Bogor, 17-22 Februari 2025 – AiKnow by Remark Asia kembali menggelar pelatihan bagi calon Lead Assessor dalam penilaian High Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS) Terpadu. Pelatihan yang berlangsung selama enam hari ini bertujuan untuk membekali para peserta dengan pemahaman mendalam tentang metodologi penilaian HCV/HCS serta keterampilan kepemimpinan yang diperlukan untuk memimpin tim dalam kajian konservasi dan keberlanjutan.
Sebagai unit khusus dari Remark Asia yang fokus pada pengembangan kapasitas dan transfer pengetahuan, AiKnow telah menyelenggarakan pelatihan ini selama tiga tahun berturut-turut. Program ini menghasilkan para Lead Assessor yang berkompeten dalam mengidentifikasi, menilai, dan memberikan rekomendasi pengelolaan untuk area yang memiliki nilai konservasi tinggi dan stok karbon tinggi.
HCV, HCS, dan Peranannya dalam Keberlanjutan
Konsep HCV pertama kali dikembangkan oleh Forest Stewardship Council (FSC) sebagai pendekatan untuk melindungi ekosistem penting di kawasan hutan produksi. Kemudian, konsep HCS dikembangkan untuk membedakan antara hutan yang masih memiliki stok karbon tinggi dengan area yang dapat dikonversi secara berkelanjutan. Metode HCV/HCS kini menjadi standar utama dalam perencanaan lanskap berkelanjutan, terutama di sektor kehutanan dan perkebunan.
HCV Network sebagai organisasi global memainkan peran penting dalam mengembangkan standar dan pedoman untuk penilaian HCV, sementara metodologi HCS dikembangkan dalam High Carbon Stock Approach (HCSA). Kombinasi kedua metode ini menjadi pendekatan utama dalam memastikan bahwa aktivitas pembangunan tidak mengorbankan ekosistem penting dan keanekaragaman hayati.
Pentingnya Peran Lead Assessor dalam Penilaian HCV/HCS
Dalam pembukaan pelatihan, Cecep Saepulloh, Lead Assessor dan Chief Finance, Growth & Business Development Officer (CGIO) Remark Asia, menekankan pentingnya kompetensi mendalam bagi seorang Lead Assessor dalam penilaian HCV/HCS Terpadu.
“Pemahaman yang tepat dan mendalam perlu dimiliki oleh tim penilai HCV/HCS Terpadu. Peran seorang Team Leader sangat krusial dalam menentukan keberhasilan penilaian. Mereka harus mampu mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, mengelola tim lapangan, serta memahami aspek teknis dan sosial yang berkaitan dengan kawasan bernilai konservasi tinggi,” ujar Cecep.
Dalam kesempatan terpisah, Dwi Budi Siswantono, yang menjabat sebagai Geospatial Intelligence & Data Analytics Manager (GIDAM) Remark Asia, menyoroti peran penting Geospatial/GIS dalam identifikasi HCV/HCS.
“Salah satu output terpenting dari penilaian HCV/HCS adalah peta yang akurat dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, penguasaan teknologi pemetaan menjadi salah satu modul utama dalam pelatihan ini,” jelasnya.
Untuk aspek sosial menurut para peserta, ternyata menjadi materi yang paling sulit dipahami dan dilakukan dalam kajian HCV-HCS. Ketika ditanya lebih lanjut, menurut mereka, karena berhubungan dengan masyarakat seringkali sulit dilakukan, padahal sedari awal hingga akhir, keterlibatan masyarakat adalah hal yang penting yang harus di lakukan dalam peniaian HCV-HCS.
Hal ini juga dijelaskan oleh Sutji sebagai trainer sosial, bahwa “aspek sosial, sering dianggap sebagai aspek yang lebih mudah dilakukan dari pada aspek lingkungan, padahal dalam prakteknya, pelibatan masyarakat harus dilakukan sedari awal hingga kegiatan penilaian selesai. Assessor dan Unit pengelolaan harus bekerja sama dalam memenuhi persyaratan sosial yang semuanya melibatkan masyarakat. Dalam HCSA sendiri terdapat 14 persaratan sosial yang harus dipenuhi. Tidak heran kemudian aspek sosial harus diperhatikan dan sama pentingnya dengan aspek lingkungan”.
Modul Pelatihan: Pendekatan Komprehensif dalam HCV/HCS
Pelatihan ini dirancang secara komprehensif dengan mencakup berbagai aspek penting dalam penilaian HCV/HCS, antara lain:
✅ Pemahaman prinsip HCV/HCS dan regulasi terkait
✅ Teknik survei lapangan untuk identifikasi nilai konservasi tinggi
✅ Analisis sosial dan pemetaan partisipatif dengan masyarakat lokal
✅ Metode GIS dan pemetaan digital untuk mendukung hasil kajian
✅ Strategi mitigasi dan rekomendasi pengelolaan berdasarkan hasil penilaian
Dengan pendekatan berbasis studi kasus dan praktik langsung, peserta mendapatkan kesempatan untuk mengalami simulasi situasi nyata yang sering dihadapi dalam kajian HCV/HCS di lapangan.
Remark Asia: Konsultan Berpengalaman dalam HCV/HCS
Sebagai salah satu konsultan yang memiliki core competency dalam penilaian HCV/HCS, Remark Asia telah berkontribusi dalam berbagai proyek konservasi dan keberlanjutan di Indonesia dan Asia Tenggara. Dengan pengalaman bertahun-tahun dalam membantu sektor swasta dan organisasi konservasi dalam mengimplementasikan praktik keberlanjutan, Remark Asia terus memperkuat kapasitas para profesional di bidang ini melalui pelatihan yang berkualitas.
Dengan meningkatnya tuntutan terhadap kebijakan No Deforestation, No Peat, No Exploitation (NDPE) dari berbagai sektor, kebutuhan akan assessor HCV/HCS yang kompeten semakin tinggi. Pelatihan ini diharapkan dapat melahirkan lebih banyak profesional yang mampu memastikan bahwa pembangunan tidak mengorbankan ekosistem penting, tetapi justru menjadi bagian dari solusi keberlanjutan.