Perjalanan Mengintip 100 Tempat Terindah
—Dwi R. Muhtaman—
Cirebon, 01062019
#BincangBuku #26
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung,”—Al-Quran, Al-Jumu’a (62:10)
“Travel and change of place impart new vigor to the mind.” – Seneca
Hidup adalah perjalanan. “A good traveler has no fixed plans and is not intent on arriving,” nasihat Lao Tzu pada murid-muridnya—sebuah nasihat yang filosofis bagi para pengembara, pejalan kehidupan. Sejarah manusia adalah sejarah tentang sebuah perjalanan. Dari awal hingga akhir. Dari jaman jutaan—mungkin milyaran— tahun napas kehidupan manusia dan alam seisinya adalah rangkaian perjalanan. Hidup, tinggal dan mengembangkan peradaban dari satu tempat ke tempat lainnya. Berpencar menelusuri perjalanan masing-masing. Dalam kelompok atau soliter. Menjelajahi segala kemungkinan. Mempertaruhkan segala harapan. Nenek moyang segala manusia adalah petualang handal yang menjadikan lingkungan liar menjadi bagian dari kehidupan. Yang menjadikan ancaman menjadi sumber solusi atas beragam persoalan. Menyisakan sekitar 200.000 serigala liar yang masih berkeliaran di bumi, tetapi ada lebih dari 400 juta anjing peliharaan. Membiarkan dunia mempunyai 40.000 singa tetapi memelihara 600 juta kucing rumahan; menyaksikan 900.000 kerbau liar Afrika tetapi mempunyai 1,5 miliar sapi peliharaan; terdapat 50 juta penguin liar dan 20 miliar ekor ayam. Dan itu adalah setitik kisah perjalanan manusia ketika bersentuhan dengan keberadaan binatang liar. Mengubah liar menjadi jinak. Dan itu membutuhkan keberanian. Sebab seperti kata Paolo Coelho, “Travel is never a matter of money but of courage.”
“Life is either a daring adventure or nothing at all,” kata Helen Keller, seorang perempuan yang buta, tuli dan bisu. Namun kemudian ia tumbuh menjadi penulis, aktifis politik, dosen, advokat bagi disabilitas, dan pembicara yang suaranya didengar dunia. Helen dilahirkan di Tuscumbia, Alabama, Amerika Serikat, pada 27 Juni 1880. Helen menjadi pemenang dari Honorary University Degrees Women’s Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih dua piala Oscar.
Dari sebuah perjalanan kita akan selalu menemukan hal-hal baru. Juga kebingungan dan kejutan-kejutan. Tetapi dari situlah kita akan belajar banyak. Dan memperkaya pengalaman hidup. Dalam sebuah catatan perjalanannya Ibn Battuta, seorang petualang muslim yang menjelajahi dunia pada abad 14, menuliskan: “Traveling – it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.” Perjalalan membuatmu menjadi tukang dongeng yang handal. Berbagi dengan orang lain apa yang dilihat, apa yang dialami, apa yang didengar dan dirasakan—sesuatu yang orang lain mungkin belum pernah mengalaminya.
Tetapi perjalanan juga bisa berarti sesuatu yang ‘brutal.’ “Traveling is a brutality. It forces you to trust strangers and to lose sight of all that familiar comforts of home and friends. You are constantly off balance. Nothing is yours except the essential things. –air, sleep, dreams, the sea, the sky. -all things tending towards the eternal or what we imagine of it.” – Cesare Pavese. Dalam perjalanan kita akan mengalami sejumlah kegalauan. Keterasingan, terkadang. Goncang, terkejut atas sesuatu yang sama sekali tidak diharapkan. Namun jangan cemas. Dalam sebuah perjalanan selalu ada langit yang terbuka. Udara baru. Harapan. Mimpi. Malam dengan semilir angin. Debu-debu atau teriakan-teriakan kehidupan. Jangan menyerah. Tetap bersemangat. Jangan putus asa. Tetap melangkah. Dalam perjalanan akan selalu kita temui orang-orang asing. Bahkan kadang kawan seperjalanan pun bisa menjadi orang asing dalam perjalanan. Namun hanya dengan perjalanan itulah kita akan mengenal seseorang dengan lebih baik. “I have found out that there ain’t no surer way to find out whether you like people or hate them than to travel with them.”- Mark Twain
“The world is a book and those who do not travel read only one page.”-Agustine of Hippo. Hippo tentu sangat imajinatif. Tetapi dunia memang amat luas. Berlembar-lembar halaman serasa tak pernah akan selesai dibaca. Sebab selesai membaca satu halaman, di dalam halaman yang sama akan dijumpai begitu banyak halaman-halaman yang baru. Halaman baru terpampang sebelum kita beranjak pada halaman berikutnya. Itulah dunia.
Karena itu Mark Twain, novelis yang bernama asli Samuel Langhorne Clemens (lahir 30 November 1835 – meninggal 21 April 1910 pada umur 74 tahun), lebih dikenal dengan nama pena-nya Mark Twain, penulis, dan pengajar berkebangsaan Amerika Serikat, menulis mungkin dengan ketus: “Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.” Lakukanlah perjalanan. “A ship in a harbor is safe, but it not what ships are build for.” -John A. Shedd. Jangan hanya tinggal dalam tempurung. Terkungkung gedung-gedung. Terkerangkeng ruang-ruang yang membosankan. Sebab ruang yang diam akan membekukan pikiran. Bahtera yang hanya berlabuh akan kehilangan keberanian untuk menyebrangi lautan. “One’s destination is never a place, but a new way of seeing things.”-Henry Miller. Dalam sebuah perjalanan tujuan bukanlah hal yang penting. Melihat dan mengalami hal baru sepanjang perjalanan itu adalah inti dari sebuah perjalanan. Perjalanan, bukan tempat tujuan, yang membahagiakan. “Remember that happiness is a way of travel – not a destination,” kata Roy M. Goodman, seorang politisi Amerika. Perjalanan itu sendirilah yang lebih bermakna. Bukan ketibaan pada tujuan. “The journey not the arrival matters.” –T.S. Eliot.
#BincangBuku #26 kali mengupas buku yang diterbitkan oleh National Geographic: The World’s Most Beautiful Places: 100 Unforgettable Destinations (2013). Sebuah buku cantik yang biasanya hanya cocok jadi pajangan di meja dengan secangkir dua cangkir kopi (Coffeetable Book). Seperti judulnya, buku ini berisi ulasan singkat 100 daerah paling cantik di bumi (versi NG) yang ada saat ini. Tuhan memang Maha Baik dan Maha Indah. Karena Tuhan menciptakan tempat-tempat yang paling indah itu dengan begitu gembira dan tersenyum. Hanya manusia yang harus mampu merawatnya. “No one realizes how beautiful it is to travel until he comes home and rests his head on his old, familiar pillow.” – Lin Yutang. Keindahan tempat yang kita kunjungi kadang terasa keindahannya pada saat kita telah menjauh darinya dan tiba kembali di rumah.
Mari kita kunjungi beberapa tempat. Karena waktu terbatas, kita tidak bisa menjelajahi semua tempat. Sebelum kita memulai perjalanan. Penting untuk kita ingat bahwa jika kita menyebrang maka diperlukan keberanian untuk meninggalkan sesuatu. Kadang melupakan sesuatu. Sesuatu yang akan kita tinggalkan. “Man cannot discover new oceans unless he has the courage to lose sight of the shore.” – Andre Gide.
Tempat terindah ini dibagi dalam empat kategori: peaks & valleys, rivers & shores, cities & beyond, stark & wild. Tempat-tempat itu menyebar dari Alaska dan Lautan Artik, Lautan Pasifik, Antartika hingga Australia. Masing-masing kategori terdapat 25 tempat terindah. Koleksi tempat-tempat unik dan ikonik ini dalam halaman-halaman buku seolah-olah menepis anggapan bahwa keindahan hanya ada di mata yang melihatnya. Kita mungkin mengalami perasaan yang berbeda kalau kita berdiri di pelataran Grand Canyon, Machu Picchu, atau reruntuhan abadi Roma. Tetapi ada terselip tautan menguntai tempat-tempat itu: sebuah kekuatan yang menginspirasi. Terkadang kita bisa melihat dan mengetahui. Terkadang kita dengan bersahaja mengenali tempat itu — salah satu tempat yang paling indah di Bumi. Foto-foto yang bagus menghiasi lembar demi lembar buku ini. Foto hasil jepretan kelas dunia, awak fotografer National Geography. “We live in a wonderful world that is full of beauty, charm, and adventure. There is no end to the adventures we can have if only we seek them with our eyes open.” – Jawaharial Nehru. Bukalah mata dan pikiran dalam melangkah tiap jengkal perjalanan.
Taman Nasional Saguaro, Arizona Selatan, Amerika Serikat. Matahari terbenam, bayangan memanjang. Di cakrawala Pegunungan Tucson dan Rincon bersinar oranye-merah muda menghampiri senja. Ratusan kaktus Saguaro tak bergeming pada malam yang merambat datang. Kaktus terbesar di Amerika Utara hanya tumbuh secara alami di Gurun Sonora dan dapat mencapai ketinggian 60 kaki dan hidup hingga 150 tahun. Siluet beku langit yang gelap.
“Climb the mountains and get their good tidings. The winds will blow their own freshness into you, and the storms their energy, while cares will drop of like autumn leaves.” John Muir
Chiang Mai, Thailand. Bentang alam Chiang Mai sangat beragam. Daya tarik para wisatawan. Terasering padi yang menari-nari. Teras lereng bukit serupa pahatan batu giok dan zamrud. Padi yang menghampar seperti permadani. Sawah mengisi dataran rendah dan berliku-liku. Merambah di semua sisi adalah hutan rimbun yang lebih gelap dan lebih lebat, penuh dengan sungai yang mengalir lambat dan dibayangi oleh pegunungan seperti Doi Inthanon (8.415 kaki / 2.565 m) dan Doi Chiang Dao (7.136 kaki / 2.175 m), dua dari puncak tertinggi negara itu. Ibu kota wilayah ini, Chiang Mai, memiliki parit kota yang sudah tua, menjadi pesona orang-orang berkunjung ke desa-desa suku terpencil atau sekedar untuk bersepeda, hiking, trekking gajah, mengamati burung, dan perjalanan arung jeram di pedalaman sekitarnya.
Clifs of Moher, County Clare, Irlandia. Benteng batu pasir yang luas. Angin dan gelombang bertubi-tubi menerjang. Tebing-tebing yang tegar. Tegak berdiri. Terkikis pedih. Tebing inilah yang menandai titik di mana Eropa jatuh ke dalam laut. Di luar Clifs of Moher, di sebelah Pantai Barat Irlandia, Lautan Atlantik membentang kosong ke kejauhan pantai Amerika Utara. Tumbuhan dan bunga berpegang erat pada tepian kecil. Sekitar 30.000 burung laut, termasuk aneka koloni burung lainnya yang berputar di atas laut membangun sarang bebatuannya. Tebing itu menjulang mencapai 702 kaki (214 m) pada titik tertinggi. Lebih dari satu juta pengunjung per tahun. Cliff of Moher menjadi atraksi paling populer Irlandia.
Iguaçu Falls, PARANÁ, BRAZIL. “Kasihan Niagara,” seru Ibu Negara Eleanor Roosevelt saat melihat Iguaçu Falls, ketika melihat air terjun yang sangat besar yang terletak pada perbatasan Brasil-Argentina, lebih tinggi dan lebih luas dari Air Terjun Niagara (meskipun Niagara mempunyai aliran air yang lebih besar). Air Terjun Iguaçu terbentuk dari mengalirnya Sungai Iguaçu pada punggungan Dataran Tinggi Paraná. Suara gemuruh memenuhi udara. Airnya menyembur lembut seperti selendang bidadari yang menutupi pandangan mata dan menyelimuti vegetasi. Inilah air terjun tiga negara Brazil, Argentina, dan Paraguay yang berbagi Air Terjun Iguaçu, salah satu air terjun paling spektakuler di dunia.
Sintra, PORTUGAL. Sintra adalah kota perbukitan yang indah dan berhutan. Daun-daun seperti belundru berombak tenang. Ia sejuk di musim panas, ringan dan tenang di musim dingin. Keindahan rahasia yang yang selalu dipamerkan menjadi pemandangan indah sepanjang tahun. Apa yang membedakannya dari sejumlah kota-kota lainnya di Portugal adalah kedekatannya dengan Lisbon, ibu kota negara, hanya 17 mil (28 km) ke tenggara. Tempat ini menjadi wilayah plesiran yang paling disukai raja-raja Portugal— yang dari sekitar abad ke-15 berkembang kemewahan istana dan taman yang mempesona. Raja-raja yang boros dengan membangun istana dengan arsitektur yang sangat eksotis. Di wilayah itu juga terdapat Palácio Nacional da Pena yang fantastis, sebuah istana kerajaan yang sebagian besar dibangun pada abad ke-19, yang mengkombinasikan gaya Gothic, Renaissance, Islam, dan gaya lain yang menjadikannya salah satu arsitektur besar dari era Romantis. Palácio Nacional da Pena, salah satu dari beberapa istana bersejarah di bukit-bukit di sekitar Sintra
“Architecture has recorded the great ideas of the human race. Not only every religious symbol, but every human thought has its page in that vast book.” Victor Hugo
Salar de Uyuni, BOLIVIA. Inilah dataran sumber garam alami terbesar yang terletak pada dataran tinggi di Andes di 11.985 kaki (3.653 m). Dunia monokrom yang membosankan. Dan menakjubkan. Keindahan putih menyilaukan, mengisi cakrawala, barusan relief tajam menghiasi hamparan: danau mineral zamrud dan Vermilion, puncak piramida gunung berapi yang luas, dan pada setiap November, warna merah muda dari ribuan flamingo yang datang ke Salar de Uyuni untuk berkembang biak. Betapa luar biasa keindahan wilayah ini dari kerataannya—variasi ketinggian hanya 1,2 kaki (1,2 m) melintasi sekitar 4.500 mil persegi (12.000 km persegi). Di sekitar itu juga kita bisa menatap lautan putih dari Isla de los Pescados, atau Isla Incawasi, salah satu “pulau” di Salar, sebagian besar yang tersusun dari zat yang menyerupai fosil. Hamparan kaktus yang tumbuh lambat hingga berusia 1.000 tahun. Garam datar Salar de Uyuni berevolusi dari danau zaman prasejarah dan menjulang duduk manis tinggi di Andes.
Demikianlah keindahan dan kecantikan bumi tempat kita berjalan, berbaring dan mimpi. Kita telah menyaksikan secuil keindahan. Akan kita lihat lebih banyak daripada yang akan kita ingat. Akan kita ingat lebih banyak daripada yang akan kita lihat. “Like all great travelers, kata Benjamin Disraeli pada suatu waktu, “I have seen more than I remember, and remember more than I have seen.” Setiap pejalan, setiap pengembara akan mencatat kisahnya masing-masing. Kisah yang selalu berbeda. “Do not follow where the path may lead. Go instead where there is no path and leave a trail” -Ralph Waldo Emerson.
Kemanapun kita pergi. Jalan manapun yang kita tempuh, pada akhirnya akan kembali. Tidak ada tempat yang terindah dan terbaik selain rumah sendiri. Kemudian kita akan melakukan perjalanan kembali. Pada rute baru, perjalanan baru. “Our battered suitcases were piled on the sidewalk again; we had longer ways to go. But no matter, the road is life.” -Jack Kerouac. “Live life with no excuses, travel with no regret,” tulis penyair, Oscar Wilde.