Logo-Remark-Asia-WhiteLogo – Re-Mark AsiaLogo-Remark-Asia-WhiteLogo-Remark-Asia-White
  • Home
  • Who we are
    • Brief history
    • Career with us
    • Clients
    • Legalities
    • Networking and partnership
    • Purpose and vision
    • Management
    • Our experience
    • Our Team
  • What we offer
    • Consultancy Services
      • Carbon Stock Assessment
      • Free Prior and Informed Consent
      • High Carbon Stock
      • High Conservation Value
      • Land Use Change Analysis
      • Participatory Mapping
      • Social Impact Assessment
    • Sustainability Audit
    • HCVN ALS Report
  • AiKnow
    • About AiKnow
    • Meet the Trainers
    • Our Team
    • Courses
      • Top Courses
        • HCV ALS Lead Assessor Training
        • High Carbon Stock Training
        • Social Impact Assessment Training (SIAT)
      • HCV Concept Learning
      • HCV + HCS Integrated Lead Assessor Training Course
      • FPIC Concept Learning
      • Facilitator Training
      • In-house Training
    • Training & Activity
      • Training Calendar
      • Training Activity
      • Fieldtrip Activity
      • In-House Training
    • Quarterly Discussion
    • Program Mitra-AiKnow
      • Tokopedia
        • Prakerja
          • Sertifikat
    • Register
    • Contact Us
  • Knowledge
    • Juru Buku
    • Bincang Buku
    • Halaman DRM
    • Membumi Lestari
    • Sustainability 17A
  • Media & news
    • News
    • Galeri
    • Downloads
✕

Bagaimana Jadinya Kalau Serangga Punah?

  • Home
  • Media & news
  • News
  • Membumi Lestari
  • Bagaimana Jadinya Kalau Serangga Punah?
Published by remarker at Friday January 13th, 2023
Categories
  • Membumi Lestari
Tags
  • carbon accounting
  • carbon assessment
  • carbon calculation
  • certification
  • environmental services
  • HCS
  • HCS assessment
  • HCV
  • HCV assessment
  • ISCC
  • ISCC assessment
  • ISCC technical assistant
  • ISPO
  • ISPO technical assistant
  • konsultan
  • konsultan carbon
  • konsultan HCS
  • konsultan HCV
  • konsultan ISCC
  • konsultan ISPO
  • konsultan RSPO
  • konsultan SEIA/SIA
  • re-mark asia
  • re-markasia
  • remark asia
  • remarkasia
  • RSPO
  • RSPO technical assistant
  • SEIA
  • Social Impact Assessment
  • sustainability
  • Sustainability Audit
  • sustainability strategy
  • sustainable management

Serangga, siapa sih yang tidak kenal sama makhluk ini? Kupu-kupu yang rupanya indah dan sering membuat kita terpukau, sampai kecoak yang kalau sudah terbang bisa buat seisi rumah panik. Bukan cuma mereka berdua, pasti masih banyak lagi spesies serangga yang sering kita temuin karena faktanya serangga adalah kelompok hewan dengan jumlah paling banyak dimuka bumi.

Karena jumlahnya yang banyak maka serangga ini dianggap hama. Insting serangga untuk mencari makanan dalam bertahan hidup sampai bisa merusak tanaman para petani. Sampai-sampai banyak yang menggunakan pestisida untuk memusnahkan mereka.

Tapi pernahkah terlintas dipikiran anda, “Apa yang akan terjadi kalau semua serangga benar-benar punah?” Mungkin akan ada banyak orang gembira karena tidak akan ada lagi kecoak yang berterbangan menebar teror, kalian bebas simpan makanan dimana saja tanpa harus takut disemutin dan diserang lalat, dan tidak ada lagi kayu yang keropos terkena rayap.

Tapi ternyata faktanya, kalau mereka musnah mimpi buruk bagi dunia baru dimulai. Pertama, dengan tidak adanya serangga rantai makanan akan terganggu.

Kedua, akan banyak sekali bangkai hewan mati yang berserakan di permukaan bumi karena tidak ada serangga yang membantu mengurai dan meleburkan bangkai hewan itu dengan tanah.

Bahkan kita sebagai manusia akan terkena dampaknya. Manusia akan kekurangan makanan karena tidak ada serangga yang melakukan penyerbukan. Padahal 75% penyerbukan di dunia adalah peran serangga. Bila tidak ada penyerbukan berarti tidak ada lagi tanaman yang menyebabkan hilangnya sumber makanan bagi hewan dan juga manusia. Lambat laun ini akan berkontribusi pada penyebab kepunahan masal.

Populasi serangga ternyata memang sedang turun drastis, 8 kali lebih cepat dari mamalia, burung dan reptil. Penyebabnya adalah hilangnya habitat asli serangga, penggunaan pestisida yang berlebihan, dan krisis iklim. Diperkirangan serangga bisa hilang dalam 100 tahun kedepan.

Kita sebagai manusia bisa mencegah itu dengan cara yang mudah loh, mulai dari membeli makanan organik, berkebun di halaman kita, dan mengurangi penggunaan pestisida.

Share
94

Related posts

Tuesday December 8th, 2020

Salam #membumilestari


Read more
© Copyright 2023 - Re-Mark Asia | All Rights Reserved
      Previous December 8, 2020
      Salam #membumilestari

      Salam #membumilestari Gagasan di Balik #membumilestari Perkenalkan kami dari ruang bincang #membumilestari, sebuah prakarsa dialog online yang membincangkan best practices…

      Random December 28, 2020
      Sustainability 17A #10 - Tahun 2021, Merayakan Dekade-dekade, Mencari Filosofi Baru untuk Bumi

      Sustainability 17A #10   Tahun 2021, Merayakan Dekade-dekade, Mencari Filosofi Baru untuk Bumi   Dwi R. Muhtaman,  sustainability learner  …