Rubarubu #30
Think Bigger :
Rumuskan Masalah dengan Tepat, Solusi Didapat
Ruang Inovasi
Di sebuah pusat perbelanjaan yang ramai, seorang manajer toko pakaian menghadapi masalah yang familier: jumlah pengunjung yang mencoba baju di fitting room sangat tinggi, tetapi tingkat konversi penjualannya rendah. Solusi konvensional yang muncul adalah memberikan diskon lebih agresif atau melatih sales untuk lebih persuasif. Ini adalah pendekatan pemecahan masalah (problem-solving) yang khas: identifikasi masalah dan cari solusi langsung. Namun, seorang magang yang cerdas justru mengajukan pertanyaan yang berbeda: “Bagaimana jika kita tidak menjual pakaian, tetapi ‘keyakinan diri’?” Dari pertanyaan ini, lahir ide yang tidak terduga: alih-alih hanya mencerminkan tubuh pelanggan, fitting room dilengkapi dengan pencahayaan yang sangat menyanjung dan sistem audio yang memutar musik inspirasional. Hasilnya, penjualan melonjak. Mereka tidak memecahkan masalah “konversi yang rendah”; mereka menciptakan nilai baru dengan mendefinisikan ulang apa yang sebenarnya “dijual”.
Kisah ini merepresentasikan inti dari Think Bigger: How to Innovate karya Sheena Iyengar, seorang profesor terkemuka di Columbia Business School yang terkenal dengan penelitiannya tentang “the art of choosing”. Buku ini berargumen bahwa inovasi sejati bukanlah tentang menjadi lebih kreatif atau lebih cerdas dalam memecahkan masalah. Inovasi adalah tentang mengajukan pertanyaan yang lebih baik dan menghasilkan pilihan yang lebih baik sejak awal. Kata Iyengar: “Inovasi bukanlah tentang menemukan satu jawaban yang benar untuk suatu masalah. Ini tentang menghasilkan banyak kemungkinan baru dan kemudian memilih yang terbaik.” [1, p. 15].
Inovasi dan “Think Bigger“
Iyengar memulai keluar dari jerat “pemecahan masalah” konvensional dengan membedakan antara “Problem Solving” dan “Productive Thinking”.
- Problem Solving adalah proses reaktif. Kita diberi masalah dan kita mencari solusi. Proses ini seringkali terbatas oleh asumsi yang ada dan mengarah pada perbaikan inkremental. Fokusnya adalah pada menghilangkan rasa sakit.
- Productive Thinking adalah proses proaktif dan generatif. Ini dimulai dengan bertanya, “Apa yang bisa kita ciptakan?” alih-alih “Bagaimana kita memperbaiki ini?”. Fokusnya adalah pada menciptakan masa depan yang diinginkan.
Buku ini berargumen bahwa untuk berinovasi secara radikal, kita harus beralih dari paradigma pemecahan masalah menuju pemikiran produktif.
Iyengar memaparkan metode think bigger. Ada enam langkah menuju ide baru. Iyengar memperkenalkan sebuah metode terstruktur yang disebut “The Think Bigger Method“, yang terdiri dari enam langkah:
- Pilih Soal yang Tepat (Choose the Right Question):
Jangan terburu-buru mencari jawaban. Luangkan waktu untuk merumuskan ulang dan memperluas pertanyaan awal. Daripada bertanya “Bagaimana kita meningkatkan penjualan produk X?”, tanyakan “Apa yang benar-benar diinginkan dan dibutuhkan oleh pelanggan kita dalam hidup mereka?”. Langkah ini membebaskan kita dari batasan masalah yang sempit. - Break Away from Your Frame:
Setiap orang memiliki “frame” atau bingkai mental—asumsi, keyakinan, dan pengalaman yang membatasi cara kita melihat dunia. Langkah ini mendorong kita untuk secara sadar mengidentifikasi dan melanggar bingkai ini. Tekniknya termasuk analogi (bagaimana industri lain menyelesaikan tantangan serupa?) dan mempertanyakan asumsi (“Mengapa kita harus melakukan ini seperti ini?”). - Generate Many New Answers:
Setelah bingkai diperluas, langkah selanjutnya adalah menghasilkan sebanyak mungkin jawaban potensial. Iyengar menekankan divergensi tanpa penghakiman. Teknik seperti brainstorming yang terstruktur dan pemetaan mind digunakan untuk mengeksplorasi lanskap kemungkinan yang luas. - Lakukan Eksperimen Cepat (Conduct Rapid Experiments):
Alih-alih menganalisis ide sampai mati, ubah ide-ide terbaik menjadi eksperimen kecil dan murah. Tujuannya adalah untuk menguji asumsi inti dan mendapatkan umpan balik dunia nyata secepat mungkin. Ini adalah proses “belajar dengan melakukan”. - Scale Up Your Solution:
Setelah eksperimen menunjukkan hasil yang menjanjikan, saatnya untuk mengembangkan solusi. Ini melibatkan pengalokasian sumber daya, membangun tim, dan mengimplementasikan solusi pada skala yang lebih besar. - Lead a Culture of Productive Thinking:
Inovasi bukanlah aktivitas satu kali; ini adalah budaya. Langkah terakhir adalah tentang menciptakan lingkungan di mana pemikiran produktif didorong, dihargai, dan dipraktikkan oleh semua orang dalam organisasi.
Kutipan Kunci tentang Bingkai: “Bingkai kita menentukan apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat. Untuk berpikir lebih besar, kita harus pertama-tama menyadari bingkai kita dan kemudian memutuskan untuk melangkah keluar darinya.” [1, p. 78].
Memilih dengan Bijak: Seni Seleksi Ide
Mengingat latar belakang Iyengar dalam mempelajari pilihan, tidak mengherankan bahwa bagian tentang bagaimana memilih ide yang tepat sangat kuat. Dia berargumen bahwa menghasilkan banyak ide hanya separuh pertempuran; separuh lainnya adalah memilih yang terbaik dengan cara yang menghindari bias umum seperti konfirmasi bias atau keengganan terhadap kerugian. Dia menganjurkan untuk menggunakan kriteria yang jelas, mempertimbangkan berbagai perspektif, dan secara proaktif mencari informasi yang menantang asumsi kita.
What Is Think Bigger?
Iyengar pada Bab 1: What Is Think Bigger? membedakan metode “Think Bigger” dari pendekat-an inovasi dan pemecahan masalah konvensional. Iyengar memulai dengan sebuah pernyataan provokatif: kita telah diajari untuk menjadi pemecah masalah yang baik, tetapi itu tidak membuat kita menjadi inovator yang hebat. Iyengar memperkenalkan perbedaan mendasar antara dua mode berpikir:
- Problem-Solving (Pemecahan Masalah): Ini adalah proses reaktif. Kita diberi masalah yang sudah didefinisikan dan kita berusaha menemukan solusi terbaik untuknya. Proses ini terbatas pada ruang lingkup masalah itu sendiri dan seringkali hanya menghasilkan perbaikan inkremental. Fokusnya adalah pada menghilangkan sesuatu yang negatif.
- Productive Thinking (Pemikiran Produktif): Ini adalah proses proaktif dan generatif. Ini bukan tentang menyelesaikan masalah yang diberikan, tetapi tentang menciptakan nilai dan kemungkinan baru. Ini dimulai dengan pertanyaan terbuka seperti “Apa yang bisa kita ciptakan?” atau “Masa depan seperti apa yang ingin kita wujudkan?”.
Menurut Iyengar, “Problem-solving adalah tentang menjawab pertanyaan. Productive thinking adalah tentang mengajukan pertanyaan baru yang lebih baik.” [1, p. 25]. Metode Think Bigger adalah kerangka kerja untuk “Pemikiran Produktif”. Tujuannya adalah untuk melampaui batasan masalah yang sudah ditetapkan dan menghasilkan pilihan baru yang sebelumnya tidak terlihat. Bab ini menegaskan bahwa inovasi sejati bukanlah tentang menemukan satu jawaban yang benar, melainkan tentang memperluas lanskap kemungkinan dan kemudian memilih yang terbaik dari pilihan-pilihan baru tersebut.
Setelah membangun landasan filosofis di Bab 1, Iyengar beralih ke landasan ilmiah dengan mengeksplorasi bagaimana otak manusia sebenarnya bekerja dalam proses kreatif. Pada Bab 2: The Creative Brain, Ia menentang mitos romantis tentang “kekuatan kreatif otak kanan ” dan menunjukkan bahwa kreativitas adalah fungsi seluruh otak yang dapat dipahami dan dikelola.
Iyengar memecah proses neurologis menjadi beberapa komponen kunci:
- The Frame (Bingkai): Otak kita secara alami membangun “bingkai” mental—sekumpulan asumsi, kebiasaan, dan jalur saraf—yang membantu kita memproses informasi dengan efisien. Namun, bingkai inilah yang membatasi pemikiran kita dan mencegah kita melihat solusi di luar pengalaman kita yang biasa.
- Breaking the Frame (Memecahkan Bingkai): Inovasi membutuhkan kemampuan untuk secara sadar melanggar bingkai ini. Iyengar menjelaskan bahwa ini bukanlah proses yang sepenuhnya acak atau mistis. Otak dapat dilatih untuk membuat koneksi baru dengan secara sengaja mencari analogi dari domain yang berbeda, mempertanyakan asumsi dasar, dan menggabungkan konsep yang tampaknya tidak terkait.
- The Role of Choice (Peran Pilihan): Di sinilah keahlian Iyengar dalam ilmu pilihan bersinar. Dia berargumen bahwa setelah kita menghasilkan banyak kemungkinan baru dengan memecahkan bingkai, langkah kritisnya adalah proses seleksi. Otak kita yang berpikir analitis dan kritis (sering dikaitkan dengan “otak kiri”) sangat penting untuk mengevaluasi, menyaring, dan memilih ide-ide mana yang paling layak untuk dikejar.
Bagi Iyengar, “Kreativitas bukanlah tentang melumpuhkan pemikiran kritis Anda. Ini tentang mengetahui kapan harus menggunakannya. Anda harus terlebih dahulu menghasilkan banyak kemungkinan, dan kemudian menjadi kritis.” [1, p. 52].
Dua bab pertama ini bersama-sama membentuk proposisi inti buku. Bab 1 mendefinisi-kan mengapa kita perlu beralih dari “Pemecahan Masalah” ke “Pemikiran Produktif”, sementara Bab 2 menjelaskan bagaimana otak kita sebenarnya mampu melakukan hal tersebut. Iyengar menurunkan kreativitas dari tempatnya yang tinggi dan menunjukkan bahwa kreativitas adalah disiplin yang melibatkan kedua bagian otak—baik untuk menghasilkan ide secara bebas maupun untuk menilai ide tersebut dengan ketat. Fondasi ini menjadi dasar bagi enam langkah metode “Think Bigger” yang akan diuraikan dalam bagian-bagian selanjutnya buku ini.
Apa masalah yang ingin Anda selesaikan? Langkah pertama ini menekankan bahwa merumuskan masalah dengan tepat adalah fondasi inovasi. Karena itu dipaparkan The Think Bigger Method in Practice. Iyengar menunjukkan bahwa kita sering terburu-buru mencari solusi tanpa benar-benar memahami masalah intinya. “Memilih masalah” berarti melakukan diagnosa mendalam untuk mengidentifikasi masalah yang benar-benar layak dipecahkan dan memiliki dampak potensial terbesar.
Proses Kunci:
- Problem Framing: Melihat masalah dari berbagai perspektif untuk mendapatkan pemahaman yang holistik.
- Problem Scoping: Menetapkan batasan yang jelas tentang ruang lingkup masalah.
- Problem Validation: Memastikan bahwa masalah yang dipilih benar-benar penting dan relevan bagi pemangku kepentingan.
“Masalah yang dirumuskan dengan baik adalah setengah terpecahkan.” – John Dewey
Langkah berikutnya adalah “Apa sub-masalah yang membentuk masalah Anda?” Setelah memilih masalah utama, langkah berikutnya adalah mendekomposisinya menjadi komponen-komponen yang lebih kecil. Iyengar menggunakan analogi “memecahkan kode genetik” masalah – dengan memisahkan masalah menjadi elemen-elemen penyusunnya, kita dapat memahami struktur dasar masalah dan mengidentifikasi titik leverage untuk intervensi.
Pendekatan:
- Analisis Sistem: Memetakan bagaimana berbagai komponen saling berhubungan.
- Identifikasi Akar Masalah: Mencari penyebab mendasar, bukan hanya gejala.
- Prioritisasi: Menentukan sub-masalah mana yang paling kritisdan paling layak untuk diselesaikan terlebih dahulu.
Apa motivasi dan preferensi dari pengambil keputusan yang relevan? Inovasi yang sukses harus mempertimbangkan ekologi preferensi manusia. Bab ini fokus pada memahami kebutuhan, keinginan, dan motivasi semua pemangku kepentingan yang terlibat. Iyengar menunjukkan bahwa solusi terbaik secara teknis belum tentu yang paling bisa diterima secara sosial atau emosional.
Aspek Penting:
- Stakeholder Mapping: Mengidentifikasi semua pihak yang terpengaruh oleh masalah dan solusinya.
- Preference Elicitation: Teknik untuk memahami apa yang benar-benar diinginkan orang.
- Conflict Resolution: Mengelola perbedaan preferensi antar pemangku kepentingan.
Solusi apa yang telah dicoba sejauh ini? Iyengar memperkenalkan pendekatan sistematis untuk penelusuran solusi yang melampaui batasan-batasan tradisional. “In the box” berarti mengeksplorasi solusi yang sudah dikenal dalam domain masalah, sementara “out of the box” melibatkan pencarian analogi dan inspirasi dari domain yang sama sekali berbeda.
Strategi Pencarian:
- Benchmarking: Mempelajari praktik terbaik di industri serupa.
- Cross-Domain Analysis: Mencari solusi dari bidang yang berbeda tetapi menghadapi tantangan struktural serupa.
- Historical Review: Mempelajari bagaimana masalah serupa diselesaikan di masa lalu.
Bayangkan dan bayangkan kembali kombinasi taktik baru.
Ini adalah langkah sintesis kreatif di mana Iyengar memperkenalkan alat visual untuk meng-gabungkan solusi yang berbeda menjadi konsep baru (Bab 7: Step 5: Choice Map). “Choice Map” membantu dalam memvisualisasikan bagaimana berbagai elemen solusi dapat dikombinasikan untuk menciptakan pendekatan yang inovatif.
Proses Pembuatan Peta:
- Element Identification: Mengidentifikasi komponen solusi yang tersedia.
- Combination Exploration: Mengeksplorasi berbagai cara menggabungkan komponen.
- Scenario Building: Mengembangkan skenario lengkap berdasarkan kombinasi terbaik.
Apakah orang lain melihat apa yang Anda lihat? (Bab 8: Step 6: The Third Eye). Langkah terakhir ini berfokus pada validasi sosial dari solusi yang diusulkan. Iyengar menekankan bahwa inovasi tidak terjadi dalam ruang hampa – solusi harus dapat dikomunikasikan, dipahami, dan diterima oleh orang lain. “Mata ketiga” mewakili perspektif orang lain yang essential untuk menyempurnakan dan meningkatkan solusi.
Aktivitas Utama:
- Prototype Testing: Menguji solusi dengan pengguna nyata.
- Feedback Collection: Secara sistematis mengumpulkan umpan balik dari berbagai perspektif.
- Iterative Refinement: Menyempurnakan solusi berdasarkan masukan yang diterima.
“Inovasi sejati membutuhkan keberanian untuk melihat melalui mata orang lain dan kerendahan hati untuk mengakui bahwa perspektif kita sendiri terbatas.”
Tantangan Masa Kini dan Masa Depan
Tantangan inovasi di era kompleksitas global bukanlah mudah. Tantangan terbesar abad ke-21—perubahan iklim, ketimpangan, disrupsi AI—adalah sistem yang kompleks dan saling terhubung. Pendekatan “pemecahan masalah” linier seringkali gagal dalam menghadapinya. Metode Think Bigger dengan penekanannya pada perumusan ulang masalah dan pemecahan bingkai mental sangat penting untuk mengatasi tantangan sistemik ini. Daripada bertanya “Bagaimana kita mengurangi emisi karbon?” (masalah), kita bisa bertanya “Bagaimana kita merancang kota yang memulihkan lingkungan?” (pemikiran produktif).
Kita perlu membekali diri untuk mengatasi bias dan “choice overload.” Dalam dunia yang penuh dengan informasi dan pilihan, kita sering mengalami kelumpuhan analisis. Metode Iyengar memberikan struktur untuk menavigasi kompleksitas ini. Dengan pertama-tama mem-fokuskan pada pertanyaan yang tepat dan kemudian secara sistematis menghasilkan dan memilih ide, kita dapat mengatasi bias kognitif dan membuat pilihan inovatif yang lebih baik.
Inovasi sebagai proses demokratis. Dengan mendemistifikasi inovasi sebagai proses terstruktur daripada bakat bawaan, Iyengar membuatnya dapat diakses oleh semua orang. Ini adalah pesan yang memberdayakan: siapa pun dapat belajar untuk berinovasi. Ini relevan dengan gerakan demokratisasi inovasi, di mana suara dari level bawah dalam organisasi dan masyarakat didengar dan dihargai.
Filsuf pendidikan Brazil, Paulo Freire, dalam Pedagogy of the Oppressed, menekankan penting-nya agensi manusia: “Untuk menjadi, orang harus terlibat dalam proses menjadi—dalam proses menciptakan dan mereproduksi—realitas sosial.” [2]. Think Bigger adalah alat untuk terlibat dalam “proses menjadi” ini, memberdayakan individu dan komunitas untuk tidak hanya menanggapi realitas tetapi secara aktif menciptakannya.
Dalam ekonomi yang ditandai dengan perubahan yang cepat dan ketidakpastian, kemampuan untuk “berpikir lebih besar” adalah kompetensi inti untuk ketahanan dan pertumbuhan. Buku Iyengar memberikan kerangka kerja yang dapat ditindaklanjuti bagi organisasi untuk beralih dari mode reaktif (bertahan dari disrupsi) ke mode proaktif (menciptakan disrupsi). Ini adalah panduan untuk membangun kapasitas inovasi yang berkelanjutan, yang lebih berharga daripada sekadar memiliki satu produk inovatif.
Ekonomi Indonesia, dengan populasi muda yang dinamis dan tantangan pembangunan yang unik, adalah lahan subur untuk menerapkan metode Think Bigger. Melampaui Mentalitas “Quick Fix”: Banyak kebijakan publik dan strategi bisnis di Indonesia terjebak dalam pemecahan masalah jangka pendek. Metode Think Bigger dapat mendorong pendekatan yang lebih visioner. Misalnya, alih-alih hanya bertanya “Bagaimana mengurangi kemacetan di Jakarta?” (masalah), pemerintah dapat bertanya “Bagaimana kita mendesain mobilitas perkotaan yang mempromosikan komunitas, kesehatan, dan konektivitas yang mulus?” (pemikiran produktif).
Memberdayakan UMKM: UMKM seringkali fokus pada bertahan hidup. Dengan metode ini, mereka dapat dilatih untuk meluangkan waktu guna mengidentifikasi “pertanyaan yang tepat” tentang nilai apa yang dapat mereka ciptakan bagi pelanggan, yang dapat mengarah pada diferensiasi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Pendidikan dan Kewirausahaan: Sistem pendidikan Indonesia sering menekankan hafalan dan pemecahan masalah yang terstruktur. Memperkenalkan prinsip-prinsip Think Bigger dapat menanamkan pola pikir inovatif pada generasi muda, mempersiapkan mereka untuk menjadi pencipta lapangan kerja, bukan hanya pencari kerja. Penyair dan budayawan Indonesia, Sapardi Djoko Damono, dalam puisinya sering merefleksikan pencarian makna dan kemung-kinan: “Pada suatu hari yang sama sekali tak kukenal, aku akan memahami segalanya dengan cara yang berbeda.” [3].
Metode Think Bigger adalah undangan untuk secara aktif menciptakan “hari” itu—untuk melihat dan memahami dunia dengan cara yang berbeda guna menciptakan masa depan yang lebih baik.
Apresiasi dan Kritik terhadap Buku
Struktur yang Jelas dan Dapat Ditindaklanjuti: Buku ini dipuji karena menerjemahkan konsep inovasi yang abstrak menjadi metode enam langkah yang praktis dan mudah diikuti. Berbasis Penelitian: Sebagai seorang akademisi terkemuka, Iyengar membangun argumennya di atas fondasi penelitian yang kuat dalam psikologi kognitif dan perilaku organisasi, yang memberikan kredibilitas pada metodenya.
Fokus pada Tahap Awal yang Sering Diabaikan: Dengan berfokus pada perumusan masalah dan generasi ide, buku ini mengisi celah kritis dalam banyak literatur inovasi yang sering langsung melompat ke eksekusi.
Kurangnya Kedalaman dalam Eksekusi: Beberapa kritikus mungkin berpendapat bahwa buku ini sangat kuat dalam “berpikir” tetapi kurang dalam “melakukan”. Tantangan implementasi yang sebenarnya—mengatasi resistensi politik dalam organisasi, mengamankan pendanaan, mengelola proyek yang kompleks—mungkin tidak mendapatkan perhatian yang mendalam.
Kebutuhan akan Sumber Daya dan Waktu: Proses enam langkah, meskipun terstruktur, mem-butuhkan waktu dan sumber daya yang signifikan, yang mungkin sulit diakses oleh organisasi yang sangat kecil atau yang berada di bawah tekanan operasional yang besar.
Keterbatasan dalam Konteks yang Sangat Terkendala: Dalam lingkungan dengan kendala yang sangat ketat (misalnya, regulasi yang sangat ketat atau sumber daya yang sangat terbatas), ruang untuk “mematahkan bingkai” mungkin sangat terbatas, sehingga membuat beberapa langkah menjadi lebih menantang untuk diterapkan.
Catatan Akhir: Dari Pilihan Menuju Penciptaan
Think Bigger adalah lebih dari sekadar buku inovasi; ini adalah buku tentang pemberdayaan manusia. Sheena Iyengar, dengan keahliannya yang mendalam tentang bagaimana kita membuat pilihan, memberikan kepada kita alat untuk tidak hanya memilih dari opsi yang ada, tetapi untuk menciptakan opsi baru yang sebelumnya tidak terbayangkan.
Pesan utamanya adalah penuh harapan: Inovasi bukanlah hak prerogatif dari segelintir jenius. Ini adalah disiplin yang dapat dipelajari dan dipraktikkan oleh siapa saja yang bersedia untuk mengajukan pertanyaan yang lebih berani, mempertanyakan asumsi mereka, dan terlibat dalam proses pemilihan yang disengaja. Di dunia yang menghadapi tantangan yang semakin kompleks, kemampuan untuk “berpikir lebih besar” bukan hanya merupakan keunggulan kompetitif; ini adalah kebutuhan bagi siapa pun yang ingin meninggalkan jejak yang berarti.
Kata Iyengar, “Masa depan tidak ditentukan. Itu dipilih. Dan kita memiliki kekuatan untuk memilih masa depan yang tidak hanya berbeda, tetapi lebih baik.” [1, p. 245].
Bagi Indonesia, merangkul filosofi ini berarti membangun generasi pemikir produktif—pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, dan warga negara—yang tidak hanya memecahkan masalah hari ini tetapi secara aktif menciptakan realitas masa depan yang makmur, adil, dan berkelanjutan.
Keenam langkah yang membentuk proses sistematis yang lengkap untuk inovasi – mulai dari pemilihan masalah yang tepat, melalui analisis mendalam, sintesis kreatif, hingga validasi sosial. Setiap langkah saling membangun dan bersama-sama mereka memberikan kerangka kerja yang kuat untuk mengatasi tantangan kompleks dengan cara yang inovatif dan efektif.
Yang membedakan pendekatan Iyengar adalah penekanannya pada pemahaman mendalam tentang preferensi manusia dan validasi sosial sebagai komponen kritis dalam proses inovasi. Ini bukan hanya tentang menciptakan solusi teknis yang brilian, tetapi tentang menciptakan solusi yang benar-benar dapat diterima dan diadopsi oleh masyarakat.
Cirebon, 28 November 2025
Dwi Rahmad Muhtaman
Referensi
[1] Iyengar, S. (2023). Think bigger: How to innovate. Columbia University Press.
[2] Freire, P. (1970). Pedagogy of the Oppressed. Herder and Herder.
[3] Damono, S. D. (1989). Hujan Bulan Juni. Dalam kumpulan puisi “Hujan Bulan Juni”. Grasindo.






