Rubarubu #27
Mapping Innovation:
Membuka Jalan Kemajuan
Kisah Nyata yang Menggugah
Pada tahun 2012, sebuah perusahaan teknologi terkemuka di Silicon Valley menyadari sesuatu yang menakutkan: pasar tempat mereka menjadi raja selama satu dekade tiba-tiba berubah. Platform mobile dan komputasi awan menggeser paradigma komputasi personal. Mereka memiliki tim R&D yang brilian, dana yang hampir tak terbatas, dan budaya inovasi yang legendaris. Namun, mereka seperti memiliki kunci yang tepat tetapi tidak tahu pintu mana yang harus dibuka. Mereka mencoba segala jenis inovasi—dari perbaikan inkremental hingga proyek “moonshot“—tetapi banyak yang gagal karena tidak selaras dengan lanskap kompetitif yang baru. Mereka terjebak dalam “kekacauan inovasi”.
Kisah ini, yang diadaptasi dari pengalaman nyata banyak perusahaan, menggambarkan dilema utama di era disruptif: Bukan kurangnya inovasi, tetapi kurangnya arah yang jelas. Inilah masalah yang dipecahkan oleh Greg Satell dalam Mapping Innovation: A Playbook for Navigating a Disruptive Age (2017). Buku ini berargumen bahwa sebelum kita bisa berinovasi dengan efektif, kita harus terlebih dahulu memetakan medan tempurnya. Sebagaimana dikatakan Satell, “Inovasi yang sukses bukanlah tentang menjadi lebih kreatif. Ini tentang memilih masalah yang tepat untuk dipecahkan… Inovasi, pada intinya, adalah tentang memecahkan masalah.” [1, p. 5].
Bagian pembuka buku ini (How Innovation Really Happens) berfungsi sebagai koreksi fundamental terhadap mitos-mitos populer tentang inovasi. Satell membongkar narasi “jenius penyendiri” dan “momen eureka” dengan menunjukkan bahwa inovasi sejati hampir selalu merupakan proses kumulatif dan kolaboratif. Inovasi tidak muncul dari kehampaan; ia dibangun di atas fondasi pengetahuan yang sudah ada dan berkembang melalui jaringan yang saling terhubung.
Poin-Poin Kunci:
- Inovasi adalah proses evolusioner, bukan revolusioner. Setiap terobosan besar didahului oleh serangkaian penemuan kecil yang saling terkait.
- Jaringan inovasi lebih penting daripada individu yang brilian. Kemajuan terjadi ketika ide-ide bertemu dan bersilangan.
- Inovasi membutuhkan keragaman perspektif dan kombinasi disiplin ilmu yang berbeda.
Kutipan Kunci: “Inovasi tidak pernah merupakan peristiwa tunggal. Ia selalu merupakan proses yang melibatkan banyak orang, ide, dan disiplin ilmu.” [1, p. 23]
Satell juga membahas transisi dari model inovasi tertutup (closed innovation) menuju paradigma inovasi terbuka (open innovation) yang menjadi ciri era modern (Bab 5: Opening Up Innovation). Satell menunjukkan bahwa dalam dunia yang semakin terhubung, tidak ada organisasi yang memiliki monopoli keahlian atau kreativitas.
Tiga Pilar Inovasi Terbuka:
- Kolaborasi Eksternal: Kemitraan strategis dengan universitas, startup, pesaing, dan bahkan pelanggan untuk mengakses pengetahuan dan kemampuan yang tidak dimiliki internal.
- Platform Terbuka: Menciptakan ekosistem di mana pihak eksternal dapat membangun inovasi di atas teknologi atau platform inti perusahaan.
- Crowdsourcing: Memanfaatkan kebijaksanaan kerumunan untuk memecahkan masalah kompleks dan menghasilkan ide-ide baru.
Contoh Nyata: Satell menggambarkan bagaimana perusahaan seperti Procter & Gamble dengan program “Connect + Develop“-nya berhasil meningkatkan signifikan hasil inovasi mereka dengan secara aktif mencari solusi dari luar. “Inovasi terbuka mengakui bahwa pengetahuan dan keahlian tersebar luas… Tantangannya adalah belajar bagaimana memanfaatkannya.” [1, p. 89]
Esensi Mapping Innovation
a. Paradigma Baru: Peta Inovasi dan Matriks Inovasi
Inti dari buku ini adalah sebuah kerangka kerja sederhana namun powerful yang disebut Matriks Inovasi (The Innovation Matrix). Matriks ini membantu organisasi mendiagnosis jenis tantangan yang mereka hadapi dan memilih strategi inovasi yang tepat. Matriks ini dibangun di atas dua sumbu:
- Seberapa Jelas Masalahnya? (How well is the problem defined?)
- Seberapa Jelas Domain Pemecahannya? (How well is the domain defined?)
Dari dua pertanyaan ini, muncul empat kuadran yang memetakan empat jenis situasi inovasi yang fundamentally berbeda.
b. Empat Model Inovasi Utama
- Inovasi Rutin (Routine Innovation):
- Situasi: Masalah dan domain solusinya jelas dan dipahami dengan baik.
- Strategi: Memperbarui dan meningkatkan produk, layanan, dan proses yang sudah ada. Berfokus pada efisiensi, optimasi, dan ekstensi lini produk.Contoh: Apple merilis iPhone baru dengan kamera yang ditingkatkan. Samsung membuat TV dengan resolusi lebih tinggi.
- Kutipan Kunci: “Inovasi Rutin adalah tentang mengeksekusi dengan keunggulan terhadap model bisnis yang sudah ada.” [1, p. 27].
- Inovasi Disrupsi (Disruptive Innovation):
- Situasi: Masalahnya dipahami dengan baik, tetapi domain solusinya tidak jelas.
- Strategi: Menciptakan model bisnis baru yang pada awalnya lebih sederhana dan lebih murah, yang akhirnya mengganggu pasar yang ada dari bawah.Contoh: Netflix mengganggu Blockbuster dengan model berlangganan DVD-by-mail, lalu mengganggu dirinya sendiri dengan streaming. Uber mengganggu taksi dengan model platform.
- Kutipan Kunci: “Inovasi disruptif tidak tentang melakukan sesuatu yang lebih baik, tetapi tentang melakukan sesuatu yang berbeda.” [1, p. 45].
- Inovasi Berkelanjutan (Sustaining Innovation):
- Situasi: Domain keahlian atau teknologinya jelas, tetapi masalah yang harus dipecahkan tidak jelas.
- Strategi: Menggunakan keahlian inti yang ada untuk memecahkan masalah baru yang kompleks. Seringkali melibatkan penelitian dan pengembangan yang mendalam.Contoh: NASA menggunakan keahliannya dalam aerospace untuk mengembangkan teknologi pemurnian air. IBM menggunakan keahlian komputernya untuk membangun Watson yang memecahkan masalah di bidang kesehatan dan keuangan.
- Kutipan Kunci: “Inovasi Berkelanjutan adalah tentang membawa kemampuan yang mendalam untuk memecahkan masalah yang sama sekali baru.” [1, p. 65].
- Inovasi Radikal (Radical Innovation):
- Situasi: Baik masalah maupun domain solusinya tidak jelas. Ini adalah wilayah yang paling tidak pasti.
- Strategi: Membutuhkan penemuan yang benar-benar baru. Seringkali dimulai dengan penelitian dasar dan eksperimen yang terbuka. Bergantung pada kolaborasi antar disiplin yang luas.Contoh: Pengembangan internet awal (DARPA), penemuan crispr-Cas9 untuk pengeditan gen, pengembangan awal teknologi sel surya.
- Kutipan Kunci: “Inovasi Radikal tidak pernah terjadi dalam sekali hentakan. Itu selalu merupakan proses kumulatif dari penemuan-penemuan kecil yang akhirnya mencapai titik kritis.” [1, p. 85].
c. Kompetensi Kunci: Kolaborasi, Absorpsi, dan Discovery
Untuk mengeksekusi keempat model inovasi ini, organisasi perlu menguasai tiga kompetensi inti:
- Kolaborasi (Collaboration): Kemampuan untuk bekerja melintasi batas-batas untuk menggabungkan pengetahuan dan keahlian yang berbeda.
- Kapasitas Absorpsi (Absorptive Capacity): Kemampuan untuk mengidentifikasi, mengasimilasi, dan menerapkan pengetahuan eksternal yang berharga.
- Penemuan (Discovery): Kemampuan untuk mengelola ketidakpastian dan mengeksplorasi wilayah yang sama sekali baru melalui eksperimen dan pembelajaran.
d. Proses Sistematis: Dari Pemetaan hingga Eksekusi
Satell menawarkan proses lima langkah untuk menerapkan kerangka ini:
- Assess: Pilih masalah yang penting untuk dipecahkan.
- Map: Gunakan Matriks Inovasi untuk mengkategorikan masalah.
- Plan: Pilih strategi dan model inovasi yang sesuai.
- Execute: Jalankan strategi dengan menggunakan kompetensi yang tepat (kolaborasi, dll).
- Apply: Terapkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan inovasi di masa depan.
Bagian Paling Relevan untuk Masa Kini dan Masa Depan
a. Strategi Inovasi untuk Ketahanan di Masa Krisis
Di dunia pasca-pandemi yang penuh gejolak, kemampuan untuk dengan cepat “memetakan” situasi baru menjadi sangat penting. Sebuah perusahaan yang menghadapi guncangan rantai pasok tidak bisa hanya mengandalkan Inovasi Rutin. Mereka mungkin perlu Inovasi Disrupsi (mencari model logistik baru) atau Inovasi Berkelanjutan (menggunakan keahlian logistiknya untuk membantu industri lain). Matriks Satell memberikan kejelasan strategis di tengah kekacauan.
b. Inovasi Terbuka dan Ekosistem Kolaboratif
Buku ini sangat menekankan bahwa tidak ada organisasi yang bisa berinovasi sendirian, terutama untuk Inovasi Radikal dan Berkelanjutan. Masa depan inovasi terletak pada jaringan dan ekosistem. Ini sangat relevan dengan munculnya kolaborasi B2B, kemitraan antara startup dan korporasi, dan konsorsium riset global untuk mengatasi tantangan seperti perubahan iklim dan kesehatan masyarakat. Filsuf Afrika Selatan, Desmond Tutu, pernah berkata: “Sendiri, kita hanya setetes air. Bersama-sama, kita adalah lautan.” [2].
Pendekatan pemetaan Satell membutuhkan mentalitas “lautan” ini, di mana kolaborasi adalah kekuatan super inovasi.
c. Memanfaatkan “Adjacent Possible” untuk Lompatan Inovasi
Konsep “Adjacent Possible“—yang dipopulerkan oleh Steven Johnson—terintegrasi dalam argumen Satell. Inovasi yang paling sukses seringkali bukan lompatan raksasa ke dalam yang tidak diketahui, tetapi langkah-langkah masuk akal ke dalam ruang kemungkinan yang berdekatan. Dengan memetakan masalah dan domain solusi, organisasi dapat secara sistematis mengidentifikasi dan mengeksplorasi “Adjacent Possible” mereka sendiri, mengurangi risiko dan meningkatkan peluang keberhasilan.
Bab penutup (A New Era of Innovation) mensintesis wawasan dari seluruh buku untuk menggambarkan lanskap inovasi yang sedang muncul. Satell mengartikulasikan pergeseran dari era inovasi yang terisolasi dan terkotak menuju era kolaborasi dan ekosistem.
Ciri-Ciri Era Baru Inovasi:
- Inovasi Berjejaring: Keberhasilan inovasi semakin bergantung pada kemampuan untuk berpartisipasi dalam dan memanfaatkan jaringan inovasi global.
- Pendekatan Hibrid: Organisasi yang sukses akan menguasai beberapa jenis inovasi (Rutin, Disrupsi, Berkelanjutan, Radikal) dan mengetahui kapan menerapkan masing-masing.
- Kecepatan dan Adaptasi: Kemampuan untuk belajar, beradaptasi, dan berinovasi dengan cepat menjadi keunggulan kompetitif yang utama.
Satell menekankan bahwa di era baru ini, kapasitas untuk berkolaborasi menjadi lebih penting daripada sekadar memiliki sumber daya yang melimpah. Organisasi perlu mengembangkan “kecerdasan jaringan” – kemampuan untuk mengidentifikasi, terhubung dengan, dan belajar dari mitra terbaik di seluruh dunia. Inilah pandangan ke depan. “Kita sedang memasuki era di inovasi di mana jaringan mengalahkan hierarki, dan kolaborasi menjadi kemampuan yang paling penting.” [1, p. 195]
Ketiga bagian ini bersama-sama membentuk narasi yang koheren: memahami hakikat inovasi yang sesungguhnya (Part 1), mengadopsi praktik inovasi terbuka (Chapter 5), dan memposisi-kan organisasi untuk sukses dalam lanskap inovasi yang baru (Chapter 9). Ini adalah peta jalan dari pemahaman konseptual menuju implementasi strategis.
Six Principles dan Innovation Matrix
Berikut adalah ringkasan dari “Six Principles to Develop Your Own Innovation Playbook” yang sesuai dengan versi asli dari buku Mapping Innovation. 1. Actively Seek Out Good Problems”; 2. Choose Problems That Suit Your Organization’s Capabilities, Culture, and Strategy”; 3. Ask the Right Questions to Map the Innovation Space”; 4. Leverage Platforms to Access Ecosystems of Talent, Technology, and Information”; 5. Build a Collaborative Culture”; 6. Understand That Innovation Is a Messy Business.”
Enam Prinsip untuk Mengembangkan Buku Permainan Inovasi Anda Sendiri (Greg Satell):
Prinsip-prinsip ini berfokus pada pendekatan strategis dan pragmatis untuk mengelola inovasi, dengan penekanan kuat pada pemecahan masalah dan kolaborasi.
1. Actively Seek Out Good Problems (Secara Aktif Mencari Masalah yang Baik)
- Ringkasan: Inovasi yang hebat dimulai dari masalah yang penting dan relevan. Prinsip ini menekankan untuk tidak menunggu masalah datang, tetapi secara proaktif mencari dan mengidentifikasi tantangan yang, jika dipecahkan, akan menciptakan nilai yang besar. “Masalah yang baik” adalah masalah yang layak untuk dipecahkan dan sejalan dengan misi organisasi. Fokus pada menemukan masalah yang tepat lebih penting daripada terburu-buru mencari solusi.
2. Choose Problems That Suit Your Organization’s Capabilities, Culture, and Strategy (Pilih Masalah yang Sesuai dengan Kapabilitas, Budaya, dan Strategi Organisasi Anda)
- Ringkasan: Tidak semua masalah yang baik cocok untuk organisasi Anda. Prinsip ini adalah tentang keselarasan strategis. Anda harus memilih tantangan inovasi yang memanfaatkan kekuatan dan kompetensi inti organisasi, sesuai dengan nilai-nilai budayanya, dan mendukung tujuan strategis jangka panjang. Memilih masalah di luar kapabilitas organisasi akan besar kemungkinan berakhir dengan kegagalan.
3. Ask the Right Questions to Map the Innovation Space (Ajukan Pertanyaan yang Tepat untuk Memetakan Ruang Inovasi)
- Ringkasan: Setelah masalah dipilih, langkah kunci adalah mendiagnosisnya menggunakan Innovation Matrix. Prinsip ini adalah tentang mengajukan dua pertanyaan kunci: “Seberapa jelas rumusan masalahnya?” dan “Seberapa jelas domain/keahlian yang dibutuhkan?”. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan memetakan masalah ke dalam salah satu dari empat kuadran (Sustaining, Breakthrough, Disruptive, Research), yang kemudian memandu Anda untuk memilih strategi, alat, dan metrik kesuksesan yang tepat.

Matriks ini adalah alat diagnostik yang membantu Anda memilih strategi dan alat inovasi yang tepat berdasarkan jenis tantangan yang Anda hadapi. Cara membacanya adalah dengan menentukan posisi masalah Anda pada dua sumbu:
- Sumbu Vertikal (Problem Definition): Seberapa jelas dan terdefinisi masalah yang ingin Anda selesaikan
- Atas: Well Defined (Jelas) – Masalahnya spesifik, dapat diuraikan, dan telah diidentifikasi dengan baik.
- Bawah: Not Well Defined (Tidak Jelas) – Masalahnya masih samar, abstrak, atau kita belum sepenuhnya memahami apa akar penyebabnya.
- Sumbu Horizontal (Domain Definition): Seberapa jelas pengetahuan, keahlian, atau domainyang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut?
- Kiri: Not Well Defined (Tidak Jelas) – Kita tidak tahu pasti ilmu atau teknologi apa yang dibutuhkan untuk solusinya.
- Kanan: Well Defined (Jelas) – Kita mengetahui bidang keahlian dan teknologi yang relevan untuk menyelesaikan masalah ini.
Dari dua sumbu ini, terbentuklah empat kuadran yang masing-masing mewakili jenis inovasi yang berbeda, berikut dengan contoh alat dan pendekatannya (seperti yang tertera dalam gambar):
Apa yang Bisa Kita Petik dari Matriks Ini (Key Insights)
- Satu Ukuran Tidak Cocok untuk Semua (One Size Doesn’t Fit All): Insight paling utama adalah bahwa tidak ada satu strategi inovasi yang unggul untuk semua situasi. Menggunakan alat yang salah untuk jenis masalah yang salah akan berakhir dengan kegagalan. Misalnya, menggunakan metode Lean LaunchPad (untuk kuadran Disruptive) untuk mengelola proyek R&D Labs(Sustaining) akan kacau dan tidak efisien.
- Diagnosis Mendahului Resep: Sebelum memilih tool atau strategi, Anda harus terlebih dahulu mendiagnosis sifat dari masalah Anda. Matriks ini memaksa Anda untuk berhenti sejenak dan bertanya: “Seberapa jelas masalah kita?” dan “Seberapa jelas jalan untuk menyelesaikannya?”.
- Portofolio Inovasi yang Seimbang: Perusahaan yang matang harus memiliki proyek inovasi di keempat kuadran ini.
- Sustaining untuk mempertahankan bisnis inti hari ini.
- Breakthrough untuk meningkatkan kemampuan inti di masa depan.Disruptive untuk menumbuhkan bisnis baru.
- Basic Research untuk memahami tren jangka panjang dan teknologi masa depan.
- Alokasi Sumber Daya yang Tepat: Setiap kuadran membutuhkan jenis talenta, pendanaan, metrik kesuksesan, dan struktur tim yang berbeda. Matriks ini memberikan panduan untuk mengalokasikan sumber daya dengan lebih cerdas.
Bagaimana Menggunakan Matriks Ini dalam Praktek
Berikut adalah langkah-langkah praktis untuk menerapkan matriks ini:
- Rumuskan Tantangan Anda: Kumpulkan tim dan jelaskan tantangan atau peluang inovasi yang dihadapi.
- Posisikan pada Matriks: Diskusikan dan sepakati di kuadran mana tantangan Anda berada dengan menjawab dua pertanyaan kunci tentang Kejelasan Masalah dan Kejelasan Domain/Keahlian.
- Pilih Strategi dan Alat yang Tepat: Setelah tahu kuadrannya, gunakan rekomendasi alat dan pendekatan dari matriks.
- Masalahnya di Kuadran Sustaining? Gunakan Roadmapping dan kelola seperti proyek R&D biasa.
- Masalahnya di Kuadran Breakthrough? Bentuk tim Skunk Works atau gunakan Open Innovation untuk mencari solusi.Masalahnya di Kuadran Disruptive? Terapkan model VC (Venture Client) atau metode Lean LaunchPad untuk mengeksplorasi model bisnis baru.
- Masalahnya di Kuadran Basic Research? Bermitra dengan universitas atau hadiri konferensi untuk mengeksplorasi tanpa tekanan hasil yang langsung.
- Kelola dengan Metrik yang Sesuai: Tentukan cara mengukur kesuksesan yang sesuai dengan kuadrannya.
- Sustaining & Breakthrough: Ukur dengan metrik kinerja seperti efisiensi, kecepatan, atau performa teknis.
- Disruptive: Ukur dengan metrik pertumbuhan dan validasi pasar seperti customer acquisition, product-market fit, dan pertumbuhan revenue.
- Basic Research: Ukur dengan metrik pengetahuan seperti kualitas publikasi, paten, atau pembelajaran baru yang diperoleh.
Dengan mengikuti kerangka kerja ini, organisasi dapat beralih dari sekadar “berinovasi” menjadi mengelola inovasi secara strategis dan disengaja.
4. Leverage Platforms to Access Ecosystems of Talent, Technology, and Information (Manfaatkan Platform untuk Mengakses Ekosistem Talent, Teknologi, dan Informasi)
- Ringkasan: Inovasi modern jarang terjadi dalam isolasi. Prinsip ini mengakui bahwa kemampuan untuk berinovasi seringkali bergantung pada kemampuan untuk terhubung dan berkolaborasi dengan pihak eksternal. Dengan memanfaatkan platform (baik internal seperti pusat data, maupun eksternal seperti kemitraan dengan universitas atau startup), organisasi dapat mengakses talenta, teknologi, dan informasi yang tidak mereka miliki sendiri, sehingga mempercepat dan memperkaya proses inovasi.
5. Build a Collaborative Culture (Bangun Budaya Kolaboratif)
- Ringkasan: Inovasi adalah usaha tim yang membutuhkan pertukaran ide yang bebas. Prinsip ini menekankan bahwa struktur organisasi yang kaku dan silo-silo departemen adalah musuh inovasi. Sebaliknya, Anda perlu membangun budaya yang mendukung kolaborasi, kepercayaan, dan psikologis yang aman di mana orang-orang merasa nyaman untuk berbagi gagasan, bereksperimen, dan bahkan gagal. Budaya inilah yang memungkinkan pemanfaatan platform dan ekosistem secara efektif.
6. Understand That Innovation Is a Messy Business (Pahamilah Bahwa Inovasi adalah Proses yang Berantakan)
- Ringkasan: Inovasi bukanlah proses linier dan rapi seperti jalur perakitan. Prinsip ini adalah realitas check. Jalan menuju inovasi penuh dengan ketidakpastian, kegagalan, iterasi, dan penemuan yang tidak terduga. Daripada menyangkal atau takut dengan “keberantakan” ini, organisasi perlu menerimanya sebagai bagian alami dari proses. Kunci suksesnya adalah ketekunan, kemampuan beradaptasi, dan kesiapan untuk belajar dari kegagalan dan mengubah pendekatan ketika diperlukan.
Keenam prinsip asli Satell ini membentuk sebuah alur logis:
- Cari masalah yang bernilai.
- Pilih masalah yang cocok untuk Anda.
- Diagnosis masalah untuk menemukan strategi yang benar.
- Jangkau keluar untuk mendapatkan sumber daya dan kemampuan yang dibutuhkan.
- Bentuk lingkungan internal yang mendukung kerja sama.
- Terima dan kelola ketidakpastian yang melekat dalam proses inovasi.
Prinsip-prinsip ini menekankan bahwa “buku permainan inovasi” yang sukses adalah tentang pengelolaan yang strategis dan disiplin atas proses yang pada dasarnya tidak pasti dan kolaboratif.
Relevansi Global
Dalam lanskap bisnis yang terus-menerus dijungkirbalikkan oleh AI, otomasi, dan geopolitik yang tidak stabil, pendekatan “satu strategi cocok untuk semua” untuk inovasi sudah ketinggalan zaman. Mapping Innovation memberikan bahasa dan kerangka kerja yang dibutuhkan para pemimpin untuk berpikir secara strategis tentang inovasi. Alih-alih bereaksi terhadap tren terbaru, mereka dapat secara proaktif mendiagnosis situasi mereka dan menerapkan strategi yang paling efektif. Buku ini mengajarkan organisasi untuk “belajar bagaimana cara belajar” berinovasi.
Ekonomi Indonesia, dengan campuran unik antara konglomerat besar, UMKM yang dinamis, dan gelombang startup teknologi, adalah laboratorium yang sempurna untuk menerapkan Matriks Inovasi Satell.
Penerapan Praktis:
- Bagi Korporasi/Konglomerat: Perusahaan-perusahaan besar ini sering terjebak dalam Inovasi Rutin. Matriks ini dapat membantu mereka mengidentifikasi peluang Disrupsi (misalnya, dengan melunakkan unit digital untuk mengganggi bisnis inti mereka sendiri) atau Inovasi Berkelanjutan (misalnya, menggunakan keahlian infrastruktur mereka untuk masuk ke energi terbarukan).
- Bagi UMKM: UMKM seringkali hanya fokus pada bertahan hidup (Inovasi Rutin). Matriks dapat membuka pikiran mereka untuk melihat peluang Inovasi Disrupsi dengan melayani ceruk pasar yang diabaikan oleh pemain besar dengan model bisnis yang lebih lincah.
- Bagi Startup dan Pemerintah: Dalam membangun “Ibu Kota Nusantara” (IKN) sebagai pusat inovasi baru, pemerintah dapat menggunakan kerangka ini. Apakah tujuannya adalah Inovasi Rutin (membangun infrastruktur dasar), Inovasi Berkelanjutan (menjadikannya lab hidup untuk teknologi smart city dan hijau), atau bahkan Inovasi Radikal (menciptakan model tata kelola kota yang sama sekali baru)? Pemetaan yang jelas akan menentukan strategi investasi dan regulasi.
Pemikir dan ekonom Indonesia, M. Dawam Rahardjo, sering menekankan pentingnya pendekat-an yang holistik dan sistemik dalam pembangunan. “Pembangunan bukanlah sekadar pertum-buhan ekonomi, tetapi suatu proses perubahan menuju tata kehidupan bangsa yang lebih baik secara keseluruhan.” [3].
Kerangka pemetaan Satell selaras dengan semangat ini, dengan mendorong pendekatan inovasi yang terukur, terarah, dan holistik, bukan sekadar pertumbuhan jumlah startup atau paten.
Apresiasi dan Kritik terhadap Buku
Kalangan yang memberi apresiasi atas buku ini menganggap bahwa gagasan dalam buku ini memberi kerangka yang jelas dan dapat ditindaklanjuti. Matriks Inovasi dipuji karena kesederhanaannya dan kemudahannya untuk dikomunikasikan di seluruh organisasi. Buku ini memberikan “playbook” yang dijanjikan oleh judulnya. Melampaui hype disrupsi: Dengan mengakui bahwa Inovasi Rutin dan Berkelanjutan sama pentingnya dengan Inovasi Disrupsi, Satell memberikan pandangan yang seimbang dan realistis tentang lanskap inovasi.
Berbasis Penelitian: Buku ini didukung oleh banyak studi kasus sejarah dan wawasan dari para pemimpin industri, yang memberikan kredibilitas pada argumennya.
Namun demikian buku ini juga dikritik karena oversimplifikasi: Beberapa kritikus berpendapat bahwa dunia nyata seringkali lebih berantakan, dan masalah inovasi tidak selalu dapat dengan rapi dimasukkan ke dalam satu dari empat kuadran. Batas-batas antar kuadran bisa kabur.
Kurangnya Kedalaman Operasional: Sementara buku ini sangat kuat dalam diagnosis strategis, beberapa pembaca mungkin menginginkan lebih banyak detail tentang “bagaimana” meng-eksekusi setiap model inovasi—tantangan manajemen internal, struktur tim, dan metrik yang spesifik. Dinamika yang Berubah: Dalam lingkungan yang sangat dinamis, “peta” yang dibuat hari ini mungkin sudah usang besok. Buku ini mungkin kurang menekankan pada kebutuhan untuk terus-menerus memetakan ulang dan beradaptasi.
Catatan Akhir: Berpindah dari Kekacauan menuju Peta
Mapping Innovation adalah penangkal bagi rasa overwhelmed yang dirasakan banyak organisasi di era disruptif ini. Greg Satell tidak menawarkan kunci rahasia untuk sukses, tetapi sesuatu yang mungkin lebih berharga: sebuah kompas dan peta. Pesan utamanya adalah bahwa inovasi bukanlah sihir atau bakat yang misterius. Ia adalah disiplin yang dapat dipelajari, dikelola, dan ditingkatkan. Dengan berhenti mencoba segala hal dan mulai memetakan jalan mereka, organisasi dapat mengalokasikan sumber daya mereka yang terbatas dengan lebih bijak, bergerak dengan keyakinan yang lebih besar, dan akhirnya berhasil menavigasi usia disruptif yang menakutkan sekaligus penuh peluang ini.
Kutipan Penutup Satell: “Tujuan dari pemetaan inovasi bukanlah untuk menciptakan rencana yang kaku, tetapi untuk memberikan kejelasan dan wawasan sehingga kita bisa berinovasi dengan lebih percaya diri dan sukses.” [1, p. 215].
Bagi Indonesia, mengadopsi mentalitas “pemetaan” ini berarti beralih dari inovasi yang reaktif dan terisolasi menuju inovasi yang strategis dan terkolaborasi, yang pada akhirnya akan mem-percepat perjalanan nation menuju ekonomi berbasis inovasi yang berkelanjutan dan inklusif.
Cirebon, 27 November 2025
Dwi Rahmad Muhtaman
Referensi
[1] Satell, G. (2017). Mapping innovation: A playbook for navigating a disruptive age. McGraw-Hill Education.
[2] Tutu, D. (2004). God Has a Dream: A Vision of Hope for Our Time. Doubleday.
[3] Rahardjo, D. (1999). Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial. LP3ES.






