Juru.Buku #13: Menjaga Rimba Terakhir
Bayangkanlah jika manusia hadir di bumi tanpa ada hutan. Mungkin bentuk rupa dan kelengkapan organ tubuhnya akan berbeda dari yang kita kenal kini. Bayangkanlah jika kita tidak mengenal sama sekali apa yang ada di dalam hutan. Manusia hidup 200 ribu tahun yang lalu berada dalam lingkungan hutan belantara. Lalu mereka mengembangkan peradaban dari hutan dan segala isinya: pangan, obat, kosmetik, spiritual, dan sejumlah pengetahuan yang menjadi dasar peradaban kini. Kemudian perlahan-lahan hutan dikuasai, dihabiskan. Termasuk komunitas-komunitas yang menggantungkan hidupnya pada hutan. Siapakah yang menjaga rimba terakhir?
Juru.Buku #13 akan mengupas buku Menjaga Rimba Terakhir bersama penulisnya: Mardiyah Chamim. Mardiyah Chamim adalah seorang Jurnalis dan petualang. Bekerja sebagai wartawan Tempo sejak 1998, menjadi Direktur Tempo Institute 2009 – 2019, menekuni liputan sains, kesehatan dan lingkungan. Buku yang pernah ditulis antara lain, “Giant Pack of Lies” dan “Sejarah Tumbuh di Kampung Kami”. Alumnus Fakultas Biologi UGM ini menyukai keluar masuk hutan, menghirup udara segar dan mengakrabi keberagaman budaya lokal/ Setelah resign dari Tempo, April 2019, Mardiyah Chamim mengembangkan PuanIndonesia.com, mozaik kisah perempuan Indonesia.
Menjaga Rimba Terkahir salah satunya menampilkan perjuangan Suku Orang Rimba di Jambi. Hutan pekat, ruang hidup mereka tergerus. Ketika melangun, berkabung karena ada keluarga yang meninggal, Orang Rimba meninggalkan pondok di hutan. Mereka berjalan berbulan-bulan untuk menyembuhkan duka. Saat kembali ke pondok, celaka, hutan telah gundul. Gajah kuning, buldozer, telah merobohkan pondok dan semua pohon.
Buku ini adalah ajakan bagi kita untuk mendukung masyarakat lokal menjaga rimba. Buku ini menjadi kian penting dibaca di tengah pandemi Covid-19. Pandemi yang telah membuktikan bahwa keseimbangan ekosistem adalah kunci menahan laju mutasi virus mematikan.
Seperti saloka Orang Rimba :
“Piado rimbo, piado bungo.”
Tak ada hutan, tak ada bunga-bunga
tak ada bunga, tak ada berkah dalam hidup.
#remarkasia # menjagarimbaterakhir #13