Juru.Buku #14 : Abih Tandeh
Buku ini terbit 20 tahun lalu. Mengupas jejak langkah demi langkah 20 tahun UU Desa No 5/1979. Kini perjalanan 40 tahun ingatan tentang desa dan perebutan hak kuasa wilayah kelola rakyat hingga hari ini masih terus bergulir. Perubahan demi perubahan terjadi, baik di arena kebijakan—apalagi di arena pembangunan— mengalir deras. Hanya satu yang tetap: desa (dan segala keragaman kosakata lainnya, nagari, banua, kampung) menjadi perebutan. Mengutip pembaca buku Abih, Riki Dhamparan Putra, buku ini berada di antara deretan kajian desa yang turut ‘bertanggungjawab’ atas terjadinya perubahan strategi penyelenggaraan pemerintah desa dari model penyeragaman di masa Orde Baru ke model otonomi partisipatif sebagaimana kita lihat sekarang. Usia 20 tahun buku ini kurang lebih sebaya dengan usia “cita-cita otonomi desa” yang timbul tenggelam di pinggir wacana-wacana besar republik semenjak diterbitkannya UU No 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah pengganti UU no 5 tahun 1979 yang sering dianggap sebagai pangkal bala pemusnahan keragaman institusi tradisional desa-desa di Indonesia.
R. Yando Zakaria, menyelesaikan Sarjana Gelar Antropologi dari Universitas Indonesia, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik tahun 1988. Pada 2005, dia menjadi visiting fellow pada Institute of Development Studies, Sussex University, Inggris Raya. Pernah sebagai peneliti tamu 2015 di KITLV, Leiden, Belanda. Perhatian dan ketekunannya memperjuangkan desa dan masyarakatnya jauh lebih panjang dari lembaran-lembaran buku yang ditulisnya.
Pembaca buku:
- Dr. Sutoro Eko Yunanto (Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa, Yogyakarta);
- Budiman Soedjatmiko, M.Sc, M.Phill (Mantan Wakil Ketua Pansus RUU Desa DPR RI); Penggagas dan pendiri gerakan Inovator 4.0 id
#remarkasia #abihtandeh #14