilai moral dan etika standar CEO perusahaan besar, 72 persen dinilai mereka “fair” atau “poor.”
Mengubah situasi buruk ini bagi Bill George bukan lagi dibutuhkan selebriti atau undang-undang. Yang dibutuhkan adalah kepemimpinan baru. Pemimpin yang otentik, orang yang memiliki integritas tertinggi, berkomitmen untuk membangun organisasi yang abadi. Pemimpin yang memiliki tujuan yang mendalam dan sesuai dengan nilai-nilai inti mereka. Kita membutuhkan pemimpin yang memiliki keberanian untuk membangun perusahaan mereka memenuhi untuk kebutuhan semua pemangku kepentingan mereka, dan siapapun yang mengakui pentingnya layanan mereka kepada masyarakat.
“Leadership begins and ends with authenticity.” Kepemimpinan dimulai dan berakhir dengan keotentikan. Menjadi diri sendiri. Bukan mengadopsi kepemimpinan berdasarkan karakter yang ditiru. Authentic leaders (Pemimpin Otentik) benar-benar ingin melayani orang lain melalui kepemimpinannya. Mereka lebih tertarik untuk memberdayakan rakyat yang dipimpin untuk membuat dampak yang berarti daripada hanya berkuasa, meraup uang, atau prestise untuk diri mereka sendiri.
Mereka dipandu oleh kualitas hati, oleh gairah dan kasih sayang, sebagaimana juga dipandu oleh kualitas pikiran. Namun para pemimpin otentik tidak dilahirkan seperti itu, melainkan dipelajari, dipraktekkan dalam perjalanan hidupnya. Banyak orang mempunyai bakat kepemimpinan, tetapi mereka harus mengembangkan sepenuhnya untuk menjadi pemimpin yang luar biasa. Para pemimpin otentik menggunakan kemampuan alami mereka, tetapi mereka juga mengenali kekurangan mereka dan bekerja keras untuk mengatasinya. Mereka memimpin dengan tujuan, makna, dan nilai-nilai. Mereka membangun hubungan abadi, sepanjang masa dengan orang lain. Yang lain mengikuti mereka karena mereka tahu di mana mereka berdiri. Mereka konsisten dan disiplin diri. Ketika prinsip mereka diuji, mereka menolak untuk berkompromi. Para pemimpin otentik berdedikasi untuk mengembangkan diri mereka sendiri karena mereka tahu bahwa menjadi pemimpin membutuhkan pertumbuhan pribadi seumur hidup.
Authentic leadership mengandung tiga prinsip penting: Being Your Own Person (Menjadi Pribadi Anda Sendiri), Developing Your Unique Leadership Style (Mengembangkan Gaya Kepemimpinan Unik Anda), Being Aware of Your Weaknesses (Menjadi Sadar akan Kelemahan Anda).
Being Your Own Person
Satu-satunya kualitas penting yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah menjadi Anda sendiri, otentik dalam segala hal. Pemimpin terbaik adalah yang otonom dan sangat mandiri. Mereka yang terlalu responsif terhadap keinginan orang lain kemungkinan akan dikendalikan oleh aneka kepentingan, cepat menyimpang dari jalur mereka atau tidak mau membuat keputusan sulit karena takut menyinggung. “Being your own person is most challenging when it feels like everyone is pressuring you to take one course and you are standing alone,” demikian tulis Bill George.
Developing Your Unique Leadership Style
Untuk menjadi otentik, kita masing-masing harus mengembangkan gaya kepemimpinan kita sendiri, konsisten dengan kepribadian dan karakter kita. Sayangnya, tekanan dari suatu organisasi mendorong kita untuk mematuhi gaya normatifnya. Tetapi jika kita menyesuaikan diri dengan gaya yang tidak konsisten dengan kita, kita tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Tipe gaya kepemimpinan Anda bukanlah hal yang penting. Para pemimpin dunia yang hebat — George Washington, Abraham Lincoln, Winston Churchill, Franklin Roosevelt, Margaret Thatcher, Martin Luther King, Ibu Theresa, John F. Kennedy — semuanya memiliki gaya yang sangat berbeda. Namun masing-masing dari mereka sepenuhnya manusia yang otentik. Tidak ada cara yang bisa Anda lakukan untuk meniru mereka tanpa terlihat ganjil.
Hal yang sama berlaku untuk para pemimpin bisnis. Bandingkan tiga CEO General Electric: negarawan Reginald Jones, the dinamisme Jack Welch, dan gaya pemberdayaan Jeff Immelt. Mereka semua adalah pemimpin yang sangat sukses dengan gaya kepemimpinan yang sepenuhnya berbeda. Namun organisasi GE telah sukses di bawah kepemimpinan masing-masing, disesuaikan dengan gaya mereka, dan berkembang.
Apa yang diperhitungkan adalah otentisitas pemimpin, bukan gaya. Karena itu, penting bahwa Anda mengembangkan gaya kepemimpinan yang cocok dan baik untuk Anda dan konsisten dengan karakter dan kepribadian Anda. Seiring waktu Anda harus mengasah gaya efektif dalam memimpin berbagai jenis orang dan bekerja di lingkungan yang berbeda. Ini merupakan bagian dari perkembangan Anda sebagai seorang pemimpin.
Being Aware of Your Weaknesses
Menjadi jujur berarti juga menerima kesalahan Anda sebagaimana menggunakan kekuatan Anda. Menerima sisi lain adalah bagian penting dari menjadi otentik. Masalahnya muncul ketika orang begitu bersemangat untuk memenangkan orang lain, menutupi kekurangan dan mengorbankan otensitas mereka untuk mendapatkan hormat dan mengagumi rekan mereka.
Berdasarkan pengalaman yang luas dan panjang, pengarang buku ini menyimpulkan bahwa pemimpin autentik memiliki lima kualitas ini beserta kualitas perkembangannya diperlukan agar pemimpin menjadi efektif :
* Understanding their purpose: Passion
* Practicing solid values: Behavior
* Leading with heart: Compassion
* Establishing connected relationships: Connectedness
* Demonstrating self-discipline: Consistency
Jika Anda ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif hari ini, maka Anda harus otentik. Jika Anda tidak otentik, orang-orang terbaik tidak akan mau bekerja dengan Anda, dan mereka tidak akan memberi Anda milik mereka kerja terbaik.
Apa yang dilakukan oleh pemimpin yang otentik dan efektif?
- Mereka dengan mudah menyelaraskan orang-orang di sekitar untuk mencapai tujuan bersama yang menginspirasi mereka untuk mencapai puncak kinerja.
- Mereka menyatukan orang-orang di sekitar dengan seperangkat nilai/values sehingga semua orang tahu dengan tepat apa yang diharapkan.
- Mereka memberdayakan orang lain untuk melangkah dan memimpin sehingga orang-orang di seluruh organisasi sangat termotivasi dan memberikan yang terbaik.
- Mereka terus berdialog dengan semua konstituen; sebagai pemimpin, mereka menanggung tanggungjawab untuk tidak hanya melibatkan pemegang saham, tetapi juga pelanggan, karyawan, dan juga komunitas (Craig, George, Snook, h. 2).
“The bottom line is this: In the twenty-first century, without authentic leaders, there will be no sustained effectiveness in organizations. With authentic leaders, the possibilities are unlimited.”
Namun siapapun, termasuk pemimpin otentik, harus waspada. Ada lima bahaya umum perilaku-perilaku yang merusak, yang menggoda kita selama tahap perkembangan kita:
* Being an imposter (menjadi penipu ulung);
* Rationalizing (merasionalisasi);
* Glory seeking (pencarian kemuliaan);
* Playing the loner (memainkan penyendiri); dan
* Being a shooting star (menjadi bintang jatuh).
Kita semua melihat arketipe ini pada orang lain. Tantangannya adalah mengenali mereka dalam diri kita. Sampai taraf tertentu, kelima bahaya ini bisa tumbuh dan memunculkan ketakutan secara alami yang dihadapi semua pemimpin muda dalam mencapai tujuan yang sehat (Craig, George, Snook, h. 27).
Anda memiliki kemampuan, alat, motivasi, dan semangat untuk otentik. Jika Anda menetapkan pikiran untuk menjadi pemimpin otentik, Anda dapat mengubah dunia. Few will have the greatness to bend history itself. But each of us can work to change a small portion of events, and in the total of all these acts will be written the history of this generation—Robert F. Kennedy
Seperti yang dikatakan oleh Robert F. Kennedy, Anda mungkin tidak membuat sejarah sendiri, tetapi dengan bekerja bersama orang lain dan memimpin mereka, Anda dapat memengaruhi dunia dengan cara yang bahkan tidak dapat Anda bayangkan saat ini. Tanyakan pada diri sendiri dua pertanyaan ini: “Kalau bukan saya, lalu siapa? Jika tidak sekarang kapan? “Ketika menghadapi tantangan besar seperti itu, kecenderungan kita adalah merasa kewalahan atau tidak memadai.
Kita semua memiliki karunia kepemimpinan dalam diri kita. Panggilan kita adalah menggunakan bakat kita untuk membuat dunia sedikit lebih baik. Jangan merasa tidak memadai atau lemah. Syukurilah bakat kepemimpinan Anda dan manfaatkan.
Kepemimpinan adalah pilihan Anda, bukan gelar Anda. Dengan mengejar True North Anda, panggilan Anda menjadi jelas. Jika Anda mengikuti kompas Anda, Anda bisa menjadi pemimpin sejati yang akan mengubah dunia dan meninggalkan warisan untuk semua orang yang mengikuti jejak Anda (Craig, George, Snook, h. 220).
Itulah pemimpin otentik. Mau pilih yang mana?