Sustainability 17A #53
–bagian 2 dari 5–
Dwi R. Muhtaman,
sustainability partner
Shaming dan Boikot
Kampanye “shaming” atau mempermalukan secara publik telah digunakan sebagai strategi untuk menekan perusahaan yang terlibat atau mendukung tindakan Israel terhadap Palestina. Salah satu gerakan global yang terkenal adalah Boycott, Divestment, and Sanctions (BDS), yang mengajak individu, organisasi, dan negara untuk memboikot produk dan layanan dari perusahaan yang dianggap mendukung atau berafiliasi dengan Israel. Tujuan utama gerakan ini adalah untuk mengekspresikan solidaritas terhadap perjuangan Palestina dan menekan Israel agar menghentikan pendudukannya di wilayah Palestina.
Di Indonesia, aksi boikot terhadap produk-produk yang diduga berafiliasi dengan Israel telah menyebar luas di media sosial sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina. Kampanye ini sering kali menggunakan strategi “naming and shaming” untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi. Misalnya, seruan untuk memboikot waralaba seperti Starbucks dan McDonald’s karena dianggap mendukung Israel.
Efektivitas kampanye “shaming” ini bervariasi. Beberapa perusahaan mungkin merespons dengan mengubah kebijakan atau praktik bisnis mereka, sementara yang lain mungkin tidak terpengaruh. Selain itu, kampanye semacam ini dapat memicu perdebatan dan konflik di antara kelompok-kelompok yang berbeda pandangan mengenai isu tersebut. Secara keseluruhan, kampanye “shaming” tetap menjadi alat yang digunakan oleh berbagai kelompok untuk menekan perusahaan agar bertindak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia, khususnya dalam konteks konflik Israel-Palestina.
Keteguhan, konsistensi dan kejujuran korporasi akan diuji ketika ia menghadapi situasi krisis. Situasi krisis itulah yang akan memandu posisi korporasi berdiri: apakah pada jalan sejarah yang benar sesuai nilai-nilai yang dianut seperti dikampanyekan ke khalayak dan konsumen atau ingkar dan menjadi pembohong, menjadi penipu.
Situasi krisis paling nyata yang disaksikan dunia pada abad 21 ini adalah pembantaian rakyat Palestina oleh Zionis Israel dan sekutu-sekutunya. Pembunuhan, pengusiran, ethnic cleansing dan genosida yang berlangsung hampir satu abad. Jauh sebelum 7 Oktober 202 1. Inilah kertas litmus keberpihakan yang nyata bagi banyak korporasi global.
Banyak perusahaan global dan merek terkenal menerbitkan laporan tahunan, laporan keberlanjutan, atau laporan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang memproklamasikan komitmen mereka terhadap lingkungan, hak asasi manusia, pekerja, masyarakat, anak-anak, dan perempuan. Namun, ada kontradiksi mencolok ketika perusahaan-perusahaan ini mendukung atau tidak secara tegas mengutuk pelanggaran berat hak asasi manusia dan lingkungan, seperti yang terlihat dalam konflik Israel-Palestina. Dalam konteks ini, laporan yang indah dan tampak bertanggung jawab dapat digunakan sebagai alat untuk menutupi praktik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diiklankan, sebuah fenomena yang dikenal sebagai greenwashing dan human rights washing. Gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) telah menjadi salah satu aktor kunci dalam mengungkap keterlibatan perusahaan global dalam mendukung pendudukan Israel. Dengan mendokumentasikan hubungan antara perusahaan-perusahaan ini dan pelanggaran hak asasi manusia di Palestina, BDS memberikan konteks kritis yang menunjukkan bagaimana laporan keberlanjutan dan CSR sering digunakan sebagai alat manipulasi 2.
Greenwashing, Human Rights Washing, dan Kontradiksi Korporasi Global
Dalam beberapa dekade terakhir, perusahaan multinasional semakin gencar mempromosikan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial mereka melalui laporan Corporate Social Responsibility (CSR) serta Environmental, Social, and Governance (ESG). Laporan-laporan ini menampilkan komitmen mereka dalam melindungi lingkungan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta berkontribusi terhadap masyarakat. Sejumlah laporan itu juga telah menjadi alat komunikasi utama bagi perusahaan global. Namun, realitas di lapangan sering kali menunjukkan kontradiksi yang mencolok.
Banyak perusahaan yang mendeklarasikan kepedulian terhadap keberlanjutan, tetapi secara tidak langsung mendukung tindakan yang justru bertentangan dengan nilai-nilai tersebut, terutama dalam konteks konflik geopolitik seperti pendudukan dan pelanggaran hak asasi manusia di Palestina.
Sejumlah perusahaan besar telah dikritik karena praktik greenwashing dan human rights washing, di mana mereka menciptakan citra positif melalui laporan keberlanjutan, sementara pada saat yang sama terlibat dalam aktivitas yang merusak lingkungan dan mendukung rezim penindas. Hewlett-Packard (HP) dan Motorola Solutions, misalnya, mengklaim memiliki kebijakan keberlanjutan yang kuat, termasuk pengurangan emisi karbon dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Namun, menurut laporan dari Gerakan BDS, kedua perusahaan ini berkontribusi pada sistem pengawasan Israel terhadap warga Palestina. HP disebut terlibat dalam pemeliharaan sistem biometrik di pos pemeriksaan Israel, sementara Motorola Solutions memasok peralatan komunikasi dan pengawasan bagi pasukan Israel.
Kontradiksi serupa juga ditemukan pada Puma dan AXA Group. Puma memposisikan diri sebagai pemimpin keberlanjutan dalam industri fesyen, dengan menekankan pentingnya hak tenaga kerja dan pengurangan dampak lingkungan. Namun, Puma adalah sponsor resmi Asosiasi Sepak Bola Israel, yang mencakup tim-tim berbasis di permukiman ilegal Israel. Sementara itu, AXA, yang mengklaim sebagai pemimpin investasi berkelanjutan, diketahui berinvestasi dalam bank dan perusahaan Israel yang terlibat dalam ekspansi permukiman ilegal serta industri persenjataan. Hal ini bertolak belakang dengan komitmen mereka terhadap hak asasi manusia dan investasi etis.
Fenomena ini mengungkap bagaimana korporasi global sering kali menggunakan keberlanjutan sebagai kedok untuk mempertahankan citra positif, sementara di balik layar mereka tetap terlibat dalam praktik yang merugikan kelompok rentan. Dengan membiayai atau berkolaborasi dengan entitas yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, perusahaan-perusahaan ini membuktikan bahwa banyak laporan keberlanjutan hanyalah strategi pemasaran, bukan refleksi dari tanggung jawab moral yang sejati.
Untuk menghentikan praktik semacam ini, perusahaan harus melakukan audit menyeluruh terhadap rantai pasok dan kemitraan mereka guna memastikan bahwa investasi mereka tidak berkontribusi terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Transparansi dalam pelaporan juga harus ditingkatkan agar publik dapat melihat secara jelas sejauh mana komitmen keberlanjutan benar-benar diterapkan. Selain itu, perusahaan perlu mengadopsi kerangka kerja etis yang lebih ketat dan melepaskan diri dari aktivitas yang mendukung rezim penindas.
Ketimpangan antara narasi keberlanjutan dan kenyataan di lapangan ini menyoroti perlunya pengawasan yang lebih ketat dari masyarakat sipil dan gerakan sosial seperti BDS. Dengan meningkatkan tekanan terhadap korporasi yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia, publik dapat memaksa perusahaan untuk benar-benar menyesuaikan tindakan mereka dengan nilai-nilai yang mereka deklarasikan. Jika perusahaan global ingin menjaga kredibilitas mereka dalam hal keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, mereka harus memastikan bahwa praktik bisnis mereka selaras dengan janji-janji yang mereka buat kepada dunia.
Mari kita meninjau sejumlah perusahaan multinasional yang dipuji karena upaya keberlanjutan dan CSR mereka, tetapi pada saat yang sama diduga mendukung tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mereka deklarasikan.
1. Keberlanjutan dan CSR sebagai Kedok Korporasi
Banyak merek global dari berbagai industri, termasuk teknologi, fesyen, dan keuangan, mempublikasikan laporan keberlanjutan dan CSR yang tampak luar biasa. Laporan-laporan ini sering menyoroti inisiatif mereka dalam mengatasi perubahan iklim, mendukung komunitas yang terpinggirkan, dan memastikan praktik ketenagakerjaan yang adil. Namun, keselarasan antara nilai-nilai yang mereka deklarasikan dengan tindakan mereka patut dipertanyakan ketika dikaji dalam konteks afiliasi politik dan ekonomi mereka.
Unilever adalah perusahaan multinasional yang bergerak di sektor kebutuhan konsumen (consumer goods). Core business (bisnis inti) Unilever terbagi ke dalam tiga kategori utama:
Makanan & Minuman (Foods & Refreshment) dengan merek terkenal: Wall’s, Ben & Jerry’s, Lipton, Knorr, Hellmann’s, Magnum; Perawatan Rumah Tangga (Home Care) dengan merek terkenal: Rinso, Sunlight, Domestos, Cif, Comfort; Perawatan Pribadi & Kesehatan (Beauty & Personal Care) dengan merek terkenal: Dove, Lifebuoy, Sunsilk, Lux, Rexona, Pepsodent, Vaseline, Axe 3. Unilever beroperasi di lebih dari 190 negara dan dikenal dengan pendekatan sustainability melalui program seperti Unilever Sustainable Living Plan yang berfokus pada pengurangan dampak lingkungan dan peningkatan kesejahteraan sosial.
Laporan Keberlanjutan Unilever sering dipuji atas inisiatif lingkungan dan sosialnya. Unilever dikenal dengan inisiatif lingkungan dan sosialnya yang progresif. Mereka berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon, mendukung hak-hak pekerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai negara operasinya. Laporan keberlanjutan mereka menekankan pentingnya praktik bisnis yang etis dan bertanggung jawab. Mereka mengklaim berkomitmen terhadap pengurangan jejak karbon dan mendukung hak-hak pekerja. BDS Movement menyoroti bahwa produk Unilever dijual di wilayah pendudukan, yang secara tidak langsung mendukung pendudukan Israel atas Palestina 4.
Unilever, sebagai perusahaan multinasional dengan komitmen terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, telah menghadapi tantangan terkait operasinya di Israel dan wilayah pendudukan Palestina. Berikut adalah penjelasan mengenai laporan keberlanjutan Unilever, keterkaitannya dengan konflik Israel-Palestina, serta dampak finansial yang ditimbulkan.
Pada Juli 2021, anak perusahaan Unilever, Ben & Jerry’s, mengumumkan rencana untuk menghentikan penjualan produknya di wilayah pendudukan Palestina, dengan alasan bahwa penjualan di wilayah tersebut tidak sejalan dengan nilai-nilai perusahaan. Keputusan ini menimbulkan kontroversi dan reaksi beragam dari berbagai pihak. Pada Juni 2022, Unilever menjual bisnis Ben & Jerry’s di Israel kepada American Quality Products, pemegang lisensi lokal, memungkinkan produk Ben & Jerry’s tetap dijual di Israel dan wilayah pendudukan. Langkah ini diambil setelah adanya tekanan dari berbagai pemangku kepentingan dan untuk menghindari dampak negatif lebih lanjut.
Keputusan terkait operasi di wilayah pendudukan Palestina dan reaksi terhadap gerakan BDS telah mempengaruhi Unilever secara finansial:
- Penurunan Penjualan di Asia Tenggara: Unilever mengalami penurunan penjualan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, akibat boikot konsumen yang menentang afiliasi perusahaan dengan Israel.
- Dampak pada Saham: Kontroversi ini juga mempengaruhi pergerakan saham Unilever di berbagai pasar, termasuk di Indonesia, di mana saham perusahaan mengalami fluktuasi akibat sentimen negatif dari konsumen.
- Gugatan Pemegang Saham: Unilever menghadapi gugatan dari pemegang saham di Amerika Serikat yang mengklaim bahwa keputusan Ben & Jerry’s untuk menghentikan penjualan di wilayah pendudukan Palestina telah menyebabkan penurunan nilai saham dan merugikan investor.
Selain melalui Ben & Jerry’s, Unilever memiliki operasi lain di Israel. Namun, informasi spesifik mengenai nilai penjualan dan keuntungan yang diperoleh dari wilayah pendudukan tidak dipublikasikan secara terbuka. Demikian pula, detail mengenai investasi langsung Unilever di wilayah pendudukan Palestina tidak tersedia dalam sumber yang ada.
Meskipun Unilever berkomitmen terhadap nilai-nilai keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, keterlibatan mereka dalam isu kompleks seperti konflik Israel-Palestina telah menimbulkan tantangan signifikan. Dampak finansial yang dialami perusahaan, termasuk penurunan penjualan dan fluktuasi saham, menunjukkan pentingnya konsistensi antara nilai perusahaan dan praktik operasionalnya di berbagai wilayah.
Caterpillar Inc. adalah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat yang bergerak di bidang manufaktur peralatan berat, mesin, dan energi. Core business (bisnis inti) Caterpillar meliputi: Mesin dan Peralatan Berat, Mesin Diesel dan Gas Alam, Pembangkit Listrik dan Energi, Layanan Keuangan. Caterpillar Inc. beroperasi di lebih dari 190 negara dan terkenal dengan merek CAT, yang menjadi simbol kekuatan dan ketahanan dalam industri alat berat 5.
Laporan Keberlanjutan Caterpillar menyoroti investasi mereka dalam teknologi ramah lingkungan dan tanggung jawab sosial. Caterpillar telah dikritik karena menjual buldoser yang digunakan oleh militer Israel untuk menghancurkan rumah-rumah warga Palestina, tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia.
Hewlett-Packard (HP Inc.) adalah perusahaan teknologi yang core business-nya berfokus pada perangkat keras (hardware) dan layanan terkait teknologi informasi (IT services). Setelah pemisahan dari Hewlett Packard Enterprise (HPE) pada tahun 2015, HP Inc. lebih spesifik bergerak dalam bidang berikut: Komputer & Perangkat Personal (Personal Systems); Printer & Peralatan Cetak (Printing Solutions); Layanan & Solusi Teknologi (Managed Services & Digital Solutions). HP Inc. terus berkembang dalam inovasi teknologi, terutama dalam bidang AI-powered computing, sustainability, dan keamanan siber di perangkat mereka 6.
Laporan Keberlanjutan HP mengklaim mendukung hak-hak digital dan lingkungan. Kaitan dengan Konflik: Menurut BDS Movement, HP menyediakan teknologi untuk pos pemeriksaan dan database biometrik Israel yang digunakan untuk mengawasi warga Palestina 7.
Puma SE adalah perusahaan multinasional asal Jerman yang core business-nya berfokus pada desain, pengembangan, produksi, dan penjualan pakaian olahraga, alas kaki (footwear), dan aksesori olahraga & gaya hidup. Core Business Puma: Alas Kaki (Footweare); Pakaian (Apparel); Aksesori (Accessories) 8.
Strategi Bisnis & Pasar Puma
- Kolaborasi dengan Atlet & Klub Olahraga: Sponsor tim sepak bola seperti Manchester City, AC Milan, Borussia Dortmund, dan atlet seperti Neymar Jr.
- Fashion & Lifestyle: Kolaborasi dengan desainer dan selebriti seperti Rihanna (Fenty Puma), Dua Lipa, dan Cara Delevingne.
- Inovasi Teknologi: Mengembangkan material sepatu dan pakaian berbasis sustainability, seperti teknologi Nitro Foam untuk sepatu lari.
Puma bersaing dengan Nike dan Adidas sebagai salah satu merek olahraga terkemuka di dunia, dengan kombinasi antara performa olahraga dan gaya hidup modern. Laporan Keberlanjutan Puma mempromosikan program keberlanjutan dan kemitraan dengan inisiatif olahraga masyarakat. Puma adalah sponsor utama Asosiasi Sepak Bola Israel, yang mencakup tim-tim di pemukiman ilegal di wilayah pendudukan.
Bersambung pada bagian 3 dari 5 bagian.
1 Baca misalnya buku Khalidi, R. (2020). The hundred years’ war on Palestine. Henry Holt and Co.
Buku The Hundred Years’ War on Palestine oleh Rashid Khalidi memberikan analisis sejarah konflik Palestina-Israel dengan menyoroti bagaimana Palestina telah menjadi korban kolonialisme selama satu abad. Sebagai sejarawan Palestina-Amerika, Khalidi menggabungkan riset akademik dengan pengalaman keluarganya yang selama beberapa generasi terlibat langsung dalam perjuangan Palestina. Khalidi berargumen bahwa konflik Palestina bukan hanya perang antara Israel dan Palestina, tetapi merupakan bagian dari proyek kolonialisme yang melibatkan kekuatan global seperti Inggris dan Amerika Serikat. Ia membagi buku ini ke dalam enam bab utama, yang masing-masing membahas periode krusial dalam sejarah Palestina sejak awal abad ke-20. Khalidi menyebut konflik ini sebagai “perang 100 tahun” karena ia melihatnya sebagai serangkaian serangan terorganisir terhadap hak-hak dan keberadaan rakyat Palestina, dimulai sejak era Mandat Inggris hingga kebijakan modern Israel yang terus memperluas pemukiman ilegal.
Poin-Poin Utama
1. Mandat Inggris & Fondasi Zionisme (1917-1948)
– Deklarasi Balfour (1917) menjanjikan tanah Palestina kepada Zionis tanpa mempertimbangkan penduduk asli.
– Inggris berperan dalam memfasilitasi imigrasi Yahudi massal, menggeser keseimbangan demografi.
2. Nakba (1948) & Pendirian Israel
– Pembersihan etnis terhadap lebih dari 750.000 warga Palestina dalam Perang 1948.
– Kehancuran ratusan desa Palestina untuk memberi jalan bagi negara Israel.
3. Pendudukan & Perlawanan (1967 – Sekarang)
– Perang 1967 (Perang Enam Hari) menandai pendudukan Israel atas Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.
– Israel semakin mendapat dukungan dari AS dalam bentuk bantuan militer, ekonomi, dan politik.
– Perjanjian Oslo (199) yang gagal mengakhiri pendudukan justru memperkuat kontrol Israel.
Khalidi menyoroti bagaimana media dan narasi dominan di Barat menggambarkan konflik ini sebagai perang antara dua pihak yang setara. Ia menegaskan bahwa Palestina adalah pihak yang dijajah dan mengalami ketidakadilan sistemik. Buku ini memberikan perspektif mendalam tentang bagaimana Palestina selama 100 tahun menghadapi kolonialisme, pembersihan etnis, dan pendudukan. Khalidi menyerukan perlunya keadilan historis, penghentian pendudukan Israel, dan hak-hak penuh bagi rakyat Palestina sebagai solusi menuju perdamaian sejati.
2 Referensi bisa diperiksa pada masing-masing: 1. Situs resmi BDS Movement (bdsmovement.net). 2. Laporan tahunan dan keberlanjutan perusahaan seperti Unilever, HP, Caterpillar, dan Puma. . Artikel jurnal atau laporan independen dari lembaga seperti Human Rights Watch dan Amnesty International.
3 https://www.unilever.com. Unilever adalah perusahaan multinasional yang bergerak di sektor kebutuhan konsumen (consumer goods). Core business (bisnis inti) Unilever terbagi ke dalam tiga kategori utama:
1. Makanan & Minuman (Foods & Refreshment)
- Produksi dan distribusi produk makanan dan minuman, termasuk es krim, teh, mayones, saus, dan makanan instan.
- Merek terkenal: Wall’s, Ben & Jerry’s, Lipton, Knorr, Hellmann’s, Magnum.
2. Perawatan Rumah Tangga (Home Care)
- Produk kebersihan rumah tangga seperti deterjen, pembersih lantai, dan pelembut pakaian.
- Merek terkenal: Rinso, Sunlight, Domestos, Cif, Comfort.
3. Perawatan Pribadi & Kesehatan (Beauty & Personal Care)
- Produk perawatan tubuh, rambut, kulit, serta kosmetik dan deodoran.
- Merek terkenal: Dove, Lifebuoy, Sunsilk, Lux, Rexona, Pepsodent, Vaseline, Axe.
4 https://en.wikipedia.org/wiki/Unilever?utm_source=chatgpt.com
https://www.voaindonesia.com/a/unilever-jual-bisnis-ben-jerry-di-israel-kepada-investor-lokal/668764.html?utm_source=chatgpt.com
https://www.tempo.co/internasional/penjualan-unilever-di-indonesia-terpukul-karena-boikot-anti-israel-8916?utm_source=chatgpt.com https://ekonomi.republika.co.id/berita/rdktra49/pemilik-saham-gugat-unilever-atas-boikot-ben-jerrys-pada-israel?utm_source=chatgpt.com
https://internasional.kontan.co.id/news/unilever-hadapi-tantangan-berat-di-indonesia-akibat-boikot-persaingan-merek-lokal?page=all
5 https://www.caterpillar.com. Core business (bisnis inti) Caterpillar meliputi:
1. Mesin dan Peralatan Berat (Construction & Mining Equipment)
- Caterpillar adalah salah satu produsen alat berat terbesar di dunia, terutama untuk industri konstruksi, pertambangan, kehutanan, dan infrastruktur.
- Produk utama: ekskavator, bulldozer, wheel loader, motor grader, dump truck, dan mesin pengeboran.
2. Mesin Diesel dan Gas Alam (Engines & Power Systems)
- Caterpillar memproduksi mesin diesel dan gas alam untuk berbagai sektor, termasuk pertanian, industri, transportasi laut, dan pembangkit listrik.
- Merek terkenal: CAT Engines dan Perkins Engines.
3. Pembangkit Listrik dan Energi (Power Generation & Industrial Applications)
- Produksi genset berbahan bakar diesel dan gas alam untuk keperluan industri, rumah sakit, pusat data, dan tambang.
- Solusi energi terbarukan seperti microgrid dan baterai penyimpanan energi.
4. Layanan Keuangan (Caterpillar Financial Services)
- Memberikan pembiayaan dan leasing untuk pelanggan yang ingin membeli peralatan Caterpillar.
- Mencakup pinjaman, asuransi, dan manajemen risiko bagi pelanggan industri konstruksi dan pertambangan.
6 https://www.hp.com/id-id/home.html. Hewlett-Packard (HP Inc.) adalah perusahaan teknologi yang core business-nya berfokus pada perangkat keras (hardware) dan layanan terkait teknologi informasi (IT services). Setelah pemisahan dari Hewlett Packard Enterprise (HPE) pada tahun 2015, HP Inc. lebih spesifik bergerak dalam bidang berikut:
1. Komputer & Perangkat Personal (Personal Systems)
- Produksi dan penjualan laptop, desktop, workstation, monitor, tablet, dan aksesori komputer.
- Merek terkenal: HP Pavilion, HP Spectre, HP EliteBook, HP Omen, HP ZBook.
2. Printer & Peralatan Cetak (Printing Solutions)
- Produksi dan penjualan printer inkjet, laser, dan printer komersial.
- Produk tinta dan toner, serta layanan cetak bisnis.
- Merek terkenal: HP DeskJet, HP LaserJet, HP OfficeJet, HP Envy, HP PageWide.
3. Layanan & Solusi Teknologi (Managed Services & Digital Solutions)
- Managed Print Services (MPS): solusi cetak berbasis cloud untuk perusahaan.
- HP Instant Ink: layanan berlangganan tinta otomatis.
- D Printing: solusi cetak D untuk industri manufaktur dan medis.
HP Inc. terus berkembang dalam inovasi teknologi, terutama dalam bidang AI-powered computing, sustainability, dan keamanan siber di perangkat mereka.
7 – Laporan dan publikasi Gerakan BDS, bdsmovement.net
– Laporan Keberlanjutan dan CSR Korporasi (HP, Puma, AXA).
– Laporan PBB tentang Permukiman Israel dan Hak Asasi Manusia di Palestina.
– Laporan dari Human Rights Watch dan Amnesty International tentang Keterlibatan Korporasi dalam Pendudukan.
8 https://us.puma.com/us/en. Puma SE adalah perusahaan multinasional asal Jerman yang core business-nya berfokus pada desain, pengembangan, produksi, dan penjualan pakaian olahraga, alas kaki (footwear), dan aksesori olahraga & gaya hidup.
Core Business Puma
- Alas Kaki (Footwear)
- Produk utama: sepatu olahraga, sneakers, dan sepatu kasual.
- Kategori: lari, sepak bola, basket, golf, motorsport, dan gaya hidup.
- Contoh produk: Puma Suede, RS-X, Future Z (sepak bola), Deviate Nitro (lari).
- Pakaian (Apparel)
- Produk: kaos, jaket, celana olahraga, hoodie, jersey tim sepak bola.
- Kolaborasi dengan tim olahraga dan selebriti.
- Aksesori (Accessories)
- Tas olahraga, topi, kaus kaki, sarung tangan, dan smartwatch.
Strategi Bisnis & Pasar Puma
- Kolaborasi dengan Atlet & Klub Olahraga: Sponsor tim sepak bola seperti Manchester City, AC Milan, Borussia Dortmund, dan atlet seperti Neymar Jr.
- Fashion & Lifestyle: Kolaborasi dengan desainer dan selebriti seperti Rihanna (Fenty Puma), Dua Lipa, dan Cara Delevingne.
- Inovasi Teknologi: Mengembangkan material sepatu dan pakaian berbasis sustainability, seperti teknologi Nitro Foam untuk sepatu lari.
Puma bersaing dengan Nike dan Adidas sebagai salah satu merek olahraga terkemuka di dunia, dengan kombinasi antara performa olahraga dan gaya hidup modern.