halaman drm #26
–bagian 3 dari 3 bagian–
Ilmuwan Muslim: Persembahan Peradaban Baru
Dwi R. Muhtaman
Pengaruh terhadap Ilmuwan Barat
Pemikirannya terdokumentasi dalam lebih dari 3.000 buku dan risalah, banyak di antaranya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan 13. Karya-karyanya yang paling terkenal meliputi:
- Kitab al-Kimya (Buku Kimia)
- Kitab al-Sab’een (Buku Tujuh Puluh)
- Kitab al-Mizan (Buku Timbangan)
Karya-karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan memengaruhi ilmuwan Eropa seperti Robert Boyle, yang dikenal sebagai “Bapak Kimia Modern” dengan bukunya The Sceptical Chymist (1661).
Jabir ibn Hayyan juga memperkenalkan konsep alkali (basa), yang kemudian menjadi dasar dalam ilmu kimia industri. Istilah “alembic” (alat distilasi) berasal dari bahasa Arab “al-anbiq,” yang diperkenalkan oleh Jabir. Bahkan, istilah “alchemy” (alkimia) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Arab “al-kimiya,” yang pertama kali diperkenalkan dalam karya-karyanya.
Jabir ibn Hayyan adalah ilmuwan Muslim pertama yang secara sistematis membangun metode ilmiah berbasis eksperimen. Ia bukan hanya ahli teori, tetapi juga seorang praktisi yang mengembangkan teknik laboratorium yang masih digunakan hingga saat ini.
Ilmunya kemudian menjadi pijakan utama bagi ilmuwan Barat, terutama dalam bidang kimia. Jika tanpa Jabir, perkembangan ilmu kimia di Eropa mungkin akan jauh lebih lambat. Oleh karena itu, ia bisa disebut sebagai ilmuwan Muslim paling awal yang memberikan kontribusi besar dalam sejarah ilmu pengetahuan.
Geografi: Al-Idrisi dan Gerardus Mercator
Al-Idrisi menyusun peta dunia yang sangat akurat dalam Tabula Rogeriana pada abad ke-12. Peta ini membantu navigasi maritim dan eksplorasi. Sekitar 400 tahun kemudian, Gerardus Mercator menciptakan proyeksi peta modern dalam Atlas Mercator (1569), yang masih digunakan dalam navigasi hingga kini.
Ekonomi: Ibn Khaldun dan Adam Smith
Ibn Khaldun dalam Muqaddimah (abad ke-14) merumuskan teori siklus ekonomi dan asabiyyah (solidaritas sosial), yang menjadi dasar bagi ilmu ekonomi modern. Sekitar 350 tahun kemudian, Adam Smith mengembangkan konsep ekonomi liberal dalam The Wealth of Nations (1776), yang menjadi fondasi kapitalisme modern.
Psikologi: Al-Razi dan Sigmund Freud
Al-Razi, seorang dokter Persia abad ke-9, menulis tentang terapi gangguan mental dan pendekatan psikologis terhadap pasien. Hampir 1000 tahun kemudian, Sigmund Freud mengembangkan teori psikoanalisis dalam The Interpretation of Dreams (1899), memperkenalkan konsep alam bawah sadar yang menjadi dasar psikologi modern.
Sejarah ilmu pengetahuan bukanlah perjalanan yang terisolasi, melainkan aliran pemikiran yang terus berkembang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Para ilmuwan Muslim membangun fondasi yang kemudian diteruskan dan dikembangkan lebih jauh oleh ilmuwan Barat, menciptakan kesinambungan peradaban yang terus berlanjut hingga hari ini.
Al-Khwarizmi dan Kelahiran Aljabar
Di kota Baghdad abad ke-9, seorang ilmuwan bernama Al-Khwarizmi menulis Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabala, sebuah karya monumental yang memperkenalkan konsep aljabar. Sistem persamaan dan penyelesaiannya yang ia kembangkan menjadi dasar bagi matematika modern. Hampir 300 tahun kemudian, seorang matematikawan Italia, Leonardo Fibonacci, memperkenalkan angka Arab ke Eropa dan memperluas konsep aljabar ke dunia Barat.
Ibn al-Haytham (965-1040) dan Misteri Cahaya
Inilah Ilmuwan yang berpura-pura gila. Ibn al-Haytham adalah salah satu ilmuwan paling brilian di bidang optik, fisika, dan matematika, tetapi perjalanan hidupnya juga penuh tantangan dan drama. Ia lahir di Basra, Irak, dan sejak kecil dikenal sebagai anak yang sangat ingin tahu. Ketika tumbuh dewasa, ia memiliki ambisi besar untuk memecahkan berbagai misteri alam semesta.
Suatu hari, ia mengusulkan proyek besar kepada Khalifah Fatimiyah di Mesir, Al-Hakim bi-Amrillah: sebuah rencana untuk mengontrol banjir Sungai Nil dengan membangun bendungan raksasa. Sang Khalifah tertarik dan memanggilnya ke Mesir untuk mewujudkan proyek tersebut. Namun, setelah melakukan survei di lokasi, Ibn al-Haytham menyadari bahwa proyek itu mustahil dilakukan dengan teknologi saat itu.
Sayangnya, Al-Hakim dikenal sebagai penguasa yang kejam dan tidak menerima kegagalan. Ibn al-Haytham pun terancam dihukum mati. Untuk menyelamatkan dirinya, ia berpura-pura gila agar tidak dieksekusi. Strateginya berhasil, dan ia akhirnya dijatuhi hukuman tahanan rumah selama beberapa tahun.
Di masa pengasingannya, ia justru memanfaatkan waktunya untuk melakukan penelitian intensif di bidang optik. Ia menguji berbagai teori tentang cahaya dan penglihatan, membantah gagasan lama dari ilmuwan Yunani seperti Ptolemeus yang mengatakan bahwa mata mengeluarkan cahaya untuk melihat. Ia membuktikan bahwa penglihatan terjadi karena cahaya dari luar masuk ke mata, bukan sebaliknya.
Hasil penelitiannya dituangkan dalam Kitab al-Manazir (Buku Optik), yang menjadi dasar bagi perkembangan ilmu optik modern. Ratusan tahun kemudian, gagasannya dikembangkan oleh ilmuwan Eropa seperti Johannes Kepler. Setelah kematian Al-Hakim, Ibn al-Haytham akhirnya bebas dan menghabiskan sisa hidupnya menulis dan mengajar.
Kisah Ibn Khaldun dan Ibn al-Haytham menunjukkan bagaimana ketekunan, kecerdasan, dan strategi bertahan hidup bisa membawa mereka menjadi ilmuwan besar, meskipun hidup di tengah tantangan politik dan sosial yang berat.
Di Kairo pada abad ke-11, Ibn al-Haytham (atau Alhazen) menulis Kitab al-Manazir, yang merevolusi pemahaman manusia tentang cahaya dan optik. Ia menyelidiki pembiasan, refleksi, dan bagaimana mata menangkap cahaya, memberikan dasar bagi ilmu optik modern. 600 tahun kemudian, Johannes Kepler di Eropa mengembangkan teori optik lebih lanjut, membuka jalan bagi pemahaman tentang lensa dan teleskop.
Ibn Sina dan Kitab Kedokteran yang Abadi
Di Persia, seorang dokter jenius bernama Ibn Sina, atau Avicenna, menulis Al-Qanun fi al-Tibb. Buku ini menjadi ensiklopedia medis yang digunakan di universitas-universitas Eropa selama lebih dari lima abad. Pemikirannya tentang anatomi dan farmasi akhirnya dikembangkan lebih lanjut oleh Andreas Vesalius dan William Harvey di Eropa sekitar 500 tahun kemudian.
Al-Battani dan Kalkulasi Kosmis
Al-Battani, seorang ahli astronomi abad ke-9, mengoreksi perhitungan Ptolemeus tentang panjang tahun matahari. Dengan perhitungannya yang lebih akurat, ia membuka jalan bagi studi astronomi yang lebih presisi. Hampir 600 tahun kemudian, Nicolaus Copernicus memanfaatkan konsep ini untuk merevolusi pemahaman manusia tentang tata surya.
Al-Idrisi dan Peta Dunia yang Akurat
Pada abad ke-12, Al-Idrisi menciptakan Tabula Rogeriana, peta dunia yang sangat akurat untuk zamannya. Karyanya membantu para pelaut memahami geografi dunia dengan lebih baik. Sekitar 400 tahun kemudian, Gerardus Mercator mengembangkan peta dengan proyeksi modern yang membantu navigasi di era eksplorasi.
Ibn Khaldun (1332-1406), Seorang Intelektual di Tengah Gejolak Politik dan Teori Ekonomi serta Sosiologi
Ibn Khaldun, seorang filsuf dan sejarawan abad ke-14, menulis Muqaddimah, yang membahas siklus ekonomi, konsep asabiyyah (solidaritas sosial), serta pola naik-turunnya peradaban. 350 tahun kemudian, Adam Smith mengembangkan teori ekonomi modern, sementara Auguste Comte memperkenalkan sosiologi sebagai disiplin ilmu formal sekitar 400 tahun setelah Ibn Khaldun.
Ibn Khaldun bukan hanya seorang filsuf dan sejarawan, tetapi juga seorang petualang politik yang hidup di zaman yang penuh pergolakan. Ia lahir di Tunis dalam keluarga elit yang berasal dari Andalusia. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa dan mendapatkan pendidikan klasik dalam bahasa Arab, sastra, hukum Islam, serta ilmu-ilmu rasional seperti matematika dan filsafat.
Namun, kehidupannya tidak pernah stabil. Sejak muda, ia terlibat dalam politik istana di Afrika Utara, bekerja sebagai penasihat bagi berbagai penguasa. Setiap kali terjadi perebutan kekuasaan, ia sering harus berpindah tempat, bahkan dipenjara karena tuduhan konspirasi politik.
Pada suatu titik, ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupan politik yang penuh intrik dan mengasingkan diri di sebuah benteng di Aljazair. Di sanalah ia menulis Muqaddimah, karya monumentalnya yang menjadi dasar bagi ilmu sosiologi dan ekonomi modern. Dalam buku ini, ia merumuskan teori tentang siklus naik-turunnya peradaban, konsep solidaritas sosial (asabiyyah), serta faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan masyarakat.
Namun, kisahnya belum berakhir. Setelah menyelesaikan Muqaddimah, ia kembali ke dunia politik dan bahkan diundang oleh Sultan Mesir, Mamluk, untuk menjadi hakim agung di Kairo. Pada akhir hidupnya, ia juga sempat bertemu dengan panglima Mongol, Tamerlane (Timur Lenk), dalam sebuah negosiasi dramatis di Damaskus. Kehidupannya adalah perpaduan antara pemikiran mendalam dan pengalaman nyata di tengah konflik sejarah yang bergejolak.
Al-Jazari dan Robotika Awal
Di abad ke-12, Al-Jazari menulis Kitab fi Ma’rifat al-Hiyal al-Handasiyya, yang mendokumentasikan berbagai mekanisme otomatis seperti jam air dan mesin pemompa. Sekitar 300 tahun kemudian, Leonardo da Vinci menggambar sketsa tentang robot dan mesin-mesin otomatis, mewarisi semangat inovasi dari Al-Jazari.
Al-Razi dan Psikologi Klinis
Al-Razi, atau Rhazes, pada abad ke-9 menulis tentang terapi gangguan mental dan perawatan pasien dengan pendekatan psikologis. Hampir 1000 tahun kemudian, Sigmund Freud memperkenalkan psikoanalisis, melanjutkan gagasan tentang psikologi klinis yang telah dirintis oleh Al-Razi.
Ahmad ibn Majid dan Navigasi Samudera
Pada abad ke-15, Ahmad ibn Majid menyusun panduan navigasi yang menjadi acuan bagi para pelaut, termasuk Vasco da Gama. Dengan hanya selisih waktu sekitar 60 tahun, para pelaut Eropa menggunakan teknik navigasi yang diwariskan oleh Ibn Majid dalam eksplorasi samudera.
Sinan Pasha dan Kubah Megah
Di era Kesultanan Utsmaniyah abad ke-16, Sinan Pasha menciptakan struktur arsitektur inovatif dengan kubah besar dan teknik pendukung yang luar biasa. 150 tahun kemudian, Christopher Wren menggunakan prinsip serupa dalam merancang bangunan megah di Inggris.
Al-Kindi dan Teori Musik
Pada abad ke-9, Al-Kindi menyusun teori musik dan mengembangkan sistem skala Arab yang menjadi dasar perkembangan musik di dunia Islam. Sekitar 150 tahun kemudian, Guido d’Arezzo di Eropa mengembangkan sistem notasi musik yang masih digunakan hingga saat ini.
Kisah-kisah ini bukan hanya sekadar daftar penemuan, tetapi bukti bahwa ilmu pengetahuan adalah warisan yang terus berkembang, berpindah dari satu peradaban ke peradaban berikutnya. Para ilmuwan Muslim meletakkan fondasi yang kokoh, dan ratusan tahun kemudian, ilmuwan Eropa membangun menara ilmu yang lebih tinggi di atasnya. Begitulah cara peradaban bekerja—bukan dalam isolasi, tetapi dalam kesinambungan yang melampaui batas ruang dan waktu.
Tabel 1. Kontribusi Ilmuwan Muslim dan Pengembangannya di Dunia Barat
No | Bidang Ilmu | Ilmuwan Muslim | Periode | Kontribusi Ilmuwan Muslim | Ilmuwan Barat yang Mengembangkan | Periode Pengembangan | Fitur Penting Temuan Ilmuwan Barat | Judul Karya/Terobosan Ilmiah | Jarak Waktu |
1 | Matematika (Aljabar) | Al-Khwarizmi | 780-850 | Mengembangkan sistem aljabar dan algoritma. Menulis Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabala, dasar dari aljabar. | Leonardo Fibonacci | 1170-1250 | Mengembangkan sistem bilangan desimal di Eropa. | Liber Abaci(1202) | ±300 tahun |
2 | Matematika (Trigonometri) | Al-Battani | 858-929 | Mengembangkan fungsi sinus, kosinus, dan tangen. | Regiomontanus | 1436-1476 | Menerapkan trigonometri pada astronomi. | De Triangulis(1464) | ±600 tahun |
3 | Optik dan Fisika Cahaya | Ibn al-Haytham | 965-1040 | Prinsip cahaya, pembiasan, dan optik geometri. Menulis Kitab al-Manazir tentang cahaya, pembiasan, dan optik geometri. | Johannes Kepler | 1571-1630 | Teori lensa & pembentukan gambar pada retina. | Astronomia Pars Optica (1604) | ±600 tahun |
4 | Astronomi | Al-Tusi | 1201-1274 | Model planet yang mendekati sistem heliosentris. | Copernicus | 1473-1543 | Teori heliosentris tata surya. | De Revolutionibus(1543) | ±300 tahun |
5 | Astronomi | Al-Battani | 858-929 | Menentukan panjang tahun matahari lebih akurat dibanding Ptolemeus. | Nicolaus Copernicus | 1473-1543 | ±600 tahun | ||
6 | Kedokteran dan Farmasi | Ibn Sina | 980-1037 | Menulis Al-Qanun fi al-Tibb yang menjadi standar kedokteran di Eropa selama berabad-abad. The Canon of Medicine, standar kedokteran selama berabad-abad. | Andreas Vesalius | 1514-1564 | Anatomi manusia berbasis eksperimen. | De Humani Corporis Fabrica(1543) | ±500 tahun |
7 | Kedokteran Bedah | Al-Zahrawi | 936-1013 | Mengembangkan teknik bedah modern. | Ambroise Paré | 1510-1590 | Penyempurnaan alat dan metode operasi. | Oeuvres Complètes (1575) | ±500 tahun |
8 | Kimia | Jabir ibn Hayyan (Geber) | 721-815 | Mengembangkan metode distilasi, kristalisasi, sublimasi, dan pemurnian zat. | Robert Boyle | 1627-1691 | Teori gas dan tekanan udara. | The Sceptical Chymist (1661) | ±850 tahun |
9 | Kartografi & Geografi | Al-Idrisi | 1100-1165 | Membuat peta dunia paling akurat di zamannya dalam Tabula Rogeriana. | Gerardus Mercator | 1512-1594 | Proyeksi peta modern. | Atlas Mercator(1569) | ±400 tahun |
10 | Ekonomi & Pasar | Ibn Khaldun | 1332-1406 | Konsep siklus ekonomi & teori asabiyyah. Menulis teori siklus ekonomi dalam Muqaddimah, konsep asabiyyahdan ekonomi. | Adam Smith | 1723-1790 | Konsep ekonomi liberal. | The Wealth of Nations (1776) | ±350 tahun |
11 | Sosiologi | Ibn Khaldun | 1332-1406 | Pendiri sosiologi modern. Menganalisis masyarakat dengan pendekatan ilmiah, cikal bakal sosiologi modern. | Auguste Comte | 1798-1857 | Memformalkan teori sosiologi. | Cours de Philosophie Positive (1830) | ±400 tahun |
12 | Psikologi | Al-Razi (Rhazes) | 865-925 | Terapi gangguan mental. Menulis tentang terapi gangguan mental dan psikologi klinis. | Sigmund Freud | 1856-1939 | Teori psikoanalisis. | The Interpretation of Dreams (1899) | ±1000 tahun |
13 | Farmasi | Ibn al-Baitar | 1197-1248 | Penelitian tentang herbal dan obat-obatan. | Paracelsus | 1493-1541 | Kimia farmasi dan toksikologi. | On the Miners’ Sickness (1533) | ±300 tahun |
14 | Fisika Mekanika | Al-Jazari | 1136-1206 | Rancangan mesin otomatis dan robotika. | Leonardo da Vinci | 1452-1519 | Mengembangkan konsep mesin dan peralatan otomatis. | Codex Madrid | ±300 tahun |
15 | Arsitektur & Teknik Sipil | Sinan Pasha | 1489-1588 | Mengembangkan kubah besar dan sistem pendukung arsitektur Islami yang inovatif. Desain kubah dan jembatan. | Christopher Wren | 1632-1723 | Membangun Katedral St. Paul. | St. Paul’s Cathedral | ±150 tahun |
16 | Kartografi | Piri Reis | 1465-1553 | Peta dunia yang akurat. | James Cook | 1728-1779 | Ekspedisi pemetaan dunia. | Peta Pasifik Selatan | ±200 tahun |
17 | Meteorologi | Al-Kindi | 801-873 | Studi tentang angin dan cuaca. | Edmond Halley | 1656-1742 | Teori sirkulasi atmosfer. | Trade Winds(1686) | ±800 tahun |
19 | Botani & Agrikultur | Al-Dinawari | 828-896 | Klasifikasi tanaman berdasarkan sifat biologi. | Carl Linnaeus | 1707-1778 | Sistem taksonomi modern. | Systema Naturae(1735) | ±850 tahun |
20 | Musikologi | Al-Farabi | 872-950 | Teori musik dan harmoni. | Johann Sebastian Bach | 1685-1750 | Harmoni musik klasik. | The Well-Tempered Clavier | ±800 tahun |
21 | Musik & Notasi Musik | Al-Kindi | 801-873 | Mengembangkan sistem skala musik Arab dan teori musik. | Guido d’Arezzo | 991-1033 | ±150 tahun | ||
22 | Filsafat | Ibn Rushd (Averroes) | 1126-1198 | Rasionalisme dan logika Aristotelian. | Immanuel Kant | 1724-1804 | Filsafat kritisisme dan metafisika. | Critique of Pure Reason (1781) | ±600 tahun |
23 | Filsafat Ilmu & Logika | Al-Farabi | 872-950 | Mengembangkan teori logika Aristotelian dalam Islam dan konsep kebahagiaan negara. | Thomas Aquinas | 1225-1274 | ±300 tahun | ||
24 | Teknik Mesin & Robotika | Al-Jazari | 1136-1206 | Menulis Kitab fi Ma’rifat al-Hiyal al-Handasiyya tentang mekanisme otomatis. | Leonardo da Vinci | 1452-1519 | ±300 tahun | ||
25 | Navigasi & Kelautan | Ahmad ibn Majid | 1432-1500 | Menyusun panduan navigasi yang digunakan oleh pelaut Eropa, termasuk Vasco da Gama. | Vasco da Gama | 1460-1524 | ±60 tahun |
Analisis dan Kesimpulan
Berdasarkan catatan 1001 Inventions: The Enduring Legacy of Muslim Civilization jelaslah bahwa kontribusi ilmuwan muslim sangat mendasar. Para ilmuwan Muslim tidak hanya mempertahankan ilmu pengetahuan Yunani-Romawi, tetapi juga memperkaya dan mengembangkannya. Banyak dari karya mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi referensi utama di universitas-universitas Eropa. Kejayaan keilmuwan Muslim ini memerlukan jarak waktu yang amat panjang antara temuan muslim dan barat. Rata-rata, ilmu yang ditemukan oleh ilmuwan Muslim baru dikembangkan kembali di dunia Barat dalam rentang 200-600 tahun kemudian.Beberapa bidang, seperti psikologi (Freud terhadap Al-Razi), memiliki jeda hingga 1000 tahun. Di beberapa kasus, Barat mengadopsi inovasi Muslim dengan cepat, seperti navigasi Ahmad ibn Majid yang digunakan oleh Vasco da Gama dalam waktu kurang dari 100 tahun.
Mengapa ada jeda panjang antara temuan ilmuwan muslim dan pengembangannya di dunia barat? Perbedaan waktu antara temuan ilmuwan Muslim dan pengembangannya di dunia Barat yang mencapai ratusan tahun bukanlah suatu kebetulan. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan jeda panjang ini, baik dari sisi peradaban Islam sendiri maupun perkembangan di Eropa.
Ada beberapa faktor kemunduran sains di dunia Islam. Pertama, perubahan politik dan kehancuran peradaban. Serangan Mongol (1258) menghancurkan pusat intelektual Islam, terutama di Baghdad yang merupakan pusat ilmu pengetahuan dunia. Perpustakaan besar seperti Bayt al-Hikmah dihancurkan. Kejatuhan Andalusia (1492) mengakhiri era keemasan Islam di Spanyol. Ilmuwan Muslim yang bertahan harus beradaptasi atau melarikan diri ke wilayah lain. Kemunduran Kesultanan Utsmaniyah (abad ke-17 ke atas) membuat pusat peradaban Islam mengalami stagnasi, sementara Eropa mulai mengalami kebangkitan ilmu pengetahuan.
Kedua, perubahan fokus dari rasionalisme ke tradisionalisme. Pada awalnya, filsafat dan rasionalisme berkembang pesat di dunia Islam, seperti yang dipelopori oleh Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rushd. Namun, pergeseran ke arah konservatisme agama menyebabkan banyak pemikiran ilmiah dipandang sebagai ancaman terhadap keimanan. Al-Ghazali (1058-1111) dalam Tahafut al-Falasifah mengkritik filsafat Aristotelian yang digunakan oleh para ilmuwan Muslim sebelumnya, yang akhirnya memengaruhi cara pandang umat Islam terhadap ilmu pengetahuan. Ketiga, kurangnya lembaga ilmiah yang berkelanjutan. Di dunia Islam, banyak ilmuwan bergantung pada patronase dari khalifah dan sultan, sehingga penelitian sangat bergantung pada stabilitas politik. Berbeda dengan dunia Barat yang kemudian mendirikan universitas-universitas modern seperti Oxford (1096), Sorbonne (1257), dan Cambridge (1209), dunia Islam tidak mengembangkan institusi serupa yang berkelanjutan untuk ilmu sekuler. Tetapi belakangan kita tahu universitas-universitas ternama di Amerika Serikat sangat tergantung dari pemerintah atau swasta untuk pendanaan.
Keempat, keterbatasan teknologi percetakan dan penyebaran ilmu. Percetakan ditemukan pada abad ke-15 oleh Johannes Gutenberg dan sangat membantu revolusi ilmiah di Eropa. Dunia Islam baru menerima teknologi percetakan pada abad ke-18, menyebabkan penyebaran ilmu pengetahuan menjadi jauh lebih lambat dibandingkan di Eropa.
Sementara itu ada beberapa faktor kebangkitan ilmu di dunia Barat. Pertaman, Renaisans Eropa (Abad ke-14 – 17). Setelah mendapatkan manuskrip ilmiah dari dunia Islam (dalam bahasa Arab) melalui penerjemahan di Toledo, Spanyol, para ilmuwan Eropa mulai menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah ada. Leonardo da Vinci, Copernicus, dan Galileo adalah contoh ilmuwan yang mengadaptasi dan menyempurnakan teori-teori dari peradaban sebelumnya. Kedua, reformasi dan kebebasan berpikir. Martin Luther (1517) memicu Reformasi Protestan, yang mengurangi dominasi Gereja Katolik atas ilmu pengetahuan. Di dunia Islam, ilmu pengetahuan masih banyak dikendalikan oleh otoritas agama, sehingga sulit berkembang secara bebas.
Ketiga, revolusi ilmiah dan metode empiris. Francis Bacon (1561-1626) mengembangkan metode ilmiah modern, yang menekankan eksperimen dan observasi dibandingkan dengan spekulasi filosofis. Rene Descartes (1596-1650) dengan Cogito Ergo Sum memperkuat pendekatan rasionalisme yang memisahkan ilmu dari dogma agama. Keempat, Revolusi Industri (Abad ke-18 – 19). Ilmu terapan mulai berkembang pesat di Eropa, didukung oleh kemajuan teknologi, sistem kapitalisme, dan eksploitasi sumber daya dari koloni-koloni mereka. Dunia Islam, sebaliknya, masih terjebak dalam model ekonomi agraris dengan keterbatasan industrialisasi.1
Landasan ilmu pengetahuan Muslim yang digunakan kemudian memberi dampak revolusi ilmiah di eropa. Sebagian besar keilmuan Muslim dikembangkan di dunia Barat saat Revolusi Ilmiah (1500-1700). Setelah era ini, dominasi keilmuan berpindah ke dunia Barat karena berbagai faktor seperti kolonialisme, industrialisasi, dan perkembangan sistem universitas modern.
Dominasi Ilmuwan Muslim (800-1400 M). Pada periode ini, dunia Islam menjadi pusat keilmuan dunia, dengan kontribusi besar di berbagai bidang. Perlambatan Ilmu di Dunia Islam (1400-1800 M). Perubahan politik dan sosial menyebabkan stagnasi, sementara Eropa mengalami Renaisans dan Revolusi Ilmiah. Dominasi Barat (1800-sekarang). Dunia Barat mengambil alih pengembangan ilmu pengetahuan melalui industrialisasi dan kapitalisme.
Dunia Islam perlu merevitalisasi tradisi ilmiahnya dengan membangun institusi riset yang kuat, mengadopsi pendekatan ilmiah modern, serta meningkatkan kebebasan berpikir dan inovasi teknologi. Jika dunia Islam ingin kembali menjadi pusat peradaban ilmiah, maka investasi dalam riset, pendidikan, dan kebebasan berpikir harus menjadi prioritas utama.
Meskipun begitu sebagai landasan utama ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi maka warisan penting Muslim itu hingga saat ini masih relevansi. Ilmu yang dikembangkan oleh ilmuwan Muslim masih menjadi fondasi banyak disiplin ilmu modern, seperti matematika (Al-Khwarizmi), astronomi (Al-Battani), kedokteran (Ibn Sina), dan ekonomi (Ibn Khaldun). Banyak penelitian dan inovasi yang sedang berusaha merevitalisasi warisan ilmuwan Muslim, baik di dunia akademik maupun teknologi.2
Dengan pemahaman ini, kita dapat melihat bahwa kontribusi peradaban Islam terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya besar, tetapi juga mendasar bagi perkembangan ilmu modern.
—Bagian 3 dari 3 Bagian (Habis)–
Cirebon-Lumajang-Jogjakarta, 30 Maret-10 April 2025
Dwi Rahmad Muhtaman
Referensi: Berikut adalah beberapa sumber referensi yang biasanya digunakan dalam penelitian tentang ilmuwan Muslim, termasuk Jabir ibn Hayyan:
- Gutas, D. (2001). Greek thought, Arabic culture: The Graeco-Arabic translation movement in Baghdad and early Abbasid society (2nd-4th/8th-10th centuries). Routledge.
- Hill, D. R. (1993). Islamic Science and Engineering. Edinburgh University Press.
- Huff, T. E. (2003). The rise of early modern science: Islam, China, and the West (2nd ed.). Cambridge University Press.
- Ibn Hayyan, J. (ca. 800). Kitab al-Kimya. (Diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai Liber de Alchemia pada abad ke-12 oleh Gerard of Cremona).
- Nasr, S. H. (1968). Science and civilization in Islam. Harvard University Press.
- Needham, J. (1974). Science and civilization in China (Vol. 5). Cambridge University Press.
- Sabra, A. I. (1987). The appropriation and subsequent naturalization of Greek science in medieval Islam: A preliminary statement. History of Science, 25(3), 223-243.
- Sarton, G. (1927-1948). Introduction to the History of Science (Vol. 1-3). Carnegie Institution of Washington.
- Sezgin, F. (2011). Science and Technology in Islam: Transfer of Science and Technology from Islam to Europe and the Renaissance of Europe. Frankfurt Institute for the History of Arabic-Islamic Science.
Rekomendasi Bacaan & Referensi
1. George Saliba – Islamic Science and the Making of the European Renaissance
2. Jim Al-Khalili – Pathfinders: The Golden Age of Arabic Science
3. S. Frederick Starr – Lost Enlightenment: Central Asia’s Golden Age from the Arab Conquest to Tamerlane
4. Donald R. Hill – Islamic Science and Engineering
5. Toby Huff – The Rise of Early Modern Science: Islam, China, and the West