Menata Hidup dengan Kelambanan
—Dwi R. Muhtaman—
Cihideung Ilir, Bogor, 01.04.2020
#BincangBuku #40
“Why be fast when you can be slow?”
“The fastest way to a good life is to slow down,”
—Geir Berthlesen, Founder, The World Institute of Slowness.
“It would be some consolation for the feebleness of our selves and our works if all things should perish as slowly as they come
into being; but as it is, increases are of sluggish growth, but the way to ruin is rapid.” Lucius Anneaus Seneca (4 BCE-65 CE),
Letters to Lucilius, n. 91, 6 (translated by Richard Gummere).”
— Ugo Bardi, THE SENECA EFFECT: Why Growth is Slow but Collapse is Rapid (2017).
“The only reason for time is so that everything doesn’t happen at once.”
—Albert Einstein
Akhirnya hanya Covid-19 yang mampu melakukannya secara radikal: menahan laju semua pergerakan manusia. Melambatkan semua keterburu-buruan. Memelankan semua kecepatan. Melegakan semua kesibukan. Meredakan semua keriuhan. Menghentikan semua perjalanan. Mendiamkan semua kemeriahan. Memaksa kembali pada sunyi. Kembali ke rumah masing-masing. Kembali pada diam.
Dan hanya Covid-19 yang mampu melakukannya. Makhluk super kecil, berbentuk unik bulat kelabu dengan tentakel-tentakel berpayung seperti jamur berwarna merah menyala di sekujur bulatannya, itu bagai sebuah Maha Karya dari sebuah evoluasi kehadiran makhluk pertama yang ada di bumi, 4.5 milyar tahun yang lalu. Kini hadir dengan pesan baru: saatnya jeda, saatnya pelan-pelan.
St Mark’s Square, Milan, Italia, Maret 2020. Seorang pelayan berdiri dekat meja-meja kosong di luar sebuah restoran yang biasanya penuh turis. Dia hanya berdiri sendiri diantara barisan rapi kursi-kursi. Di depan Aurora Cafe, pandangan pagi yang melompong. Pemerintah Italia mengeluarkan dekrit darurat sebagai langkah untuk menghadang wabah coronavirus.
Orang Italia bangun pada hari Minggu pagi, sebuah masa depan baru. Malam harinya, pemerintah mengumumkan langkah-langkah paling dramatis mencegah penyebaran Covid-19. Negara-negara Barat lainnya mengikuti dengan cermat, khawatir mereka mungkin harus segera mengikuti jejak Italia.
Roma menerapkan pembatasan perjalanan ketat di seluruh wilayah Lombardy sekitar Milan — ekonomi, mode, dan media negara ibukota — dan di 14 provinsi lain di utara yang kaya, termasuk Venesia dan bagian dari wilayah Emilia Romagna. Dalam wilayah yang dihuni 16 juta orang, pusat coronavirus Eropa, di mana jumlah kasus telah meningkat dengan cepat, Italia melarang semuanya pertemuan umum — tidak ada pesta pernikahan, pemakaman, konser, acara olahraga, diskotik, permainan bingo, arkadia video, atau Misa — hingga 3 April. Pemerintah melarang orang pergi kecuali jika benar-benar perlu.
Restoran dan bar dapat dibuka tetapi hanya dari pukul 6 pagi hingga 6 malam, dan hanya jika mereka dapat memastikan jarak tiga kaki di antara setiap tamu. Secara nasional, pemerintah memerintahkan penutupan semua bioskop, teater, ruang konser, perpustakaan, dan museum, serta karantina siapa pun yang demam di atas 37,5 derajat Celcius (99,5) derajat Fahrenheit), dan siapa saja yang dites positif terkena virus. Italia menutup semua sekolah, fasilitas penitipan anak, dan universitas.
Italia tidak sendiri. Kongo, Amerika, Malaysia, Sudan, Inggris, Perancis, India, Swedia, Spanyol, Portugal, Indonesia dan puluhan negara lain menutup diri dari lalu lalang pergerakan mesin-mesin kapitalisme. Lombardy tidak sendiri. Bombay, New York, London, Toli-toli, Roma, Kuala Lumpur, Jakarta, Washington, Jogjakarta hingga di sudut Desa Gunung Welud, Purwakarta….. semua menahan diri dari hiruk pikuk. Semua berkhikmat untuk berdiam sejenak. Semua memperlamban langkah-langkah. Semua kembali ke kehidupan tanpa kecepatan, tanpa pergerakan yang melimpah. Kembali ke tempat terbaik di dunia: rumah.
Situasi ini mengingatkan saya pada The Slow Movement atau Gerakan Lamban. Sebuah gerakan yang tumbuh dari Roma, Italia.
Gerakan Lamban ini dimulai Carlo Petrini pada tahun 1986. Pria Italia ini memprotes persetujuan oleh pemerintah setempat atas McDonald’s restaurant, sebuah restoran cepat saji di Piazza di Spagna, di jantung kota Roma. Carlo Petrini adalah seorang penulis dan aktifis. Ia banyak menulis soal kuliner dan makanan secara umum. Kekesalannya ini diwujudkan dengan mendirikan The Slow Food Movement, yang saat ini sudah berkembang pesat. Dia mempromosikan resto-resto lokal Italia yang menjual makanan khas Italia. Gagasan The Slow Food Movement kemudian memberi inspirasi lahirnya the Cittaslow or Slow-Town Movement dimana produktifitas dinilai dari keberhasilan pembangunan insfrastruktur dan kondisi ekologi yang ramah sosial, daripada output ekonomi atau efisiensi yang cepat.
Gerakan makanan lamban (the Slow Food Movement) mempromosikan prinsip-prinsip organik, makanan non-olahan di mana rantai dari pertanian ke meja hidangan memiliki dampak minimal terhadap lingkungan. Konsep ‘lamban’ dalam perjalanannya telah berkembang ke berbagai aspek lain dari masyarakat modern, seperti pengasuhan anak lamban (Slow Parenting) dan kota lambat (Slow Cities), yang kemudian berpuncak pada pembentukan The World Institute of Slowness yang berbasis di Norwegia pada tahun 1999 oleh Geir Berthelsen, yang bertujuan untuk mengajarkan dunia cara hidup lamban. Pendukung hidup lamban lainnya yang terkenal adalah Carl Honoré, yang dalam bukunya tahun 2004, In Praise of Slow, mengeksplorasi bagaimana kehidupan lamban dapat diterapkan dan dipertahankan, terutama di lingkungan bisnis.
Dalam bukunya Honoré mengutip Larry Dossey (1982), Seorang Fisikawan Amerika, yang meletupkan istilah “time-sickness” untuk menggambarkan sebuah obsesi tentang waktu: “time is getting away, that there isn’t enough of it, and that you must pedal faster and faster to keep up.” Mengapa kita selalu terburu-buru? Apakah ada obat untuk mengatasi “time-sickness”? Mungkinkah kita perlahan-lahan?
Dalam dunia yang serbacepat seperti sekarang ini kita telah mengubah setiap momen menjadi semacam perlombaan. Kita bergegas untuk bekerja. Kita terburu-buru untuk membuat makan malam. Kita terburu-buru untuk menjaga anak-anak. Kita mempercepat perbincangan dan interaksi sosial. Kita …banyak hal, bergegas. Kapankah itu akan berakhir? Maka itu tidak mengherankan banyak dari kita dibuat terengah-engah oleh kehidupan kita sehari-hari. Meski kadang ingin segera keluar dari perlombaan kejar-kejaran ini. Gerakan Lamban ingin mengajak semua orang untuk berpikir ulang tentang waktu, dan kecepatan kita merespon waktu. Hidup lamban (Slow Living) adalah sebuah gagasan untuk menghentikan pandangan bahwa menjadi sibuk adalah segalanya, dari awal hingga akhir, dan mulai memperhatikan hal-hal penting dalam hidup, dan memperlamban ke kecepatan yang tepat untuk masing-masing orang.
Menurut Peter dan para promotor Slow Movement, hidup perlahan adalah batu loncatan menuju kebahagiaan dan kesehatan yang baik. Ketika kita hidup dengan kecepatan yang lebih lamban, kita mampu menikmati momen dan mampu membenamkan diri dalam apa yang kita lakukan dan menyerap kesenangan penuh darinya. Mengambil jalur lambat berarti lebih sedikit melakukan kesalahan, dan itu memberi kita kesempatan untuk lebih tenang dalam tindakan. Dalam hal kesehatan, perlambanan akan menenangkan pernapasan kita dan mengurangi stres. Dengan begitu akan membangun hubungan yang lebih kuat dengan teman dan orang yang dicintai. Meluangkan waktu lebih banyak dan penuh perhatian untuk satu sama lain.
Lamban bukan berarti efisiensi rendah atau melepaskan pekerjaan, atau tidak bekerja. Ini tentang menciptakan keseimbangan dan mengalokasikan jatah waktu untuk merencanakan, berpikir, untuk merefleksikan, untuk mengamati, dan untuk memberikan fokus pada apa yang penting: melakukan hal-hal yang lebih baik daripada lebih cepat dan pada gilirannya untuk menjadi lebih produktif.
Seperti kata Geir Berthelsen, “Cara tercepat menuju kehidupan yang baik adalah dengan memperlamban.”
Po Peter dalam buku yang kita kupas ini “Slow: Finding Peace and Purpose in a Hectic World” (2018) adalah salah satu promotor untuk Gerakan Lamban. Gagasan-gagasannya dituangkan dalam buku yang dikemas dengan bersahaja dalam 161 halaman.
Jadi bagaimana kita bisa melambankan waktu? tulis Peter. Nampak sulit. Tetapi ada banyak cara untuk melakukannya. Pada Bagian Pertama (Slow Health and Well-Being) dari enam Bagian, Peter memaparkan pentingnya untuk menemukan ritual lamban yang cocok dilakukan Anda sendiri—sesuatu yang mungkin sudah biasa dilakukan atau pernah dilakukan sebelumnya sebagai kebiasaan, kesenangan, hobby. Pertama, Mindfulness – Celebrate the Moment. Memberi sikap penuh perhatian adalah cara yang sangat positif untuk memperlamban waktu. Mindfulness adalah tentang berfokus pada keajaiban saat ini, menghargai apa yang ada, apa yang kita alami saat ini. Alih-alih mengkhawatirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan, tujuannya adalah untuk mengalami kehidupan seperti yang terjadi saat ini, momen demi momen. Nikmati apa yang kita punyai, yang kita alami. Latihan sederhana ini sangat penting dan merupakan alat yang efektif untuk memperlamban langkah kita hingga pada kecepatan yang lebih nyaman, menyenangkan, membebaskan, tanpa beban.
Ketika kita bergegas menjalani hidup kita, rasa perhatian (maindfulness) mendorong kita untuk selalu jeda, berhenti sejenak dan berjuang untuk mereka-reka sesuatu yang baru atau lebih baik. Penuh kesadaran menerima sesuatu dengan rasa terima kasih dan syukur. Banyak dari kita terburu-buru melakukan rutinitas harian dengan autopilot. Nyaris tidak memperhatikan apa yang sedang kita lakukan. Melewatkan setiap momen yang kita lakukan. Hanya karena ingin menyelesaikan sesuatu dengan cepat. Cara mudah untuk memusatkan perhatian Anda pada saat tertentu adalah dengan berkonsentrasi pada tugas-tugas sederhana. “Misalnya, rapikan tempat tidur Anda dengan fokus dan perhatian 100 persen setiap pagi sehingga Anda membuat transisi yang tenang dari kamar tidur dan usai tidur ke dunia luar dan sisa hari Anda. Anda mungkin juga merasa mendapatkan manfaat untuk duduk dengan tenang selama beberapa menit di pagi hari sehingga Anda dapat dengan tenang merenungkan hari yang akan datang, daripada bergegas langsung ke kegiatan hari Anda. Atau untuk menikmati waktu Anda di kamar mandi, meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan air yang mengalir menghanyutkan dan membuat enyah kantuk, memberi Anda energi untuk sisa hari itu.
Alih-alih menjejalkan sebanyak mungkin urusan ke dalam hari Anda, lakukan lebih sedikit dan lakukan lebih lamban, lebih penuh perasaan dan dengan lebih banyak konsentrasi. Luangkan waktu untuk membenamkan diri sepenuhnya dalam kegiatan apa pun yang Anda lakukan. Apakah Anda memasak makan malam atau mengobrol dengan teman, bahkan untuk kegiatan yang kurang menyenangkan seperti membersihkan piring. Anda harus menemukan pengalaman Anda santai dan memuaskan ketika Anda tidak terburu-buru melewatinya.
Lain kali saat Anda terburu-buru – misalnya ketika sedang belanja di supermarket untuk acara keluarga – fokuskan kesadaran Anda pada kaki Anda. Cobalah untuk memperlambat langkah Anda dan rasakan kaki Anda menghubungkan Anda dengan lantai. Bagaimana rasanya? Hangat, dingin, keras, tidak rata atau bahkan lunak? Memikirkan sesuatu yang sederhana seperti lantai di bawah kaki Anda akan membantu Anda mendapatkan rasa keseimbangan dan perspektif, dan yang paling penting, memperlamban Anda. Lakukan sesuatu dengan penuh perhatian, kenikmatan dan perlahan.
“Don’t hurry, don’t worry. And be sure to smell the flowers along the way,” kata Walter Hagen
Beberapa tips Slow berikut ini bisa dicoba:
Latihan Pernapasan
Napas yang dalam dan lamban mengembalikan oksigen ke tubuh, yang memperlambat detak jantung kita dan menstabilkan tekanan darah. Cobalah latihan ini untuk menikmati ketenangan. Ini dapat dilakukan kapan saja, baik sebelum tidur, di pagi hari atau di meja Anda di kantor. Latihannya sederhana: tutup mata dan fokuslah pada napas. Pikirkan hanya tentang napas Anda dan bagaimana rasanya masuk ke tubuh Anda dan kemudian hembuskan. Setelah Anda sepenuhnya menyadari pernapasan Anda, cobalah menarik napas lebih dalam, tarik napas selama enam hitungan dan kemudian hembuskan perlahan selama enam hitungan. Tetap fokus pada napas Anda selama lima menit. Memadukan latihan ini ke dalam rutinitas harian Anda akan membantu Anda dalam perjalanan untuk merasa lebih santai.
Membaca
Membenamkan diri dalam halaman-halaman buku yang bagus, apakah itu novel roman atau panduan praktis untuk naik gunung, bermain gitar, membantu menenangkan pikiran dan memperlamban kita. Nicholas Carr, penulis The Shallows: What the Internet Is Doing to Our Brains, memuji manfaat dari ‘bacaan mendalam’ (deep reading) yaitu ketika kita fokus pada selembar teks untuk jangka waktu yang lama, dengan mengatakan, ‘membaca buku’ merangsang indera yang membuat membaca sangat bermanfaat secara intelektual. Dengan membuang segala gangguan, untuk meningkatkan fungsi pemecahan masalah dari lobus frontal, bacaan mendalam menjadi bentuk berpikir yang mendalam (deep thinking).
Buku seperti teman lama – dapat diandalkan, setia, mempesona tanpa akhir dan bagus untuk Anda. Kembangkan rak buku Anda dengan buku-buku baru dan berwawasan luas, yang mengejutkan dan menantang, dan yang membuat Anda merasa memiliki, mengetahui bahwa buku adalah teman seumur hidup.
Kiat Momen Lamban untuk Kreativitas
Jika Anda biasanya menonton TV atau menjelajah internet di malam hari, coba nonaktifkan layar dan perangkat selama satu atau dua malam dalam seminggu. Alihkan tangan Anda pada beberapa kegiatan kreatif. Berikut adalah beberapa ide sederhana untuk dijelajahi.
Abadikan Momentum
Berkat smartphone, orang cenderung memiliki kamera yang bisa digunakan kapan saja. Mengambil foto membantu Anda untuk fokus pada suatu momen saat Anda memperhatikan hal-hal kecil yang mengelilingi Anda, seperti warna di langit, burung terbang, permainan cahaya, bayangan bayangan, dan ekspresi lucu. Biasakan mengambil hanya beberapa foto sehari sehingga membuat Anda berhenti sejenak dan fokus dan mengabadikan momen singkat yang biasanya berlalu begitu saja.
Ada metode ‘pengambilan foto’ yang lebih lamban daripada dengan telepon. Coba cara jadoel, cetak matahari (sun print). Letakkan benda di atas selembar kertas foto yang disiapkan di bawah sinar matahari. Biarkan selama beberapa menit sebelum kertas itu direndam dalam air untuk menghasilkan cetakan berwarna kobalt yang indah. Atau pakai kamera film jadul – memiliki jumlah gambar yang terbatas sehingga mendorong pengguna lebih fokus, berhati-hati dan memberi prioritas.
Singkirkan Gangguan
Apakah Anda perlu membatasi email dan web browser di sudut layar saat Anda sedang menulis laporan? Tutup semua aplikasi yang mengalihkan dari pekerjaan Anda. Jika kamar kerja sendiri di kantor, tutup pintu, atau jika berada di kantor terbuka, beri tahu kolega Anda untuk membuat pesan tidak akan menjawab email. Tetapi ada gangguan lain, yang ada di dalam kepala Anda – pikiran dan kekhawatiran beruntun, berdesak-desakan untuk mendapatkan perhatian. Kita masing-masing memiliki kecenderungan atau pemikiran unik yang menjauhkan kita dari tugas utama yang ada. Mulailah memperhatikan pikiran-pikiran Anda dan catat yang paling mengganggu Anda. Apakah Anda memiliki kecenderungan untuk memikirkan masa lalu atau masa depan? Apakah Anda dipenuhi dengan pikiran bersalah, takut atau khawatir? Apakah Anda terobsesi mencapai kesempurnaan? Menuliskan kecenderungan ini dapat membantu Anda menjadi lebih sadar tentang apa yang terjadi di kepala ketika mengganggu pekerjaan.
Putuskan apa yang paling penting
Mungkin sulit untuk mengetahui apa yang paling penting. Atau apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Untuk membantu hal ini, batasi diri Anda pada tiga atau empat tugas mendesak. Pertimbangkan tugas mana yang akan paling berdampak dan mulailah dengan itu. Tetapi lakukan satu pekerjaan hingga selesai, sebelum memulai berikutnya. Cobalah untuk tidak menjadikan ini tugas pertama di pagi hari. Karena biasanya ini dapat meningkatkan stres sebelum hari kerja bahkan dimulai. Jadikan ini pekerjaan akhir hari, jadi Anda bersiap untuk pagi hari dan dapat fokus segera setelah Anda mencapai tempat kerja Anda.
Banyak kiat yang sederhana yang ditawarkan Peter dalam buku ini. Mulai dari kegiatan merajut, menikmati pepohonan di hutan atau di kebun kita, menikmati deru ombak di pantai, mendengarkan kicau burung di pagi hari, berolahraga perlahan, melukis, menulis sesuatu dengan tulis tangan hingga memasak menu-menu yang memang membutuhkan waktu untuk memasaknya (slow food). Semu itu kuncinya adalah dilakukan dengan penuh perhatian dan menikmati setiap momen kita melakukannya. Tidak asal melakukan. Meresapi dan menghayati sepenuh jiwa dan raga. Just relax. Nikmati dengan tenang. Lupakan kesibukan. Nikmati makanan dan minuman dengan santai—slow food. Lupakan fast food. Itulah nasihat Berthelsen, The World Institute of Slowness, sebuah organisasi yg mempromosikan kehidupan yang lebih ‘normal’ menikmati irama yg lamban, sebuah tradisi yg telah lama dipraktekkan Orang Jawa: Alon-alon asal kelakon.
Organisasi itu bisa dikunjungi pada tautan ini. gagasan yang menarik: https://www.theworldinstituteofslowness.com. Misinya: A new way of thinking about time. Our aim is to slow the world down to create healthier, happier and more productive people. The World Institute of Slowness yang berkantor di Norwegia ini percaya bahwa “Slowness is about the forgotten dimension to time. Unlike chronological time, it is non-linear time, the here and now, time that works for you, extraordinary time.”
Mengapa Lamban? Tanya Berthelsen.
Jadi mengapa cepat ketika Anda bisa lamban? Kelambanan juga tentang keseimbangan, jadi jika Anda harus cepat, maka cepatlah. “Festina Lente!”
Seperti yang dikatakan Gandhi: “ada lebih banyak kehidupan daripada meningkatkan kecepatannya” … namun hidup tampaknya semakin cepat dan lebih cepat.
Kita memiliki 24 jam yang sama dalam sehari yang selalu dimiliki namun waktu tampaknya semakin cepat. Ingat ketika kita masih anak-anak, berapa lama hari terasa? Atau ketika berlibur berbaring di pantai, bagaimana waktu tampaknya melamban? Pada saat-saat ini jam tidak pernah melamban tetapi pikiran kita melamban ke kecepatan yang lebih alami dan manusiawi. Anda tidak perlu melakukan perjalanan ke tempat lain untuk menemukan waktu yang lamban. Anda memilikinya, hidup Anda adalah waktu Anda. Bagaimana Anda menghabiskan waktu setiap hari menentukan siapa diri Anda.
Apa pepatah yang mengatakan: “The trouble with the rat race is that even if you win, you’re still a rat!”
Menurut Berthelsen kita perlu mengubah pola pikir kita dan untuk beberapa orang keluar dari perlombaan yang telah mereka lakukan. Fokus pada tujuan pribadi Anda dan raih dengan kecepatan yang sesuai dengan Anda. Miliki waktu Anda, jangan biarkan orang lain mengambil kendali atas waktu ANDA. Hidup lamban adalah tentang keseimbangan. Mungkinkah di dunia supercepat hari ini untuk hidup lamban? Apakah saya dapat mempertahankan pekerjaan saya? Memberikan kehidupan yang baik untuk keluarga saya? Apakah ‘lamban’ berarti efisiensi rendah, produktivitas rendah? Tidak! Lambat BUKAN tentang diam, dan BUKAN tentang menolak modernitas atau teknologi. Slow Living adalah tentang keseimbangan … waktu untuk keheningan, waktu untuk perencanaan, waktu untuk mengamati, waktu untuk perawatan, waktu untuk persahabatan, waktu untuk cinta … apakah semua ini menghancurkan efektivitas dalam pekerjaan seseorang? Tidak, itu akan memperkuatnya! Meneguhkan! Itu akan membuat Anda lebih produktif dan membantu Anda membuat keputusan yang lebih baik. “Why be fast when you can be slow?” sebab, “The fastest way to a good life is to slow down.”
Berthelsen yang pernah berprofesi sebagai penggali kubur ini memberi kiat dalam Hidup Lamban.
10 CARA UNTUK MELAMBAT
- Jangan terburu-buru Jika Anda harus cepat-cepat! Festina Lente. Bergegas merupakan sesuatu yang selalu membuat Anda kurang produktif dan menghasilkan hasil yang lebih rendah. Beri diri Anda cukup waktu untuk melakukan setiap tugas Anda. Luangkan waktu Anda untuk setiap tugas dan fokuskan 100% untuk masing-masing tugas.
- Jangan melakukan banyak tugas pada satu waktu yang sama (Multi-tasking). Multitasking adalah cara yang buruk untuk melakukan hampir semua hal. Lakukan satu per satu dan lakukan dengan baik. Bersikap realistis tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan dan beri waktu yang cukup untuk melakukan setiap tugas dengan baik. Perlambat, luangkan waktu Anda dan fokuskan 100% pada satu tugas pada satu waktu.
- Jangan melakukan apa pun. Melamun saja. Berikan cukup waktu untuk tidak melakukan apa pun. Biarkan pikiran Anda melamban dan mengembara ke mana pun ia mau.
- Keseimbangan kehidupan kerja. Banyak studi yang menunjukkan bahwa: Semakin keras dan semakin lama Anda bekerja, semakin tidak produktif jadinya. Tentukan batas-batas yang jelas bagi diri Anda ketika waktu kerja selesai dan waktu senggang Anda dimulai. Ikuti batas-batas ini, hentikan diri Anda dari mengintip email, memeriksa SMS atau whatsapp di malam hari atau akhir pekan.
- Kualitas tidur yang baik. Sangat penting dalam memperlamban otak dan membiarkannya me-reset sendiri. Pastikan Anda mencoba untuk mendapatkan 8 jam yang baik setiap malam dan biarkan tidur siang ketika perlu.
- Menjejalkan kalender. Jangan menjejalkan kalender Anda yang penuh dengan rapat atau acara-acara. Berikan waktu yang cukup sebelum sebuah acara berlangsung untuk persiapan dan waktu yang cukup untuk merenung. Jangan terburu-buru dari rapat ke rapat. Tidak ada yang salah dengan buku catatan kosong melompong. Nikmati kebebasan yang diberikannya kepada Anda.
- Putuskan sambungan ponsel. Kendalikan ponsel Anda. Jangan menjadi budak pesan orang lain. Matikan, simpan. Jadi Anda tidak tergoda untuk diam-diam melihat ponsel. Jangan melihat email kantor di hari libur atau akhir pekan. Itu adalah waktu ANDA. Kecuali management style kantor Anda unik atau karakter pekerjaan yang berbeda.
- Selalu lebih awal. Selalu rencanakan 10 menit lebih awal untuk setiap pertemuan. Anda akan jauh lebih tenang. Nikmati waktu luang yang diberikan dan digunakan untuk memperlamban waktu.
- Waktu lamban. Memperlamban jam waktu pribadi Anda. Jalan-jalan lamban, duduk di taman, matikan TV dan ponsel Anda, duduk saja dan berpikir.
- Berikan waktu Anda. Hadiah terbaik yang dapat Anda berikan kepada seseorang adalah waktu Anda. Berikan waktu tanpa gangguan dan berkualitas kepada keluarga atau teman Anda.
Punya saran? Jika Anda memiliki cara sendiri untuk memperlamban, maka nikmatilah dan berbagilah pengalaman dengan orang-orang lain.
Buku Slow ini layak untuk dibaca dan dijadikan panduan praktis yang bisa kita kerjakan sehari-hari. Banyak pilihan kegiatan yang dipaparkan untuk melatih kita ‘selow.’ Melatih kita tetap menikmati menjadi manusia di tengah hiruk pikuk segala kegegasan, kesibukan.